Dijemput Kai

Tak ada pilihan lain, Asha pun menghubungi Kania—sahabatnya. Sebenarnya Asha merasa malu karena selama ini sudah banyak merepotkan sahabatnya. Namun, Asha tidak punya pilihan lain, mengingat Asha tidak punya siapa-siapa lagi.

"Kan udah aku bilang enggak usah nyari kos-kosan. Kamu tinggal saja disini. Kamu sih ngeyel!"

Asha hanya nyengir sambil masuk ke dalam kamar Kania. "Maafkan aku yang harus merepotkanmu lagi," ucap Asha dengan lesu.

Kania hanya mendengus pelan. "Udah, ah! Bosan aku mendengar kata maafmu. Mending sekarang kamu mandi biar gak kucel!"

Asha pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Sekilas ingatan tentang pengemudi mobil membuat Asha merasa semakin kesal. Mentang-mentang punya mobil, seenaknya sendiri menggunakan jalan raya. Orang kaya memang belagu! Sampai-sampai tidak peduli dengan pejalan kaki. Seharusnya siapapun yang mengemudi harus berhati-hati, terlebih saat melewati genangan air yang ada di pinggir jalan.

"Awas aja, aku sumpahin miskin dadakan!"

Hanya lima menit Asha membersihkan diri di kamar mandi milik Kania. Dirinya memang tidak suka berlama-lama di kamar mandi.

"Cepet banget mandinya, Sha?" tanya Kania yang melihat Asha telah menghampiri dirinya.

"Ini udah lama, Kania. Lagian mau ngapain lama-lama di kamar mandi?"

"Ya, setidaknya gosok dulu daki-daki itu!"

"Ngapain digosok? Luntur nanti kecantikanku," seloroh Asha.

Asha yang baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa dekat Kania mendadak menautkan kedua alisnya saat melihat bibir sahabatnya sudah bisa dikuncir. "Kenapa bibir itu?" tanyanya.

Kania langsung mendongak menatap Asha. Helaan napas berat pun terdengar. "Kai, Sha."

"Kaisar kenapa? Selingkuh?"

Mata Kania menatap langsung Asha dengan tajam. "Sembarangan kamu! Kai enggak selingkuh, tapi dia minta aku untuk jadi sekretaris bosnya yang aneh itu. Mana harus berpura-pura gak punya pacar lagi. Tuh bos aneh-aneh ngasih syarat. Masa nyari sekertaris syarat wanita diatas 28 tahun dan tidak sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Udah kayak mau cari calon istri aja!" geretu Kania.

"Hah? Terus kamu mau resign dari kerjaanmu sekarang demi membantu Kai?"

"Ya, gimana lagi Sha. Aku enggak mau Kai dipecat. Kamu kan tahu kami butuh modal untuk kawinan," ujar Kania dengan lesu.

"Gila ya tuh bos. Mentang-mentang orang kaya buat syarat pun suka-suka," timpal Asha.

Sejenak Kania menarik kedua garis alias dan menatap Asha mendalam. "Sha, tadi kamu bilang kalau kamu baru aja dipecat dari butik, kan? Nah, gimana kalau kamu aja yang bantu Kai untuk jadi sekretaris bosnya. Ini cuma sementara aja, soalnya Kai juga masih dalam proses pencarian calon yang memenuhi syarat. Sha, please." Kania mengiba pada Asha.

"Hah? Kok aku sih, Kan? Aku enggak mau!" tolak Asha.

"Sha. Untuk kali ini aja ya," pinta Kania dengan kedua mata yang mengedip manja.

Sejenak Asha terdiam. Matanya masih menatap lekat ke arah Kania yang memasang wajah menyedihkan. Tentu saja Asha tidak tega. Dengan berat hati akhirnya Asha pun menyetujui permintaan Kania. "Oke, aku bantu. Tapi hanya untuk sementara waktu saja."

"Nah, gitu dong. Kamu enggak usah khawatir bentar lagi Kai pasti dapat penggantinya kok. Asha… makasih ya," ucap Kania dengan girang.

Malam panjang pun rasanya begitu cepat berlalu. Sang fajar telah mengusir gelapnya malam. Bahkan alarm terus juga telah bernyanyi, padahal waktu masih menunjukkan pukul enam pagi.

Asha yang biasanya bangun pukul tujuh pagi rasanya terlalu cepat untuk bangun saat pukul enam dia harus bangun.

"Sha, cepetan bangun!" Tangan Kania berusaha untuk menarik tangan Asha.

"Kan …. masih ngantuk."

"Sha … ingat hari ini kamu akan menjadi pegawai kantoran, bukan pelayanan butik lagi!" ujar Kania.

Asha pun langsung terlonjak dari tempat tidurnya. "Kenapa enggak bilang dari tadi sih, Kan?" Asha akhirnya menyingkapkan selimut dan berlari menuju ke kamar mandi.

"Dasar Asha!" Kania hanya menggelengkan kepalanya sambil membuang napas kasarnya.

30 menit kemudian saat Asha dan Kania sedang sarapan, suara klakson nyaring sudah terdengar di telinga keduanya. Mereka sudah yakin jika itu adalah mobil Kai. Namun, keduanya hanya bisa saling bertukar pandang.

"Apakah itu pangeranmu, Kan?" tanya mamanya.

Kania hanya terdiam tidak berani untuk menjawab ataupun menatap mamanya. Asha yang duduk disamping Kania pun diam tak berkutik karena tahu jika mamanya Kania tidak begitu suka dengan Kai.

Helaan napas panjang keluar dari mulut mama Kania. "Dasar anak jaman sekarang tidak mempunyai adab sopan santun. Seperti itukah cara menjemput anak orang?"

Kania langsung mendongak saat mamanya meninggalkan tempat duduk dan berjalan keluar.

"Ma … mama mau ngapain?" teriak Kania saat melihat mamanya sudah memegang sapu sebagai senjata ampuh untuk mengusir Kaisar.

"Ma … jangan usir Kai. Dia kesini mau jemput Asha, karena hari ini Asha akan bekerja di perusahaan bosnya Kai," ujar Kania lagi.

Saat itu juga langkah mama Kania terhenti sambil menautkan kedua alisnya. "Kamu jangan berbohong, Kan! Sejak kapan Asha bekerja di perusahaan yang sama dengan pria itu? Bukankah Asha bekerja di butik?"

"Kania gak bohong, Ma. Asha baru mulai bekerja di perusahaan bos Kai mulai hari ini karena Asha baru saja dipecat," ucap Kania dengan lesu.

Mata mama Kania pun langsung menatap Asha yang masih duduk di tempatnya. "Benarkah itu, Sha?"

"Iya, Tan."

"Serius kamu dipecat dari butik? Kok bisa, Sha?"

"Panjang ceritanya, Tan. Kapan-kapan Asha ceritain sama tante. Sepertinya sekarang Asha dan Kania harus berangkat deh. Asha takut hari pertama kerja malah telat." Asha berusaha untuk kabur dari mama Kania. Dengan cepat Asha menarik tangan Kania untuk keluar.

"Tapi Sha … kamu belum habiskan sarapanmu?"

"Asha udah kenyang, Tan. Da … Tanteku sayang."

Kania hanya bisa tersenyum sinis saat tubuhnya ditarik keluar oleh Asha. Seolah Asha adalah anak mamanya. Dengan bibir yang mengerucut dia pun mulai masuk kedalam mobil Kai.

"Kamu lagi!" ucapannya pada Kaisar dengan kesal.

Kai merasa tidak tahu apa-apa hanya mengernyitkan keningnya. "Kamu pagi-pagi kesambet apa, Sayang?"

Mata Kania menatap kearah Kai yang seolah tidak merasa bersalah atas apa yang baru saja dilakukan. "Aku udah kasih tahu kamu berulang kali jangan bunyikan klakson kalau enggak mau masuk! Kamu tuh hanya buat mama semakin berpikir jika kamu memang bukan calon menantu idaman, Kai."

"Iya maaf. Aku salah. Abisnya kamu gak angkat telepon dan gak bales pesanku. Aku pikir kamu lupa kalau hari ini hari pertama Asha mulai bekerja di perusahaan bosku," ucap Kai dengan rasa sesal.

Sebenarnya Kai ingin sekali turun dan menyapa mamanya Kania, tetapi Kai bukalah tipe yang diinginkan oleh Mamanya Kania sehingga wanita itu tidak puas dengan pilihan sang anak.

"Udahlah, Kan. Enggak usah salahin Kai. Salahin mama kamu yang enggak suka sama Kai. Padahal wajahnya lumayan tampan sih. Hanya saja dompetnya kurang tebal," sahut Asha dari jok belakang.

"Kamu juga diam, Sha! Aku lagi sebel sama kamu! Bisa-bisanya mama lebih sayang kamu daripada aku anaknya sendiri. Aku jadi curiga, jangan-jangan kita anak yang tertukar," ucap Kania dengan kesal.

"Huss! Gak boleh ngomong gitu! Kai jalan aja. Nanti kita telat!" titah Asha pada Kaisar.

Lagi-lagi Kania harus mendengus dengan kasar saat Kai mulai menjalankan mobilnya. Entah mengapa dirinya kini telah dinomor duakan oleh mama dan pacarnya sendiri. Mungkinkah Asha memiliki mantra khusus?

"Udah enggak usah cemberut kayak gitu. Meskipun Kai tampan, aku tidak tertarik dengannya karena dia bukan seleraku," ucap Asha.

"Kamu pikir aku tertarik denganmu? Meskipun banyak wanita cantik di muka bumi ini, hati dan cintaku hanya akan aku berikan pada Kania seorang," timpal Kai sambil melirik kearah Kania.

Dalam perjalanan hanya keheningan yang tercipta. Tak ada kata yang terucap dari ketiganya. Kai hanya fokus pada jalanan, sementara Kania memilih memainkan ponselnya untuk mengusir rasa kesalnya.

"Sha, kamu gak nyesel kan bantuin aku?" tanya Kai tiba-tiba.

Helaan napas panjang terdengar ditelinga Kaisar. "Mau gimana lagi, aku juga sedang butuh kerjaan, Kai. Tapi aku harap kamu secepatnya menemukan sekertaris untuk bosmu, karena aku enggak mau terjebak kedalam perusahaan bosmu yang arogan itu. Jika bukan karena kebaikan Kania, aku males untuk bantuin kamu, Kai!"

"Siap kamu tenang aja. Aku juga sedang berusaha mencari sekertaris yang sesuai dengan kriteria bos." Mata Kai sekilas melirik kaca spion untuk melihat wajah Asha.

Semoga saja Asha gak sadar kalau mobil ini adalah mobil yang nyiptain dia kemarin. Sha, maaf bukan aku gak mau minta maaf, tapi semua itu karena bos Askara yang arogan itu, batin Kai dengan harap-harap cemas .

...🌼🌼🌼...

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Masih freshhhh nih, Kak...
Semangat, Asha!!!💪💪🤺

2023-03-02

0

Haryati

Haryati

lanjuut

2023-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!