Setelah mengantarkan Kania ke tempat kerjanya, kini Kai langsung meluncur ke tempat kerjanya juga bersama dengan Asha. Selama perjalanan menuju ke kantor tempatnya bekerja, Kai menjelaskan saja apa tugas yang harus dikerjakan oleh Asha selama menjabat sebagai sekretaris bosnya. Bahkan beberapa pantang juga Kai jelaskan agar tidak menyulitkan dirinya.
"Kamu jangan sampai lupa, setiap pagi kamu harus menyiapkan secangkir kopi dengan takaran satu banding dua. Satu sendok kopi, dua sendok gula. Paham kan?"
"Paham," ucap Asha dengan anggukan kepala.
Tidak butuh waktu lama mobil yang dikendarai oleh Kai telah sampai di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Mata Asha hampir terlepas karena mengagumi bangunan dengan logo AS Grup.
"Kai, apakah yang pemilik perusahaan ini adalah orang Amerika?" tanya Asha yang masih terkagum.
"Bukan. Dia asli Indonesia. Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Tidak ada. Aku hanya bertanya saja karena melihat lambang AS group. Aku pikir dia orang Amerika."
Sebelum mengajak Asha masuk kedalam gedung, dia menatap bangunan yang menjulang tinggi dengan lambang AS grup.
"Itu adalah lambang cinta bos pada mantan istrinya yang pergi meninggalkannya. Padahal bos sangat mencintai wanita itu. Sungguh bodoh wanita itu yang meninggalkan bos dalam keadaan susah. Dan bodohnya juga sampai sekarang bos tidak bisa melupakan mantan istrinya yang tidak punya hati itu. Sampai-sampai Bos menggunakan mana mantannya untuk dijadikan nama perusahaannya. Ah, sudahlah semakin membahas masalah bos dengan mantannya membuatku semakin muak. Semoga saja Kania tidak seperti itu dan mau menerima susah dan senang saat kami menikah kelak," ucap Kai panjang lebar.
Asha hanya mengangguk pelan dan turut terharu dengan cinta yang dimiliki calon bosnya untuk mantan istrinya.
"Mungkin mantan istrinya akan nangis guling-guling saat melihat bosmu sudah menjadi pria kaya raya." Asha menimpali.
"Tentu saja. Ya sudah ayo masuk!"
Saat baru saja masuk kedalam gedung itu, semua mata mengarah padanya. Bibirnya tersenyum kecil sebagai isyarat salamnya. Namun, sepertinya hanya sia-sia saja karena senyumnya Asha tak berarti untuk mereka.
Belagu banget sih jadi orang. Apakah semua karyawan yang bekerja disini semua seperti itu? batin Asha dengan rasa kesalnya.
"Disini ada dua lift. Satu khusus untuk penting perusahaan, termasuk aku dan kamu. Satu lagi khusus karyawan biasa. Jadi kamu harus ingat lift mana yang harus kamu gunakan nantinya," jelas Kai.
"Iya, iya aku ngerti."
Karena Asha telah mengerti, Kai pun langsung membawa Asha untuk ke ruang kerjanya berada.
Sebenarnya Asha ingin merasa bahagia karena bisa masuk kedalam perusahaan besar tanpa tes terlebih dahulu. Namun, satu sisi dia merasa kesal saat mengingat ucapan Kania yang mengatakan jika pemilik perusahaan sangat angkuh dan menyebalkan. Mendengar ceritanya saja sudah muak, apalagi jika harus bertemu setiap hari dan melayani keperluannya.
"Ini ruangan kamu dan dibalik tembok itu adalah ruang kerja pak bos. Di ruangan ini ada kamera pengintai, jadi jaga sikapmu, karena pak bos yang mengintainya secara langsung. Mengerti?"
"Iya, aku mengerti. Meskipun aku tidak memiliki pengalaman kerja di kantoran, tapi setidaknya aku tahu tata cara menjadi seorang karyawan yang baik. Kamu tenang saja aku tidak akan mengecewakanmu asalkan kamu tidak lupa untuk segera mencarikan calon sekretaris yang asli untuk. kamu tidak lupakan?"
"Tentu saja tidak. Kamu tenang saja aku juga sedang berusaha mencari kandidat yang sesuai dengan kriteria bos. Ya sudah, karena ini adalah hari pertamamu bekerja maka siapkan dulu kopi untuk pak bos mumpung dia belum datang," saran Kai.
Asha pun mengangguk dengan pelan. "Baiklah, tapi tunjukkan dimana pantrynya."
🌼🌼
Dengan langkah gagahnya, Askara mengayunkan kaki menuju ke ruang kerjanya. Dia sudah mendapatkan kabar dari Kai jika hari ini Kai sudah mendatangkan sekertaris baru untuknya. Bahkan Kai mengatakan jika sekertaris barunya sangat memenuhi kriterianya.
Aku jadi penasaran seperti apa wanita yang bisa memenuhi kriteria yang aku berikan. Awas saja jika Kai berani membohongiku. Askara membatin dengan penuh rasa penasaran.
Sesampainya di ruang kebesaran miliknya, matanya terfokus pada secangkir kopi yang telah tersaji diatas meja. Dengan bibir yang terangkat tipis, Askara langsung mengangkat cangkir kopi karena aromanya sangat harum.
"Kenapa baru sekarang aku menemukan aroma kopi yang seperti ini?" Askara pun langsung menelpon Kai untuk menanyakan siapa yang telah membuatkan kopi pagi ini.
"Kai segera ke ruanganku!" titah Askara saat panggilan telepon diangkat oleh Kai.
"Ada apa, Bos? Apakah ada masalah?"
"Memangnya jika aku menyuruhmu ke ruanganku harus ada masalah? Aku tunggu sekarang juga!"
Tanpa membuang waktu, Kai pun langsung menuju ke ruangan bosnya. Pikiran Kai hanya bertujuan pada Asha. Apakah wanita itu telah membuat masalah dengan bosnya?
"Mudah-mudahan Asha tidak melakukan kesalahan," batin Kai saat ingin membuka pintu ruangan bosnya.
Baru saja menunjukkan batang hidungnya, tangan Askara telah melambaikan agar Kai segera mendekati. Mendadak Kai merasakan kegugupan, meskipun dia sudah biasa menghadapi Askara.
"Ada apa, Bos?" tanya Kai langsung.
Mata Askara menatap Kai dengan seksama. "Siapa yang membuat kopi ini?"
"Oh itu. Itu yang membuat sekertaris baru, Bos. Apakah ada masalah?"
"Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya saja," ucap Askara.
"Apakah bos memanggilku hanya untuk bertanya itu saja? Kenapa tidak langsung bertanya ditelepon saja?" tanya Kai sambil mengernyitkan dahinya.
Askara yang menyadari kebodohannya, berusaha untuk tetap berwibawa dihadapan Kai. Tidak mungkin dia akan menjatuhkan harga dirinya didepan Kai.
"Tidak juga. Aku memanggilmu karena ingin melihat CV sekretaris baru itu untuk mengetahui apakah wanita itu benar-benar memenuhi semua syarat atau tidak. Aku takut ini hanya akal-akalan kamu saja agar tidak aku pecat," ungkap Askara.
"Sembarangan! Aku benar-benar telah menemukan sekertaris yang sesuai dengan keinginanmu, Bos. Tunggu sebentar, aku akan ambilkan CV-nya terlebih dahulu agar Bos merasa puas." Kai pun langsung meninggalkan ruangan bosnya untuk mengambil CV milik Asha yang berada di ruangannya.
Sepeninggal Kai, mata Askara masih tertuju pada secangkir kopi yang telah dicicipnya. Rasa dan aroma membuat Askara hanyut dalam bayangan tiga tahun lalu, dimana setiap pagi dia bisa merasakan hangatnya seduhan kopi dari tangan istrinya. Namun, entah salah apa sehingga istrinya tega menggugat cerai dirinya saat roda kehidupan sedang menguji dirinya.
"Ah sial! Mengapa bayangannya selalu saja menghantuiku! Aku harus bisa melupakan wanita kejam itu!"
Karena Askara masih penasaran dengan sekertaris barunya, dia pun menelepon Kai untuk membawa sekalian sekertaris barunya.
"Kai, jangan lupa bawa sekalian sekertaris baru itu. Aku ingin melihat bagaimana bentuknya sebelum mendatangi kontrak kerja dengannya!" ucap Askara dari balik teleponnya.
Kai yang mendapatkan perintah melalui sambungan telepon hanya mendessah dengan kasar. "Nih Bos ribet amat sih, kayak anak TK aja. Bentuk wanita mah semua sama. Ya kali aku cari wanita setengah pria," umpat Kai setelah panggilan terputus. Dia pun segera menunju ke ruangan Asha untuk memberitahu jika bosnya ingin bertemu dengannya. Padahal jika Bosnya ingin melihat bagaimana bentuk sekertaris barunya dia bisa melihat dari cctv, tetapi bukan Askara jika tidak ribet.
Satu ketukan pintu pada ruang kerja Asha. Tanpa menunggu jawaban, Kai segera menongolkan kepalanya. "Sha dipanggil pak Bos. Ayo kesana!" ucap Kai.
"Sekarang, Kai?"
"Enggak Sha, tapi lebaran monyet tahun depan."
...🌼 Bersambung 🌼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Pujiastuti
jangan marah² Kai nanti cepat tua belum juga nikah sama sang pacar 😁😁😁
2023-03-05
0
Haryati
penasaran kenapa juga Asha ninggalin paksu nya...kaget gak tuh jantung ntar....🤔
2023-03-02
1