“Apa ini? Juno berlaga lugu menarik sesuatu di dalam laci Jeni yang tengah asik dengan mainan barunya.
“Coba gue liat," ujar Jenie.
“Kalo nggak salah, ini namanya SC” ucap Juno dengan percaya diri.
“SC? Apaan tuh?” tanya Jenie tidak mengerti.
“Masa lo gak tau sama SC. SC itu, singkatan dari Surat Cinta tauuuuuuuu. Hehehe ternyata tetangga gue ini punya penggemar juga” ledeknya mencoba membuka amplop yang terbuat dari kertas itu.
“Gawat, pak Guru datang. Masukkan ke tas gue, nanti kita baca bersama” ajak Jenie.”
"Liat dulu, nanti pulang sekolah gue diajak pergi ke MOL sama Yovie. Setelah itu Lina ngajak gue ke toko buku. Giliran berikutnya adalah Dona yang ngajak gue klabing.”
“Ha? Emangnya lo segitu lakunya? Elokan kayak kepiting rebus ....” Jenie meniru gerakan kepiting.
Juno hanya mendengkus tak lagi memberikan kode-kode aneh kepada Jenie.
Malam-malam dikamar Jenie. “Ini dari Eki, seminggu yang lalu. Inikan waktu gue tendang bokongnya gara-gara gak mau piket," ucap Jenie cengengesan.
“Ini dari, dari Anton. Waktu lo ngajak dia maen boneka” canda Juno.
“Ini dari Jarot. Kabar-kabarnya dia anak dukun, takut ah! Ntar gue dijampi-jampi lagi”.
“Ini dari Wisnu, yang agama Hindu itukan? Sebenernya dia cukup keren, tapi ogah ah, gue gak mau pasangan yang tak seiman dengan gue."
“Ini dari Rangga, inikan orang yang giginya jontor itu. Cocok banget dengan lo,” ucap Juno sembari meniru gaya Rangga bicara."
"Ini kan dari kak ROBI. Ini tak apalah! Udah jadi ketua OSIS, cakep, juara umum lagi,” Jenie merasa menemukan orang yang sedikit cocok.
“Nggak mungkin, mana mungkin ketua OSIS mengirim beginian?” potong Juno tak percaya.
“Ah, lo syirik aja. Bilang aja lo iri sama gue?” Jenie mencabik memonyongkan bibirnya.
“Dari pada protes terus, lebih baik lanjutin baca” Juni mengalihkan pembicaraan.
Banyak sekali surat yang sudah mereka baca tetapi tak satu pun yang menarik begi mereka berdua. Tiba lah di saat ia menemukan surat dengan nama pengirim yang sedikit asing bagi mereka. “Marcell? Siapa Marcell? Kok gue ngerasa gak ada yang namanya Marcell di sekolah kita?” ulas Jenie yang merasa mendapat surat misterius.
“Ah, masa gak ada? Emangnya lo tahu seluruh nama siswa di sekolah kita?”
“Enggak sih, tapi tulisannya mirip tulisan lo deh,” ucap Jenie. Jenie memutar-mutar lembaran surat itu.
“Ah, masak sih? Masa ada yang niru-niru tulisan gue yang langka? Sini! Coba gue liat? Juno mengambil surat dari tangan Jenie. Dia membolak-balikkan kertas tersebut
“Dari sisi manasih miripnya? Lo salah liat kali? Mana mugnkin tulisan gue jelek kayak gini. Gak mirip!” tukas Juni.
“Mirip” Jenie bersi keras.
“Gak mirip” Juni gak mau kalah. Merekapun mempertahankan pendapat masing-masing.
Esok di sekolah Jenie mengajak Revi sahabatnya mengelilingi sekolah untuk mencari orang yang namanya Marcell di sekolah ini. Seluruh kelas satu sudah dia tanya, ternyata tidak ada siswa bernama Marcell. Di kelas dua juga tidak ada dengan nama itu. Dikelas tiga IPS mereka tidak menemukan yang namanya Marcell.
“Gimana kalo di IPA? IPA kan cowoknya ganteng-ganteng,” kata Revi bersemangat.
Merekapun mengelilingi kelas 3 IPA, ketika berada di depan dikelas 3 IPA 3, Revie melihat kakak yang ganteng sedang berdiri di depan kelas. “Kak, boleh saya tanya gak?” kali ini, Revi mengambil alih.
“Ya, ada apa?”
“Apa ada siswa yang bernama Marcell di sini?”
“Ya, disini memang ada yang namanya Marcell," ucap kakak kelas ganteng tersebut
“Trus apa di punya pacar?” tanya Revi kembali.
“Sudah, dia suda punya pacar. Sekelas lagi," ucapnya melirik ke arah belakang.
“Trus siapa pacarnya?"
“Itu!” Sambil menunjuk seorang siswa perempuan yang melotot ke arah mereka.
“Gak papa deh, yang namanya Marcell itu udah punya cewek. Tapi, kenalkan nama saya Revi dan ini temen saya Jenie. Kakak namanya siapa?” Revi mulai beraksi mengambil hati kakak kelas tampan itu.
“Oh, nama gue Marcell. Jadi, orang yang bernama Marcell itu ya gue!" ucapnya sedikit ketus.
“Ha??? Marcell?” Jenie dan Revi saling bersitatap.
“Gak munkin dia yang ngirim surat ke gue kan? Masak orang yang udah punya pacar ngirim surat cinta ke gue?” tukas Jenie menelusuri lorong sekolah
“Bener juga, sayang dia sudah punya cewek," ucap Revi lesu. Padahal, tadi kakak kelas yang ia lihat, begitu rupawan.
“Mungkin itu orang iseng kali?” sambung Jenie.
“Bisa jadi,” gumam Revi.
Ketika mereka kembali ke kelas kepala Jenie mulia liar melirik ke segala arah. 'Mana si bocah itu ya? Heran, akhir-akhir ini gue jarang melihat tampang menyebalkannya itu. Tapi kalo bertemu malah berantem. Kalau gak bertengkar barang sehari aja, rasanya gak asik,' batinnya.
Pulang sekolah Jenie langsung sholat Zuhur dan kabur kerumah Juni buat menyelidiki keberadaan Juno. Kira-kira, apa yang dilakukannya akhir-akhir ini? Namun ternyata, Juno belum pulang sekolah.
Ketika hendak kembali kerumahnya “Jen, kamu udah makan?” tanya Tante Siska, ibu Juno.
“Belom Tan. Tapi, Juno nya kemana? Kok belom pulang juga?"
“Oh, tadi Junonya udah pulang kok. Tapi, dia pergi lagi walau masih pake seragam sekolah,” ujar tante.
“Ayo makan siang dulu sama Tante. Sekarang, dirumah kamu lagi tidak ada orang kan? Ayo, di sini saja temani Tante?"
“Baiklah, Tante! Sambil nunggu Juno juga." Jenie langsung duduk di bangku samping Tante Siska, memindahkan nasi ke dalam piring, tak lupa dengan sambal dan lauk ikan panggang. Mereka menikmati makan siang itu dengan saling bercerita. Tampak jelas, Tante Siska memperlakukan Jenie dengan istimewa.
"Tante, aku tunggu di kamar Juno aja ya?” Setelah mendapat persetujuan dari teman bundanya itu, Jenie segera menuju kamar Juno.
Ia memandangi seisi kamar khas anak laki-laki dengan poster Ronaldo, pemaih sepak bola kesayangannya. Merasa lelah menunggu, ia pun merebahkan diri di atas ranjang teman sekelasnya itu. Tanpa sadar, karena merasa terlalu nyaman, Jenie pun tertidur.
Jenie terbangun dalam keadaan gelap gulita. “BUNDA ... BUNDA ...." Jenie merasa ketakutan.
"Kenapa lampunya dimatikan? Jenie kan takut gelap ..." ucapnya dengan refleks menurunkan kakinya.
”ADAW ....” Terdengar suara jeritan dan Jenie pun tersentak.
“Siapa itu?” Jenie sangat terkejut mendengar suara laki-laki tersebut.
Lalu, Jenie memeriksa dan meraba orang yang ada di bawah sana menggunakan kaki. Dan benar adanya ada sebuah tubuh dan ia langsung mencoba untuk kabur. Tubuh itu bangkit dan menarik tangan Jenie. Hingga membuat gadis manis itu jatuh tepat di atas tubuh yang ada di bawahnya.
“Bunda, Ayah, tolong ....” Jenie terpekik.
Lalu bayangan itu membekap mulut Jenie. "Apa-apaan sih lo? Udah tidur di kamar orang sembarangan, ini malah teriak-teriak lagi?”
"Hmmmpp ... hmmmp ...." Jenie meronta dalam dekapan bayangan itu. Tubuh ini melepaskan bekapannya lalu bangkit dan menyalakan lampu.
“Juno?” Jenie sangat terkejut dan memandangi apa yang ada di sekelilingnya. “Eh, gue dikamar lo ya?”
“Iya! Lo itu tidur di kamar gue! Dibangunin malah gak mau bangun! Persis kayak kebo!” ujarnya kesal.
“Pasti Bunda gue mencari gue?” Jenie bangkit tetapi dari arah luar rumah terdengar sebuah kehebohan yang tidak tahu entah kenapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments