Tendangan kuat mendarat begitu saja pada tubuh yang belum bersiap mendapat serangan itu. Terdengar teriakan parau yang keras mendapatkan hantaman hebat dari beberapa pria dewasa.
Setelah melihat Aziel tak bergerak, mereka segera mengangkat Baron bersama-sama dan membiarkan Aziel yang meringkuk tak bergerak. Arsen yang berada di tubuh Aziel hening, ia bagai mendapat pecutan hebat menyadari hari-hari yang selama ini dijalani oleh putranya ini.
"Ziel, elu sih? Pakai ngelawan segala? Harusnya elu nurut!"
Kepala pemuda bernama Aziel itu mendongak pada sumber suara tadi. Ternyata dia adalah pemuda berseragam sekolah, persis sama dengan pakaian yang saat ini melekat di tubuhnya. Dia duduk di sisi tubuh kawan sebayanya ini.
"Mana yang sakit?" Dia menarik tas yang terpasang pada punggungnya, lalu mengeluarkan jel lidah buaya yang selalu disiapkan untuk keadaan tak terduga seperti ini.
Pemuda itu sudah mengeluarkan jel yang menenangkan bagian luka dalam ini sudah berada setengah bagian di jemari bersiap untuk dioleskan pada tubuh Aziel. Namun, matanya terbelalak. Tak sedikit pun tampak luka dan lebam di tubuh temannya yang jelas mendapatkan serangan brutal.
"Gue nggak mimpikan?" Ia mencubit tangan Aziel dan cubitan itu ditepis kuat.
"Aaagghhh ...." Ringisan pun terdengar dari mulutnya.
Aziel mulai mengubah posisi dan duduk di samping temannya ini. "Apa yang kau kadukan sama si gondrong tadi?" tanyanya dengan raut mata datar terkesan dingin menyeruak pada tubuh lawan bicara.
"Gue hanya bilang tadi lu nyerang gue tiba-tiba waktu gue ajak untuk bekerja. Makanya dia marah. Kayak gak tau giamana Bang Baron aja lu? Minimal kita harus nyetor tiga ratus ribu sehari ke dia. Eh, orangnya lu bikin koma kayak gitu."
Aziel memasang wajah tak tertarik melirik pemuda di sampingnya ini. "Siapa nama kau?"
Remaja itu membelalakkan mata berpindah posisi duduk tepat di hadapannya. "Nama gue? Lu jangan bercande jang!" Punggung tangan pemuda itu melekat di keningnya.
Aziel menepis tangan orang yang ada di hadapanya ini. "Iye, nama kau? Kita tidak pernah bertemu selama ini."
"Ziel, lulu mengalami amnesia ya? Masa lu lupa sama gue? Jangan-jangan tadi itu, Dandy benar-benar menghajar lu ya? Jadi, membuat otak lu bermasalah? Masa lu lupa sama gue yang udah berjuang bersama semejak kita di sini."
Aziel menatap pemuda itu dengan wajah datarnya. "Saya tak tahu! Katakan saja!"
"Gue ini Joki! Masa lu lupa? Anjiirr, tiba-tiba berasa ngomong sama orang tua."
Beberapa waktu berlalu, Arsen mulai mempelajari banyak hal dari informasi yang diberikan oleh Joki. Hal yang mengejutkan membuat ia tak bisa percaya, ternyata selama ini anaknya menjadi pencuri di bawah kungkungan Baron sebagai ketua yang mungkin menculik Aziel dulu.
"Saya tidak mau tinggal di sini lagi!" ucap Aziel. Lalu, ia bangkit lalu beranjak menuju pintu arah keluar gedung.
"Ziel! Apa elu lupa? Udah berapa kali kita mencoba kabur, tapi nggak pernah berhasil. Ini saja kita diizinin sekolah aja udah syukur!" Joki menarik tangan Aziel, tetapi ditepis membuat tubuh Joki oleng dan ambruk.
"Gile anjiirr, sejak kapan lu bisa sekuat ini?" rutuk Joki kembali bangkit.
"Jangan ganggu dan jangan ikuti saya!" Aziel terus beranjak tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
[ Kau masih bertanya? Bukan kah sudah aku katakan supaya kau melakukan hal yang diperintah Agama? ]
"Lalu saya biarkan ketika terus dipukuli saja gitu?"
[ Aku tidak melarangmu membela diri. Jika kamu dihajar seperti itu, disarankan melakukan segala upaya untuk mempertahankan diri. Makanya kamu tidak diberi hukuman. ]
[ Namun, jika kamu melakukannya dengan perasaan dendam dan penuh kebencian, maka bersiaplah misi pahala dan bonus yang harusnya kamu dapat akan berkurang. Amal jariyah yang akan mengantarmu ke surga juga akan berkurang. ]
"Hmmmff ...." Arsen di dalam tubuh anaknya itu melengos kesal. Ia mulai berpikir bahwa menjadi orang baik ternyata sangat lah sulit, karena banyak aturan yang mengikat. Apalagi ia diawasi Sistem yang mengikutinya 24 jam.
Tubuh dan kaki ini, tak tahu harus dibawa ke mana. Rasa lapar dan haus yang luar biasa, mendera tubuhnya yang tiada henti mendapat siksa sedari tadi. Ia merogoh kantung celana bewarna abu-abu dan ternyata kedua kantong kiri dan bolong. Ia beralih pada kantong seragam di dada kiri berlabel OSIS, ternyata kosong juga.
Kruuuyuuuk
Ia memegangi perut menahan rasa lapar yang luar biasa.
[ Kenapa kau tidak berbuat baik? Bukan kah misi menjadi pria soleh itu sudah menjanjikanmu untuk memiliki sesuatu yang kamu inginkan? ]
Kepala pria berusia tujuh belas tahun itu melirik ke arah kiri dan kanan, ia bersiap untuk menyeberangi jalan. Ia melihat warung tegalan dari seberang jalan dan akhirnya memutuskan untuk menyeberang.
Dari satu sisi, rubicon bewarna coklat melintas dengan kecepatan tinggi mendahului kendaraan lain. Saat melihat sosok pemuda berpakaian sekolah melintas, matanya nyalang tak percaya.
"Ahh, pencuri itu masih bisa berdiri rupanya?"
Sang pengemudi menginjak pedal gas dengan dalam. Bibirnya terulas senyum tipis dan bersiap untuk melakukan sesuatu yang tak terduga. Kendaraan melesat cepat dan dengan sengaja bergerak lurus hendak.menghantam tubuh yang menyeberang itu.
[ Sensor bahaya terdeteksi. ]
Tubuh Aziel bergerak dengan sendirinya dengan kecepatan cahaya berlari ke arah penggir jalan. Pemuda yang ada di atas rubicon itu tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Aziel, siswa yang tadinya dihajar beramai-ramai dengan teman sekolah lainnya, berlari hingga tak bisa ditangkap lagi oleh lensa mata. Ia melirik ke arah Aziel yang menatap laju kendaraannya.
Tanpa ia sadari dari arah berlawanan, ada kendaraan yang melaju. Ia tersadar dan matanya nyalang mencoba banting strir. Pedal rem diinjak dengan dalam meskipun ia masih harus menabrak tiang listrik.
Aziel bergantian melirik tangannya secara bergantian. "Ini ulahmu juga?" gumamnya.
[ Begitu lah! Jadi kau tak perlu khawatir jika marabahaya tak terduga, tiba-tiba menghampiri. ]
Lalu, pemuda itu melirik ke arah rubicon yang hampir saja menewaskannya di tempat. Dari arah kemudi, keluar seorang pemuda remaja juga. Wajah pemuda itu nanar menatap ke arah dirinya. Aziel kembali melirik ke arah kiri dan kana.
"Kenapa dia? Apa dia mengenalku?"
Pemuda itu berjalan mendekati Aziel. Namun, ternya tubuh yang akan dihantamnya itu telah berpaling dan menjauh. "Oi! Kau! Kemari kau!" teriaknya.
Aziel tak merasa mengenalnya hanya melirik sejenak. Ia melanjutkan langkah kaki karena merasa tidak memiliki kepentingan terhadap pria muda itu. Namun, seseorang itu menahan langkah dengan menarik bahunya secara kasar.
"Lu ngga denger kata gue sialan?" teriaknya di hadapan Aziel.
Aziel melirik pemuda labil itu dengan wajah datarnya, menepis tangannya dengn kasar. "Siapa kau?"
Dandy, tertawa dengan wajah sangarnya. Meskipun ia sedikit heran karena Aziel terlihat tak terluka sama sekali usai dikeroyok bersama teman-temannya tadi. Namun, berlaku pura-pura melupakannya ini sungguh membuatnya sangat terhina.
Dandy menarik Aziel dengan paksa. Namun, tangan Dandy ditepis, kali ini dengan tenaga yang tak main-main, hingga membuat suara tulang bocah itu berderit. Teriakan Dandy membuat semua yang mendengarnya ngilu.
[ Arsen, apa yang kau lakukan pada anak itu? ]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Eany Luphdieya
jadi orang baik itu emang susah arsen, tapi kamu akan menikmatinya saat kamu berada di surga nanti
2023-03-23
2
mantul
2023-03-17
1
Itta Irawan
tahan sen, kamu yg buasa hidup dg kezaliman harus berubah jd sosok yg sholeh, sangat sulit memang tp bukankah itu keinginanmu untuk diberi kesempatan mnjdi org baik
2023-03-03
1