Bab 5. Mencegah Alden Pergi

Viona duduk dengan gelisah di dalam apartemennya. Wanita itu sangat resah sebab sampai sekarang belum mendapatkan hati Alden.

Padahal momen seperti ini adalah kesempatan besar untuk Viona merebut Alden dari Aqila. Terlebih sahabatnya telah pergi dan melepaskan Alden begitu saja.

Viona senyum licik memperhatikan fotonya bersama Aqila dan Alden. Foto saat mereka SMA. Di dalam foto itu senyum Aqila sangat manis dan merekah, senyum yang selalu membuat siapapun jatuh cinta dan itu membuat Viona kesal.

Wanita licik itu melipat bagian foto yang menampilkan wajah Aqila hingga yang terlihat hanya dirinya saja bersama Alden.

"Terimakasih Qila telah memberiku kesempatan untuk merebut Al. Kau memang sahabat yang baik. Pergilah sejauh mungkin dan jangan kembali lagi. Bawa kesalahpahaman itu bersamamu." Viona senyum licik.

Selama ini Viona memang tidak bisa merebut hati Alden, tapi dia berhasil membuat kesalahpaham hingga keduanya berpisah.

Viona beranjak dari duduknya ketika sadar jarum jam telah menunjukkan angka 4 sore. Jam-jam seperti ini Alden telah pulang dari kantor dan akan nongkrong di Cafe favoritnya bersama Aqila dulu.

"Bukan Viona namaku jika tidak bisa mendapatkan Alden," gumam Aqila.

Wanita licik itu segera melajukan mobil miliknya menuju Cafe untuk bertemu dengan Alden. Viona tidak peduli jika harus mendapatkan penolakan terus-menerus.

Langkah Viona berhenti di ambang pintu melihat Alden bicara dengan seorang pria yang Viona kenal.

Ingin mengetahui apa yang mereka bicarakan, Viona memutuskan mendekati meja tanpa sepengetahuan Alden maupun Gilang.

Tangan Viona terkepal hebat mendengar semua pembicaraaan Gilang dan Alden. Baru saja dia bahagia karena kepergian Aqila, kini kabar buruk sudah terdengar di telinganya.

Ingin rasanya Viona membunuh Gilang sekarang juga karena memberitahukan keberadaan Aqila pada Alden.

"Tidak, aku tidak boleh membiarkan Alden bertemu dengan Aqila dan menjelaskan semuanya. Kalau itu terjadi aku akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Al," gumam Viona.

Wanita itu memilih meninggalkan Cafe tanpa menyapa Alden lebih dulu. Yang ada dipikiran Aqila saat ini, yaitu mengagalkan rencana Alden untuk menemui Aqila.

"Ayolah Vi berpikilah yang jernih," ucapnya pada diri sendiri karena tidak kunjung mendapatkan ide cemerlang untuk mencegah kepergian Alden.

"Membuat masalah pada perusahaan? Tidak-tidak." Viona mengelengkan kepalanya. Membuat masalah pada perusahaan Alden tidak ada gunanya. Alden mempunyai asisten lumayan cekatan untuk menyelesaikan masalah.

Viona mengigit kuku tangannya seraya terus berpikir ide-ide gila. Senyuman licik tercetak jelas di wajah wanita itu ketika menemukan satu ide di kepalanya.

Dia yang semula berdiam diri di dalam mobil, mulai melajukannya menuju rumah Alden.

***

"Terimakasih informasinya Gilang, kau memang teman yang baik," ucap Alden mengakhiri percakapan di antara mereka sebab hari telah gelap.

"Sama-sama, lagipula informasi yang aku berikan tidak lengkap Al. Aku tidak tahu dimana Qila tinggal di Seoul."

"Tidak masalah, tahu bahwa kekasihku ada di kota Seoul sudah cukup untukku." Alden melempar senyum persahabatan pada Gilang sebelum meninggalkan Cafe.

Akhirnya setelah mencari selama berminggu-minggu dia bisa menemukan dimana kekasihnya berada. Ya Aqila masih kekasihnya sebab sampai sekarang Alden belum menyetujui perpisahan mereka.

Hubungan terjalin karena persetujuan dua orang, maka putusnya hubungan harus mendapat persetujuan dua belah pihak pula. Karena Alden tidak setuju, Aqila masih kekasihnya.

"Tunggu aku Qila, aku akan membawamu kembali dan memperbaiki apa yang terjadi dalam hubungan kita."

Untuk pertama kalinya setelah kejadian malam itu, Alden kembali menampakkan senyum manisnya. Senyum yang sering kali membuat wanita jatuh cinta padanya.

Alden segera menghubungi Randy agar mempersiapkan keberangkatannya ke negara Ginseng agar bertemu dengan Aqila dengan cepat.

"Kau sudah membaca pesan? Saya harap kau cekatan, saya ingin berangkat malam ini!" ucap Alden tidak terbantahkan pada Randi di seberang telpon.

"Maaf Tuan, tapi anda tidak bisa pergi malam ini maupun besok. Proyek yang sedang berjalan akan dibahas kembali dan tidak bisa dihadiri oleh siapapun."

Alden menghela nafas panjang mendengar jawaban menyebalkan dari asistenya.

"Besok dan lusa adalah final proyek kita dan penandatangan kontraknya. Jika Tuan ingin pergi, maka pergilah setelah urusan selesai. Kita sudah terlalu banyak mengelurkan dana untuk proyek ini, jika gagal hanya akan membuat perusahaan rugi besar."

"Berhentilah menjelaskan semuanya saya tahu itu!" kesal Alden dan memutuskan sambungan telpon begitu saja.

Alden yang cukup temperamental harus memimpin perusahaan, kalau saja tidak ada Randi di sampingnya, mungkin perusahaan sudah lenyap tiga tahun yang lalu.

"Tiga hari, sabarlah Qila aku akan menjemputmu," gumam Alden.

Pria itu membanting setir kemudi memasuki pagar setelah sampai di depan rumahnya. Alisnya saling bertaut melihat mobil cukup pasaran berada di depan rumah.

Pemilik mobil itu sangat Alden kenali.

"Pergi dari rumahku!" teriak Alden padahal baru melewati pintu utama.

Viona yang sejak tadi berbaring di sofa segera bangun dan menghampiri Alden. Baru beberapa langkah, tubuh wanita itu limbung hingga terjatuh ke lantai marmer.

"Vi!" panggil Alden.

Pria itu berjongkok kemudian mengendong tubuh tidak berdaya Viona menuju kamar tamu.

"Vi, bangunlah jangan pura-pura!" desak Alden berdiri di samping ranjang. Jujur saja hati kecil Alden merasa khawatir melihat kondisi Viona sekarang. Namun, pikiran Alden mengatakan bahwa ini semua hanya akal-akalan Viona agar mendapatkan perhatian darinya.

"Aku bilang bangun!" sentak Alden menarik tangan Vioan cukup kencang, hal itu membuat Viona membuka matanya.

Entah benar-benar sakit atau pura-pura Alden tidak tahu.

"Maaf menyusahkanmu Al, tapi aku tidak punya siapa-siapa dirumah hingga tidak ada yang menjagaku saat sakit," lirih Viona terus terbatuk.

Tubuh yang mulai hangat dan wajah kian memucat semakin membuat Alden di lema untuk saat ini.

"Tinggalah, tapi jangan berani-berani melewati tangga!" ucap Alden hendak keluar dari kamar tapi langkahnya berhenti sebab tarikan Viona.

"Tubuh aku lemas akhir-akhir ini Al. Apa jangan-jangan aku hamil?"

Alden senyum sinis. "Kalaupun hamil itu pasti bukan anakku!" jawab Alden dan benar-benar meninggalkan kamar Viona.

Sementara Viona mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ternyata usahanya ini tidak membuat Alden simpati padanya.

Tidak tahukah Alden bahwa Viona rela berendam air es di bathtub berjam-jam agar sakit dan mendapatkan perhatian pria itu? Nyatanya tidak. Usahanya memang tidak sia-sia karena benar-benar sakit, yang sia-sia sebab tidak mendapatkan perhatian Alden.

"Aku harus tetap dirumah ini dan mencegah Alden pergi. Kalau bisa aku akan mengancam Alden bunuh diri kalau sampai dia nekat." Itulah tekat Viona untuk mencegah Alden pergi. Apalagi Viona tahu bagaimana lembutnya hati Alden.

Pria yang selalu tidak tega jika melihat wanita menderita, itu adalah Alden Leon Wesley.

...****************...

Terpopuler

Comments

Gerrydarmayudha Yudha

Gerrydarmayudha Yudha

ga tegaanya menjadikannya terlalu bodoh sbagai lelaki,,ikutan muak viona dan Alden yang payah

2024-11-11

0

Nesya Yanuar

Nesya Yanuar

Alden Itu berhati lembut, gak tegaan, Dan jg bodoh. makanya Dia mudah di tipu sm viona.

2024-09-13

0

sherly

sherly

terlalu baik kamu Alden .. berhati lembut boleh tp Ama modelan viona kayak ngk pantas deh

2023-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pengkhianatan Cinta
2 Bab 2. Pergi Menjauh
3 Bab 3. Dimana Aqila?
4 Bab 4. Mencurigai Viona
5 Bab 5. Mencegah Alden Pergi
6 Bab 6. Kelicikan Viona
7 Bab 7. Kamu Bukan Aqila!
8 Bab 8. Menyusul Aqila.
9 Bab 9. Aku Merindukan Kamu, Aqila!
10 Bab 10. Akhirnya Bertemu
11 Bab 11. Aqila
12 Bab 12. Permintaan Maaf
13 Bab 13. Aku Di jebak
14 Bab 14. Tak Pernah Menyerah
15 Bab 15. Pria Kemarin
16 Bab 16. Luka ini Terlalu Dalam
17 Bab 17. Apartemen Aqila
18 Bab 18. Sarapan Berdua
19 Bab 19. Bukti CCTV
20 Bab 20. Mencoba Menata Hati
21 Bab 21. Memberi Kesempatan
22 Bab 22. Mungkin Harus Memaafkan
23 Bab 23. Apa Kamu Tidak Punya Perasaan?
24 Bab 24. Kehamilan
25 Bab 25. Perpisahan
26 Bab 26. Lebih Baik Berpisah
27 Bab 27. Selamat Tinggal Korea
28 Bab 28. Selamat Datang di Bali
29 Bab 29. Bertemu Varo
30 Bab 30. "Selamat Pagi, Aqila."
31 Bab 31. Alden Yang Terpuruk
32 Bab 32. Surat Perjanjian
33 Bab 33. Tak Akan Pernah menikahi
34 Bab 34. Pesan Tertulis
35 Bab 35. Varo
36 Bab 36. Malam Di Tepi Pantai
37 Bab 37. Kelicikan Viona
38 Bab 38. Kegembiraan Viona
39 Bab 39. Rencana Alden
40 Bab 40. Tinggal Se Rumah
41 Bab 41. Berpura-pura Cinta
42 Bab 42. Aku Tidak Berbohong
43 Bab 43. Ikhlas Melepaskannya
44 Bab 44. Jebakan Alden
45 Bab 45. Surat Perjanjian
46 Bab 46. Apa Dia Sudah Gila?
47 Bab 47. Hasil Rekaman
48 Bab 48. Aktor Terhebat
49 Bab 49. Periksa Kandungan
50 Bab 50. Pemeriksaan Kandungan
51 Bab 51. Perhatian Varo
52 Bab 52. Kemana Varo?
53 Bab 53. Kekesalan Viona
54 Bab 54. Hasil DNA Dokter Nia
55 Bab 55. Hasil Tes DNA Dokter Adrian
56 Bab 56. Makan Malam
57 Bab 57. Aku Datang, Aqila
58 Bab 58. Dengarkan Aku, Aqila.
59 Bab 59. Siapa Pria itu?
60 Bab 60. Aku Cemburu
61 Bab 61. Kenapa Sesakit Ini?
62 Bab 62. Jangan Marah, Al!
63 Bab 63. Aqila Terpaksa Berbohong
64 Bab 64. Chat
65 Bab 65. Lelah Bersandiwara
66 Bab 66. Jauhi Aqila!
67 Bab 67. Kalau Jodoh Tidak Akan Kemana
68 Bab 68. Di Kafe
69 Bab 69. Kecelakaan
70 Bab 70. Bayi Viona
71 Bab 71. Ibu Viona
72 Bab 72. Menceritakan Pada Mama
73 Bab 73. Kecurigaan Aqila
74 Bab 74. Pengakuan Viona
75 Bab 75. Maafkan Aku, Tante!
76 Bab 76. Kepergian Viona.
77 Bab 77. Supir Taksi
78 Bab 78. Maafkan aku, Kak Varo
79 Bab 79. Aku Benci Papa
80 Bab 80. Jangan Buang Air Matamu
81 Bab 81. Ke Akuarium
82 Bab 82. Pasar Malam
83 Bab 83. Kebun Bunga
84 Bab 84. Ke Perusahaan
85 Bab 85. Sisi Lain Alden
86 Bab 86. Randi
87 Bab 87. Melamar
88 Bab 88. Menerima Alden
89 Bab 89. Cinta Pertama Aqila
90 Bab 90. Papa Joan
91 Bab 91. Miho
92 Bab 92. Cemburu
93 Bab 93. Restu dari Orang Tua Aqila
94 Bab 94. Lontong Medan
95 Bab 95. Menjemput Miho
96 Bab 96. Bucin
97 Bab 97. Pengorbanan Miho
98 Bab 98. Kenalan dengan Ibu Miho
99 Bab 99. Persiapan Foto Prewedding
100 Bab 100. Alden dan Randi
101 Bab 101. Pendekatan Dengan Miho
102 Bab 102. Akad Nikah
103 Bab 103. Mohon Restu Dari Kedua Orang Tua
104 Novel SENANDUNG KEIKHLASAN
105 Bab 104. Ijab Kabul
106 Bab 105. Pesta Pernikahan
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1. Pengkhianatan Cinta
2
Bab 2. Pergi Menjauh
3
Bab 3. Dimana Aqila?
4
Bab 4. Mencurigai Viona
5
Bab 5. Mencegah Alden Pergi
6
Bab 6. Kelicikan Viona
7
Bab 7. Kamu Bukan Aqila!
8
Bab 8. Menyusul Aqila.
9
Bab 9. Aku Merindukan Kamu, Aqila!
10
Bab 10. Akhirnya Bertemu
11
Bab 11. Aqila
12
Bab 12. Permintaan Maaf
13
Bab 13. Aku Di jebak
14
Bab 14. Tak Pernah Menyerah
15
Bab 15. Pria Kemarin
16
Bab 16. Luka ini Terlalu Dalam
17
Bab 17. Apartemen Aqila
18
Bab 18. Sarapan Berdua
19
Bab 19. Bukti CCTV
20
Bab 20. Mencoba Menata Hati
21
Bab 21. Memberi Kesempatan
22
Bab 22. Mungkin Harus Memaafkan
23
Bab 23. Apa Kamu Tidak Punya Perasaan?
24
Bab 24. Kehamilan
25
Bab 25. Perpisahan
26
Bab 26. Lebih Baik Berpisah
27
Bab 27. Selamat Tinggal Korea
28
Bab 28. Selamat Datang di Bali
29
Bab 29. Bertemu Varo
30
Bab 30. "Selamat Pagi, Aqila."
31
Bab 31. Alden Yang Terpuruk
32
Bab 32. Surat Perjanjian
33
Bab 33. Tak Akan Pernah menikahi
34
Bab 34. Pesan Tertulis
35
Bab 35. Varo
36
Bab 36. Malam Di Tepi Pantai
37
Bab 37. Kelicikan Viona
38
Bab 38. Kegembiraan Viona
39
Bab 39. Rencana Alden
40
Bab 40. Tinggal Se Rumah
41
Bab 41. Berpura-pura Cinta
42
Bab 42. Aku Tidak Berbohong
43
Bab 43. Ikhlas Melepaskannya
44
Bab 44. Jebakan Alden
45
Bab 45. Surat Perjanjian
46
Bab 46. Apa Dia Sudah Gila?
47
Bab 47. Hasil Rekaman
48
Bab 48. Aktor Terhebat
49
Bab 49. Periksa Kandungan
50
Bab 50. Pemeriksaan Kandungan
51
Bab 51. Perhatian Varo
52
Bab 52. Kemana Varo?
53
Bab 53. Kekesalan Viona
54
Bab 54. Hasil DNA Dokter Nia
55
Bab 55. Hasil Tes DNA Dokter Adrian
56
Bab 56. Makan Malam
57
Bab 57. Aku Datang, Aqila
58
Bab 58. Dengarkan Aku, Aqila.
59
Bab 59. Siapa Pria itu?
60
Bab 60. Aku Cemburu
61
Bab 61. Kenapa Sesakit Ini?
62
Bab 62. Jangan Marah, Al!
63
Bab 63. Aqila Terpaksa Berbohong
64
Bab 64. Chat
65
Bab 65. Lelah Bersandiwara
66
Bab 66. Jauhi Aqila!
67
Bab 67. Kalau Jodoh Tidak Akan Kemana
68
Bab 68. Di Kafe
69
Bab 69. Kecelakaan
70
Bab 70. Bayi Viona
71
Bab 71. Ibu Viona
72
Bab 72. Menceritakan Pada Mama
73
Bab 73. Kecurigaan Aqila
74
Bab 74. Pengakuan Viona
75
Bab 75. Maafkan Aku, Tante!
76
Bab 76. Kepergian Viona.
77
Bab 77. Supir Taksi
78
Bab 78. Maafkan aku, Kak Varo
79
Bab 79. Aku Benci Papa
80
Bab 80. Jangan Buang Air Matamu
81
Bab 81. Ke Akuarium
82
Bab 82. Pasar Malam
83
Bab 83. Kebun Bunga
84
Bab 84. Ke Perusahaan
85
Bab 85. Sisi Lain Alden
86
Bab 86. Randi
87
Bab 87. Melamar
88
Bab 88. Menerima Alden
89
Bab 89. Cinta Pertama Aqila
90
Bab 90. Papa Joan
91
Bab 91. Miho
92
Bab 92. Cemburu
93
Bab 93. Restu dari Orang Tua Aqila
94
Bab 94. Lontong Medan
95
Bab 95. Menjemput Miho
96
Bab 96. Bucin
97
Bab 97. Pengorbanan Miho
98
Bab 98. Kenalan dengan Ibu Miho
99
Bab 99. Persiapan Foto Prewedding
100
Bab 100. Alden dan Randi
101
Bab 101. Pendekatan Dengan Miho
102
Bab 102. Akad Nikah
103
Bab 103. Mohon Restu Dari Kedua Orang Tua
104
Novel SENANDUNG KEIKHLASAN
105
Bab 104. Ijab Kabul
106
Bab 105. Pesta Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!