Andri merasa geram terhadap Ibu kandungnya sendiri yang telah tega menukar kebahagiaannya demi harta, sampai akhirnya Andri menyuruh Mama Indri untuk ke luar dari dalam kamarnya.
"Sebaiknya sekarang Mama ke luar dari dalam kamar Andri, karena saat ini Andri butuh waktu untuk sendiri."
"Sayang, Mama tau kalau saat ini kamu sedang sakit hati, tapi Mama harap kamu bisa bangkit dari keterpurukan, jika kamu terus seperti ini, pasti nanti Jefri akan senang dan lebih leluasa untuk menguasai semua harta keluarga ini."
"Harta tidak akan ada artinya jika kita tidak memiliki cinta, dan suatu saat nanti Mama akan menyesal karena telah menukar kebahagiaan Andri demi semua ambisi Mama," ujar Andri, kemudian bersikeras meminta Mama Indri ke luar dari dalam kamarnya, dan setelah Mama Indri ke luar, Andri menutup serta mengunci pintu kamarnya.
"Andri, kamu jangan seperti ini Nak," teriak Mama Indri dengan menggedor pintu kamar Andri, tapi saat ini Andri tidak mau bertemu dengan siapa pun juga.
Mama Indri yang tidak berhasil membujuk Andri, kembali bergabung menuju meja makan untuk melanjutkan aktingnya berpura-pura baik kepada Nayla.
"Ma, kenapa Andri tidak ikut turun?" tanya Papa Ervan.
"Andri lagi gak enak badan Pa, nanti biar Mama antar saja makanan Andri ke dalam kamarnya."
Nayla terlihat melamun ketika mendengar Andri tidak mau makan, dan saat ini Nayla merasa bersalah juga sangat mengkhawatirkan keadaan Andri.
Semoga Mas Andri baik-baik saja, karena aku akan merasa sangat berdosa jika Mas Andri sampai kenapa-napa, ucap Nayla dalam hati.
"Nayla sayang, kenapa makannya cuma sedikit?" tanya Mama Indri.
"Nayla sudah kenyang Ma," jawab Nayla dengan memaksakan diri untuk tersenyum.
Jefri yang tau jika Mama Indri hanya berpura-pura baik kepada Nayla, langsung saja melontarkan sindiran pedas.
"Tidak usah pura-pura baik terhadap istriku, karena aku tau dari dulu kamu tidak pernah tulus kepada siapa pun, bahkan kepada Anak kandungmu sendiri."
"Mas, jangan berbicara seperti itu, bagaimanapun juga kita harus menghormati kedua orangtua kita," ujar Nayla.
"Dia bukan Ibuku, dan aku tidak pernah mempunyai Ibu, jadi tidak seharusnya aku menghormati perempuan ini," ujar Jefri.
"Jefri, tutup mulut kamu, kamu seharusnya berterimakasih kepada Tante Indri karena selama ini sudah menjadi Ibu sambung yang baik untukmu" ujar Papa Ervan.
"Papa tidak pernah mau tau apa yang sudah dilakukan oleh dia kepada Jef semenjak Jef masih kecil, jadi Papa tidak perlu mengingatkan Jef, karena dia hanya mencintai Papa saja, tapi tidak menganggap Jef sebagai Anaknya," ujar Jefri kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Nayla yang melihat kepergian Suaminya, berniat untuk menyusul Jefri.
"Ma, Pa, Nayla duluan ya, atas nama Mas Jefri, Nayla mohon maaf yang sebesar-besarnya," ucap Nayla, kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Papa Ervan sudah tidak tau lagi harus bagaimana menyikapi Jefri yang selalu bersikap seenaknya.
"Papa yang sabar ya, Mama tau kalau Jefri selalu membuat kita pusing dengan kelakuannya. Semoga saja setelah menikah dengan Nayla, Jefri bisa berubah."
"Makasih banyak ya Ma, Mama selalu sabar dalam menghadapi Jefri, Papa beruntung mempunyai istri sebaik Mama."
Papa tidak tau saja sejak Jefri masih kecil aku sering menyiksanya, tapi semenjak Jefri beranjak dewasa dia berani melawanku, ucap Mama Indri dalam hati.
"Semoga saja Nayla bisa membujuk Jefri untuk segera bekerja di Perusahaan, karena sekarang Jefri sudah mempunyai tanggung jawab menafkahi istrinya, apalagi Papa sudah semakin tua, jadi cepat atau lambat Papa harus segera pensiun jika Andri dan Jefri sudah bisa mengelola perusahaan dengan baik."
"Pa, sekarang kan sudah ada Andri yang mengurus perusahaan, jadi Papa tidak perlu terus-terusan memaksa Jefri, dia tidak akan bisa mengelola perusahaan, paling Jefri hanya akan menghancurkan perusahaan saja," ujar Mama Indri yang selalu berambisi supaya Andri yang menjadi pewaris tunggal perusahaan.
"Tapi Ma, bagaimanapun juga Jefri pemilik lima puluh persen saham perusahaan, karena dulu Kakek dari Ibu kandung Jefri sudah memberikan modal saat perusahaan hampir bangkrut. Ya sudah, kalau begitu Papa berangkat kerja dulu, Mama juga harus terus bujuk Andri untuk makan, Papa sangat merasa bersalah karena telah menyakiti Anak kita sendiri. Seandainya Papa tau kalau Nayla adalah kekasih Andri, Papa pasti tidak akan menikahkan Nayla dan Jefri," ujar Papa Ervan kemudian mencium kening Mama Indri sebelum pergi.
Seharusnya dari dulu aku menghabisi Jefri supaya tidak menjadi penghalang untukku dan Andri menguasai harta milik Mas Ervan, apalagi sekarang Andri sudah berani melawanku, bisa-bisa rencanaku untuk mendapatkan semuanya gagal karena Andri sudah dibutakan oleh cintanya kepada Nayla, ucap Mama Indri dalam hati.
......................
Secara perlahan Nayla menghampiri Jefri yang saat ini sedang berdiri di balkon kamar mereka, Jefri terlihat melamun memikirkan semua yang terjadi dalam kehidupannya, karena semenjak kecil Jefri selalu merindukan kehangatan dari sebuah keluarga.
"Kenapa kamu menyusul ke sini? aku kira kamu akan menghibur kekasihmu yang saat ini tidak mau makan," sindir Jefri.
"Bagaimanapun juga saat ini Mas Jefri adalah Imam ku, dan tidak seharusnya seorang istri menghampiri lelaki yang bukan muhrimnya."
"Kamu munafik Nayla, aku tau kalau di dalam hatimu masih ada nama Andri."
"Mas Jefri benar, jika saat ini di dalam hatiku masih ada nama Mas Andri, karena melupakan tidak semudah mencintai, apalagi Mas Andri adalah cinta pertamaku, tapi aku akan berusaha melupakan nama Mas Andri dalam hatiku, karena sudah seharusnya aku melakukan semua itu sejak Mas Jefri mengucap ijab kabul pernikahan kita."
"Tapi aku tidak yakin jika kamu benar-benar tulus padaku."
"Terserah Mas mau percaya atau tidak, karena aku tidak akan meminta kepercayaan dari Mas Jefri, tapi aku harap Mas Jefri mau berubah menjadi lebih baik lagi untuk Mas Jefri sendiri. Jangan menyiksa diri sendiri dengan menutup mata hati Mas Jefri, karena aku yakin Mas sangat tersiksa dengan semua itu. Pasrahkan semua masalah yang Mas punya kepada Allah SWT."
"Tapi sayangnya aku tidak percaya kepada Tuhan, karena selama ini Tuhan sudah tidak adil kepadaku, dan Tuhan tidak pernah memberikan kebahagiaan untukku."
"Astagfirullah, Mas tidak boleh berbicara seperti itu, Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan Umatnya, dan Mas harus yakin dengan semua itu."
"Sudahlah Nay, kamu tidak perlu menasehatiku, aku lebih tau mana yang baik untuk kehidupanku."
Nayla sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi menghadapi Jefri yang keras kepala.
"Kalau begitu aku hanya bisa berdo'a semoga Allah SWT membuka mata hati Mas Jefri," ujar Nayla dengan melangkahkan kaki untuk masuk kembali ke dalam kamarnya, tapi tiba-tiba Jefri memeluk tubuh Nayla dari belakang, sehingga Nayla merasa terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
auliasiamatir
sabar yah nay
2023-03-09
1
auliasiamatir
ya iyalah, anak kucing aja kalau dah besar melawan apa lagi manusia dodol
2023-03-09
1
Dewi Payang
ih jahat....
2023-03-03
1