Tepat saat pintu litf tertutup, tubuh Aqila ambruk di atas lantai lift dengan dada terasa sesak. Gadis itu tidak mampu membedung rada sakit atas pengkhianatan dua orang yang sangat dia percayai.
"Kenapa harus seperti ini? Apakah tidak ada wanita lain sampai kekasihku selingkuh dengan sahabatku sendiri?" lirih Aqila.
Dia mendongak demi mencegah air mata menetes di manik indahnya. Dada yang terasa sesak itu dia remas sekuat mungkin berharap rasa perihnya segera menghilang, nyatanya sia-sia saja.
Suara lift akan terbuka membuat Aqila buru-buru berdiri agar tidak terlihat lemah oleh pengunjung hotel lainnya. Gadis itu berjalan sempoyongan meninggalkan hotel bukti pengkhiatan kekasih juga sahabat baiknya.
Sahabat yang selama ini selalu mendengar sagala curhatan dan kisah cintanya bersama sang kekasih. Tega mengkhianati dirinya.
Dikuasai emosi dan rasa sedih membuat Aqila tidak sadar melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata tanpa peduli pada nyawa pengendara lain juga nyawanya sendiri.
Sesampainya dirumah, Aqila disambut oleh mamanya yang sejak tadi menunggu kedatangan gadis itu karena pergi secara tiba-tiba.
"Sayang, kenapa mata dan penampilan kamu acak-acakan seperti ini? Sebenarnya kamu dari mana?" tanya Kinanti ibu dari Aqila.
Aqila hanya mengelengkan kepala sebagai jawaban dan menuju kamarnya. Tanpa pikir panjang, dia mengambil koper besar yang sering kali Aqila bawa jika bepergian.
Aqila mengisinya dengan keperluan penting dan beberapa helai baju. Sekarang rasanya menghirup udara di negara yang sama bersama Alden adalah hal yang menyakitkan.
"Ternyata kesetiaan aku salama ini hanya permainkan oleh Alden, dia benar-benar tidak tulus menerima cintaku," lirih Aqila.
Gadis cantik itu terus mengusap air matanya seraya memasukkan barang-barang ke koper.
"Qila, kamu mau kemana Nak? Kenapa berkemas selarut ini?" tanya Kinanti. Wanita paruh baya itu menghampiri putrinya.
Sejak pulang, tingkah Aqila sangat aneh dan itu membuat Kinanti khawatir. Putri satu-satunya pulang dalam keadaan berantakan tentu saja Kinanti penasaran.
"Cerita sama mama Sayang." Kinanti meraih tangan Aqila.
Detik itu juga Aqila langsung menghambur kepelukan mamanya, mencurahkan rasa sakit yang dia terima.
"Al Ma, di-dia sudah mengkhianatiku," lirih Aqila dalam pelukan mamanya. "Aku kurang apa sampai Alden melakukan hal sekeji ini padaku? Aku bahkan tidak melakukan apapun yang tidak dia sukai. Berhenti bekerja dan tinggal dirumah hanya karena tidak ingin membuatnya cemburu, tapi ...." Tangisan Aqila semakin histeris dalam dekapan mamanya.
"Sssttttt, anak Mama tidak kekurangan satupun. Anak mama cantik dan hampir mendekati sempurna." Kinanti mengusap rambut Aqila penuh kasih sayang.
"Lalu kenapa Ma?"
"Itu karena Tuhan masih sayang sama kamu Nak. Dia memperlihatkan sifat Alden sebenarnya sebelum rencana pernikahan benar-benar diwujudkan."
"Aqila harus apa sekarang Ma? Rasanya sakit banget." Aqila melerai pelukannya dan menatap mamanya dengan tatapan penuh luka.
"Negara ginseng adalah negara impian kamu selama ini Nak, tapi tertunda karena Alden tidak ingin kamu pergi terlalu jauh. Bagimana jika sekarang kamu menghibur diri dengan melakukan hal-hal yang kamu sukai?"
"Korea?" Aqila terisak.
Kinanti menganggukkan kepalanya. "Mama akan menyuruh ayah untuk memesan tiket, jadi bekemaslah tanpa buru-buru. Tenang saja Nak, Mama tidak akan memberitahu siapapun dimana keberadaan kamu," ucap Kinanti menenangkan.
Aqila semakin terisak, untung saja ada orang tua yang selalu ada untuknya jika berada dalam keterpurukan seperti ini.
***
"Aaakkkkhhhhh, kenapa ini semua harus terjadi?" Teriakan pria menggema di dalam kamar mewah bernuansa warna gelap tersebut.
Dia adalah Alden yang merasa frustasi tentang apa yang baru saja terjadi padanya juga Aqila. Pria itu masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Harusnya ini semua tidak terjadi, harusnya aku dan Qila tidak berpisah," geram Alden dengan tangan terkepal hebat.
Berkali-kali pria itu berusaha menghubungi kekasihnya tapi panggilannya tidak pernah dijawab, bahkan sekarang dia telah diblokir oleh gadis yang dia cintai. Alden makin frustrasi.
"Ini salahku, harusnya aku tidak melakukan hal bodoh seperti itu," sesal Alden meremas rambutnya frustasi.
Segala cara telah Alden lakukan untuk menemui Aqila malam ini, tapi dia tidak dapat menerobos masuk kedalam lingkungan rumah Qila karena penjagaan yang sangat ketat.
"Aku akan menjelaskannya besok, Qila mencintaiku dan dia akan menerimaku kembali. Dia tidak akan sanggup putus dariku begitu saja," gumam Alden seiring kesadarannya yang mulai berkurang sebab terlalu mabuk.
Pria itu terkapar tepat di samping ranjangnya dengan beberapa botol minuman keras juga puntung rokok. Tidak peduli dengan lantai kotor, pria itu terlelap.
Mata hazel itu perlahan-lahan mengerjap ketika merasakan cahaya mulai menyilaukan maniknya. Kedua tangannya menutup wajah demi menghindari silaunya matahari dari jendela yang hordennya tersingkap entah sejak kapan
"Kenapa cepat sekali?" gumam Alden dengan tubuh lemasnya.
Sepertinya dia baru saja memejamkan mata, tapi matahari kini telah bersinar terang menganggu tidurnya yang memang sejak semalam tidak terlalu lelap.
Alden meraih ponselnya yang terus berdering di kaki ranjang.
"Kenapa?" tanya Alden di seberang telpon.
"Ada rapat jam 8 pagi Tuan, saya harap Tuan tidak ...."
"Batalkan saja saya masih ada urusan," ucap Alden dan memutuskan telpon dari asisten pribadinya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Alden mencoba berdiri tapi tetap saja terjatuh karena rasa pusing di kepalanya sebab terlalu banyak minum.
***
Merasa tubuhnya jauh lebih baik, Alden segera meninggalkan rumah mewah yang dia tinggali sendiri tanpa dampingan orang tua sejak berusai 25 tahun.
Pria itu melajukan mobil Fortuner hitam miliknya menuju rumah Aqila kekasihnya. Laju mobil itu seketika memelan setelah sampai di depan gerbang tapi belum juga dibukakan pintu seperti biasa oleh pemiliknya.
Alden turun menghampiri penjaga di depan pagar.
"Buka! Saya ingin bertemu dengan Qila!" perintah Alden sedikit tidak sopan, tapi itu dia lakukan agar segera bertemu dengan Aqila dan menjelaskan semuanya.
"Tidak bisa Tuan, Tuan Joan memerintahkan agar tidak membukakan pagar untuk Anda," jawab sang penjaga.
Alden langsung saja menarik kerah seragam milik pengaja itu dan hendak melayangkan pukulannya. Namun, sebuah pukulan lebih dulu mendarat di wajahnya.
"Jangan membuat keributan di depan rumah saya!" tegas Joan ayah dari Aqila. Pria paruh baya itu baru saja akan berangkat ke kantor dan melihat keributan di depan pagar.
"Biarkan saya bertemu Qila sebentar saja Om, saya ingin bicara dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," pinta Alden tanpa memperdulikan lebam diwajahnya.
"Qila tidak ada di sini, dia telah pergi dan tidak ingin bertemu denganmu lagi!"
"Kemana om?" desak Alden.
"Kau tidak perlu tahu kemana putri saya pergi, karena kau bukan lagi kekasihnya!" jawab Joan dengan suara dinginnya, padahal selama ini Joan dan Alden sangat dekat. Entah sebagai calon menantu atau rekan bisnis.
Namun, kesalahan satu malam membuat hubungan baik berubah menjadi asing. Alden tidak bisa menerima semua ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
sherly
kapok kamu Alden...rasakan
2023-06-17
0
Teh Yen
masih nyimak Thor lanjut lah
itu viona engg d interogasi Alden ?🤔🤔
2023-03-07
1
Yoo anna 💞
lah kanpa kamu gak ngamuk sama sahabat pacar mu
2023-03-02
2