Jodoh Dari Lahir

Jodoh Dari Lahir

1. Ulang Tahun Bareng

Kisah ini terjadi sekitar awal tahun 2000-an. Ketika ponsel masih langka dimiliki oleh siswa sekolah dan program chat menggunakan MIRC mulai digandrungi para remaja

*

*

*

‘‘Heh, bego! Lu sengaja ya?" teriak seorang pemuda terhadap gadis manis yang tersenyum kikuk kepadanya. Gadis bernama Jennie mengusap tangan yang berlumuran campuran gula dan butter cream bewarna-warni.

Di hadapannya, tampak meja yang telah ambruk, sebuah kue ulang tahun berukuran besar, mencium lantai tak berdaya. Di sekitarnya, terdapat banyak benda yang terbungkus kertas warna-warni turut berceceran.

Semua yang hadir, menatap gadis itu. Jennie, mengeluarkan cengiran, membalas tatapan semua tamu yang membisu beberapa waktu, dan ... ledakan tawa pun mengisi malam itu.

"Nyeeet! Jawab! Lu sengaja ya?" Pemuda sang pemilik kue berjalan mendekati Jennie yang telah belepotan di mana-mana.

Jennie kembali memasang wajah kikuk, pura-pura bodoh.

Lima menit yang lalu

Malam ini adalah hari ulang tahun Jennie bersama seorang cowok yang dianggapnya sebagai musuh semenjak lahir. Jennie merasa kesialan datang bertubi-tubi, semenjak ia lahir. Ia mengenal seorang Juno Marcello Hadiningrat sebagai tetangga sebelah rumah yang memiliki waktu lahir yang bersamaan dengannya.

Setiap hari mereka selalu mengisi waktu dengan pertengkaran. Mulai dari hal yang paling kecil, hingga pada hal yang sangat besar.

Sialnya, orang tua mereka sepakat untuk merayakan ulang tahun ketujuh belas ini, bersama-sama. Anehnya lagi, mereka pergi acara makan malam bersama, tanpa mengawasi pelaksanaan pesta.

Mereka berdua, selalu saja tak ingin mengalah, sama-sama mencari kesempatan memulai masalah. Terkadang, Jennie yang memulai duluan, atau sebaliknya ... Juno yang mengawali masalah.

Saat ini, rasa iri karena ukuran kue Juno lebih besar dari milik Jennie, membuat gadis berambut sebahu teringin memulai kejahilannya. Jennie berjalan cuek ke arah kue ulang tahun mereka yang berjejer berbeda meja.

Mmm ... beruntung sekali hidupnya. Udah punya orang tua kaya, hidup mewah, bahkan untuk kue ulang tahun saja bisa sebesar ini?

Jennie membandingkan ukuran kue yang dibelikan orang tuanya. Matanya menyipit, menyaksikan Juno yang asik pansos dengan tamu yang lain.

Jennie mencolek kue ulang tahun Juno. Akan tetapi, ia dengan sengaja terpeleset jatuh dengan cantik menimpa meja di mana kue milik Juno terlihat gagah berdiri di sana. Anehnya lagi, kue miliknya yang berada di meja sebelah, tidak terganggu sedikit pun.

***

"Dodoool! Jawab! Lu sengaja ya?!" Bentakan pun tepat berada di telinga Jennie, membuyarkan lamunannya pada kesengajaan yang ternyata malah membuatnya ikut menjadi kotor.

Seorang pemuda, tiba-tiba berdiri tepat di hadapan Jennie. "Brow, lu kalau lakik jangan teriak-teriak depan cewek," ucap salah satu teman sekolah mereka bernama Anton.

Juno mendorong teman sebayanya menjauh dari Jennie. "Gue gak bicara sama elu anjiir!"

“Enak aja? Nuduh sembarangan! Padahal kuenya jatuh sendiri, juga!’ ucap Jenie membela diri.

“Gak mungkin! Gue lihat lu sengaja kan? Dasar sinto gendeng!” teriaknya tepa di hadapan Jenie.

Perang mulut pun tak dapat dielakkan. Mereka saling mengeluarkan umpatan dan serapah.

“Salah lu sendiri gak pinter jaga kuenya, O-on! Gue pites juga lama-lama lu ye?" Jennie menyingsingkan lengan pakaiannya makin ke atas

“Dasar cewek begok!” cetus Juno.

‘‘Apa? Lu bilang gue bego? Lu sendiri gimana? Gemulai? Udah tujuh belas, masih aja main boneka!” balas Jennie tak kalah sengit.

Lalu, meledak lah tawa para undangan yang berencana ingin menikmati pesta meriah malam ini.

Juno merasa malu, semakin naik pitam. “Apa kata lu? Gue dibilang gemulai?”

Juno menarik kedua bahu Jennie. "Gemulai ya?" Jennie terus ditarik hingga posisi mereka menjadi sangat dekat.

Jennie merasa takut akan reaksi Juno yang terus mendekatkan wajahnya. "Jadi, kayak apa yang lu maksud gemulai?" Bibirnya semakin dekat. Amarah karena telah mengatainya, membuat ia ingin membuktikan bahwa dirinya bukan lah seperti yang dituduhkan Jenie.

Jennie menyibak kedua tangan Juno, lalu mengaruk kue bertulis nama cowok itu yang sudah tidak bisa dimakan. Ia melemparkan kue itu ke wajah Juno. Potongan kue tersebut tepat mendarat di pipi Juno.

Juno menarik kasar sisa kue yang melekat pada pipinya. Ia pun mengangkat kue Jennie yang masih utuh, melemparkan ke arah musuh bebuyutannya itu.

Jennie berhasil menghindar, menimpa Anton yang sedari tadi menjadi pengawal. Kericuhan pun terjadi. Acara sweet 17'th yang diharapkan menjadi kisah manis itu, ternyata malah gagal total.

Perang lempar-lemparan kue pun tidak terelakan.

*

*

*

Akhirnya, kedua orang tua mereka pulang dari acara makan malam bersama. Kedua belah pihak, merasa geram dengan apa yang terjadi.

"Kalian, telah melanggar kepercayaan Ayah." Setelah itu, Jennie dan Villa, adiknya, disuruh masuk kamar dan membersihkan diri.

Sementara itu, telinga Juno ditarik oleh Maminya. Telinga itu masih berada di tangan sang ibu hingga sampai ke rumah mereka yang bersebelahan.

"Dasar, anak bandel??” geram sang Ibu, membuat Juno tak bisa berkutik.

Di kamar yang ada di seberang ruman mereka, Jennie baru saja usai mandi.

"Dasar anak dongo, padahal gue udah nyiapin kado buat dia. Nah, kejadian tadi malah jadi gak sempat ngasihnya. Lah, biar aja lah ... gue jual lagi aja!" sungutnya menatap ke luar jendela. Jendela kamar mereka saling berhadapan.

*

*

*

Bunda memanggil Villa, adik Jennie. Ia baru saja selesai mandi langsung diinterogasi mengenai apa yang terjadi.

Villa menceritakan semua yang terjadi, apa adanya. Mendengar cerita dari Villa, Bunda hanya bisa menggelengkan kepala.

"Mengapa mereka tidak pernah akur sih?” guman Bunda, terlihat stress oleh tingkah mereka.

‘‘Padahal, kami ingin menyatukan mereka semenjak lahir dulu.” Bunda menutup bibir menyadari telah salah bicara

“Oh ya? Apa mereka tahu?" Villa spontan angkat bicara.

"Kamu jangan kasih tau mereka ya?"

Bunda tampak berpikir sejenak. Ia menjelaskan bahwa ini dilakukan karena dahulunya masa muda, Bunda dan Siska, ibu Juno adalah sahabat semenjak masa kuliah. Mereka telah berjanji ingin menyatu dengan menjodohkan anak mereka jika beda jenis klamin.

Ternyata, mereka lahiran di waktu yang sama dan benar adanya bahwa jenis anak-anak mereka berbeda. Saking niatnya untuk menjodohkan putra putri mereka, untuk nama pun mereka sepakat dibuat mirip, memikirkan agar bagus bunyinya dalam undangan pernikahan.

Setelah mendengar penjelasan Bunda dengan panjang lebar, Villa pun meminta izin kepada ibunya untuk datang ke kamar kakaknya yang baru saja dimarahi oleh kedua orang tuanya.

Ia teringat, memiliki sesuatu yang beluk sempat diberikan. Dengan penuh semangat, Villa mengetuk pintu kamar sang kakak, dan ternyata kakaknya itu baru selesai mandi.

"Kak, ini kado dariku," ucapnya dengan penuh semangat berharap sang kakak menyukainya.

Dengan antusias Jenie membukanya, tetapi ekspresi sang kakak tampak berubah datar.

Terpopuler

Comments

tambahan bunga sudah kuberikan

2023-03-17

1

Aisyah Al Humairah 🧸☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

Aisyah Al Humairah 🧸☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

mampir sebentar kk. ntar kalau ada waktu luang di baca....🤭🤭

2023-03-16

1

fb/Ig: Puput Alfi

fb/Ig: Puput Alfi

Duh, jadi ingat pakai paketan di warnet 3 jam 8rb buat MIRC an doang... 😂 asl plz

2023-03-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!