Dimanfaatkan Kaisar

Asha terbelalak saat membaca isi kontrak yang telah ditandatangani oleh Askara. Dia tidak pernah mengira jika akan ada denda yang harus dibayar ketika mengundurkan diri sebelum masa percobaan telah habis. Itu artinya Asha harus bertahan selama tiga bulan agar tidak membayar denda.

"Ribet banget sih peraturannya, Kai. Kalau tahu seperti ini aku enggak mau nolongin kamu," ucap Asha dengan kesal.

"Sorry, Sha. Bukan maksud ingin membohongimu, tapi aku terpaksa melakukannya. Karena aku tahu jika aku mengatakan sejak awal kamu tidak akan mau membantuku dan pada akhirnya aku akan kehilangan pekerjaan ini. Untuk saat ini aku benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan ini, Sha. Untuk modal kawinan."

Asha hanya tersenyum getir saat mendengar alasan Kai yang seolah hanya ingin memanfaatkan dirinya saja. "Keterlaluan kamu, Kai!"

"Aku nggak ada pilihan, Sha. Terlebih saat kamu memenuhi semua kriteria yang diberikan oleh bos. Tapi kamu tenang saja ini hanya tiga bulan, enggak lama kok."

"Kai ... tiga bulan itu lama, Kai. Pokoknya aku enggak ingin membatalkan kontrak ini," rengek Asha.

"Ya udah kalau kamu ingin membatalkan kontrak kerja, kamu bayar sendiri dendanya."

"Eh, gak bisa gitu dong, Kai! Kan kamu yang nawarin aku untuk kerja disini. Kamu dong yang harus tanggung jawab!" protes Asha.

"Meskipun aku yang membawamu untuk masuk ke dalam perusahaan ini, tetapi untuk masalah denda itu urusan kamu karena kamu yang ingin membatalkan kontrak. Itu tidak ada hubungannya denganku, Sha. Lagian kenapa sih kamu ingin membatalkan kontrak kerja? Kan kamu gak dilecehkan sama bos. terus kalau kamu membatalkan kontrak kerja ini, kamu mau kerja apa. Nyari kerja di luar itu nggak gampang loh, Sha."

Asha terdiam untuk beberapa saat. Memang ada benarnya apa yang diucapkan oleh Kai bahwa mencari pekerjaan di luar sana sangatlah susah, terlebih tidak memiliki pengalaman kerja.

"Baiklah, aku hanya akan bertahan dalam masa percobaan saja. Puas kamu, Kai!"

Bibir Kaisar sedikit menyungging. Hampir saja dia kehilangan 20 persen gaji yang baru saja naik. "Nah, gitu dong! Aku juga akan berusaha untuk mendapatkan kandidat yang baru. Makasih ya, Sha. Udah mau bertahan."

🌼🌼

Kenangan demi kenangan mulai bermunculan, hingga membuat Askara tidak bisa berkonsentrasi untuk mengerjakan pekerjaannya. Bahkan matanya hanya tertuju pada sebuah layar yang menampilkan gambar Asha yang sedang berada di ruang kerjanya. Rasanya benci dan rindu menggebu menjadi satu. Ingin rasanya Askara memeluk tubuh Asha, tetapi jika mengingat ucapan Asha kebencian itu kian menggebu.

"Kenapa kita harus kembali lagi, Sha? Aku benci kamu, tapi aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Kamu sudah menghancurkan semua harapan dan impianku. Kamu harus tanggung jawab, Sha!" ucap Askara sambil mengepalkan tangannya.

"Aku akan pastikan jika kamu sangat menyesal karena telah bercerai denganku saat aku sedang tidak punya apa-apa Sha," lanjutnya lagi.

Askara tersenyum tipis. Dia tidak menyangka jika takdir akan mempertemukan mereka kembali. Bahkan tanpa tersengaja Asha datang dengan sendirinya.

"Asha, mari kita mulai bermain."

Terpantau dari kamar pengawas jika Asha sedang sibuk dengan didepan komputernya. Dengan senyum smirk, Askara langsung meneleponnya. Jangan tanya darimana Askara mendapatkan nomor telepon Asha. tentu saja dari data Asha yang sempat dia baca tadi.

"Halo," kata Asha saat mengangkat panggilan teleponnya.

"Kamu adalah sekertarisku. Tugasmu adalah mencatat semua agendaku. Mengapa sampai saat ini kamubelum memberitahuku apa saja agendaku hari ini?"

Tanpa bertanya, Asha sudah tahu siapa peneleponnya. "Saya tahu, Pak. Ini sedang saya input."

"Bagus, aku suka kinerja yang profesional. Apa saja agendaku hari ini?"

"Hari ini agenda Anda tidak padat. Hanya ada meeting setelah makan siang nanti bersama Direktur dari AN Group," ucap Asha.

"Oke. Nanti aku tunggu kamu di mobil!" Seketika Askara langsung memutuskan sambungan teleponnya, membuat Asha mengerutkan dahinya serta mengumpat pada layar ponselnya.

"Dasar Kara belagu!"

Sepertinya waktu berjalan begitu lambat. Untuk sampai pada jam 12 rasanya seperti 12 bulan, terlebih Asha yang baru mempelajari apa saja yang harus dia kerjakan. Ternyata menjadi sekretaris seorang bos tidaklah mudah seperti apa yang dibayangkan sebelumnya. Beruntung saja Kai bertanggung jawab untuk membantunya sehingga Asha tidak merasa kesulitan.

"Sha, jangan ngadu sama Kania tentang semua ini ya. Aku janji akan membantumu untuk mencari pekerjaan lain setelah masa percobaan habis," pinta Kai pada Asha. Kai sudah bisa menebak jika Asha mengadu kepada Kania, sudah bisa dipastikan jika Kania akan marah besar padanya karena telah memanfaatkan sahabatnya untuk kepentingannya sendiri.

Asha tersenyum sinis. "Suka-suka aku mau ngadu apa enggak. Lagian kamu keterlaluan Kai! Tega kamu ya memanfaatkan aku!"

"Tapi ini kan demi kebaikan Kania juga. semakin cepat aku mendapatkan banyak uang, semakin cepat juga aku bisa nikah sama Kania biar gak teror terus sama emaknya."

"Kamu mau nikah ribet amat sih, Kai. Kamu kan udah punya pekerjaan tetap. Gaji kamu tiap bulan udah lebih dari cukup. Nunggu apalagi coba? Nunggu Kania diambil orang dulu baru kamu bereaksi?"

"Bukan begitu, Sha. Aku hanya gak mau mempunyai nasib seperti pak bos yang diceraikan istrinya karena miskin. Meskipun aku tahu jika Kania bukanlah wanita matre, tetapi aku hanya ingin berjaga-jaga saja. Aku ingin setelah menikah nanti aku mengelola usahaku sendiri, Sha. Sakit kalau saat susah ditinggalkan orang yang kita cintai." Kai meratapi penderitaan yang dirasakan oleh bosnya, saat sedang terjatuh lalu malah ditinggalkan istrinya. Disitulah rasanya Asha merasa tertampar dengan apa yang telah dia lakukan terhadap Askara tiga tahun yang lalu.

"Mereka bercerai bukan bos kamu miskin, Kai. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan," ucap Asha.

"Sok tahu kamu, Sha. Memangnya kamu kenal dengan mantan istri bos? Atau jangan-jangan kamu adalah temannya mantan istri bos. Jika benar, katakan padanya jika saat ini Askara telah menjadi seorang bos besar. Jika perlu bawa dia ke perusahaan ini agar dia bisa nangis guling-guling karena telah mencampakkan bos di waktu Bos masih dalam keadaan susah," saran Kai.

Asha hanya mengangguk dengan pelan. "Tapi sepertinya dia nggak bakalan nangis guling-guling deh, Kai. karena dia bukan wanita matre," balas Asha.

Kening Kai mengerut. "Kamu kok kayak banyak mengetahui tentang mantan istri bos. Jangan-jangan kamu—"

Belum sempat Kaisar menyelesaikan ucapannya ponsel Asha berdering. Asha pun segera langsung menjawab panggilan teleponnya.

"Halo," ucapnya.

"Turunlah. Aku sudah menunggumu di dalam mobil!"

Asha mengangguk dengan pelan. "Baik, Pak. Saya akan turun."

Setelah panggilan telepon dimatikan lagi-lagi kayak saya merasa penasaran. "Kamu mau kemana, Sha?"

"Mau makan siang dengan pak Bos. Dah dulu ya ghibahnya. Nanti kita sambung lagi. Daa... Kai." Asha melambaikan tangan kepada Kai yang masih duduk di tempatnya.

...🌼🌼...

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

aku juga penasaran penyebabnya apaan ya🤔🤔🤔
mungkin kah dari orang terdekatnya🤔🤔

2023-04-13

0

Pujiastuti

Pujiastuti

apa sih penyebab mereka bercerai 🤔🤔🤔, kamu ngak tahu aja Kai mantan istri bosmu ya yang sekarang jadu sekretarisnya pasti nanti kamu kaget kalau tahu kenyataannya

2023-03-05

1

Haryati

Haryati

penasaran kenapa kamu minta cerai Asha.....🤔🤔

2023-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!