Flash Back Part 2

Sayang, Kamu baik-baik saja kan?"katanya Aditya saat melihat wajah Nirmala tanpa ketakutan.

Butiran keringat dingin menyembul di antara pori-pori kening Nirmala wajahnya pun tampak terlihat pucat sambil meringis menahan sakit. Aditya yang melihat perubahan pada diri Nirmala tampak bingung bercampur cemas.

"Yang, Kamu nggak kenapa?" tanya Aditya cemas.

"Aaahhhkkk... Mas perutku sakit." Keluh Nirmala sambil mengusap perutnya yang membuncit.

"Jangan-jangan Ayang mau melahirkan. Ayo Mamas bantu ke mobil kita cepat ke rumah sakit, jangan sampai terjadi hal-hal yang buruk dengan kehamilan Mu, sayang." Aditya langsung berdiri membantu Nirmala dan memapahnya berjalan ke luar kamar menuju teras.

"Arya cepat siapkan mobil!"teriak Aditya kepada Arya sopir sekaligus asisten pribadinya.

Seperti perkiraan dokter, Nirmala mengalami kejang saat perjalanan ke rumah sakit hingga membuatnya pingsan. Kepanikan membuat Aditya makin mendera, rasa takut makin menyiksa saat beberapa kali dia mencoba membangunkannya Nirmala dari pingsannya tapi tetap saja Nirmala tidak siuman sama sekali sampai mereka tiba di rumah sakit.

"Cepat bawa ke ruang operasi!"perintah dokter Kadek yang dihubungi Aditya saat di perjalanan dan sudah siap di rumah sakit.

"Dokter Tolong selamatkan nyawa istri dan juga anak kami." Aditya dengan kedua mata bertumbuh memegang lengan dokter KD sambil memohon.

Dokter Kadek tidak menjawabnya dia hanya memandang sekilas lalu menepis pelan kedua telapak tangan Aditya.

"Mohonlah kepada sang pencipta karena hanya Dia lah yang bisa menyelamatkan nyawa istri dan juga anak Tuan." Ucap dokter Kadek sebelum pergi meninggalkan Aditya yang berdiri memantul dengan amat sangat lemah hingga tubuhnya terlihat miring.

Waktu terasa begitu lama untuk Aditya yang penuh ketakutan dan juga kepanikan saat menunggu Nirmala yang sedang dioperasi. Kecemasan kali ini lebih hebat dibandingkan kecemasan saat menunggu kelahiran Queen Putri bungsunya.

Semua pesan dokter seperti terngiang-ngiang di kepalanya dan sedang menjadikan dirinya seorang terdakwa atas apa yang terjadi saat ini. Aditya berpikir, ini seperti hukuman baginya yang tidak mematuhi larangan dokter saat itu agar Nirmala langsung melakukan steril untuk keselamatan nyawanya.

"Ya Allah selamatkan lah istri hamba dan juga anak Kami." Beberapa kali Aditya berdoa sambil bersimpuh dan tertunduk dalam.

Sementara di ruang operasi dokter Kadek bersama timnya berusaha semampu dan sekuat tenaga untuk menyelamatkan Nirmala dan juga bayinya. Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih itulah peribahasa yang tepat untuk Aditya dan keluarganya saat ini manakala dokter Kadek dan tim nya tak mampu menyelamatkan Nirmala ataupun bayinya.

Dokter Kadek kembali memeriksa Nirmala untuk memastikan apakah dia benar-benar sudah meninggal. Dokter kader pemandangi setiap tim dokter dan juga perawat yang sedang mengelilingi tubuh Nirmala yang terbaring di atas meja operasi satu persatu lalu dia menggelengkan kepala.

Semua peralatan operasi langsung diletakkan. Hampir semua perawat dan dokter memandang wajah Nirmala yang begitu tenang dengan sedih. Kain putih yang menutup tubuh Nirmala ditarik perlahan oleh salah satu perawat yang mendampingi operasi itu untuk menutupi wajah Nirmala.

Sementara Aditya yang duduk menunggu dengan penuh kecemasan dan juga kekhawatiran merangkul kedua putrinya Ayu dan Queen yang terlihat bingung dalam pelukannya.

"Ayah, Dede baru kita pasti seorang jagoan ya" ucap Queen bersemangat tampak terpancar sorot bahagia di kedua bola matanya yang bening.

Aditya tidak menjawab,, yang ada di pikirannya adalah keselamatan Nirmala dan rasa takut saat ini memenuhi pikiran dan juga hatinya.

"Iya Dek, kan Bunda pernah bilang kalau Debay kita itu nanti lahirnya cowok sesuai USG." Jelas Ayu sambil mengusap Queen.

"Debay apaan kakak?"tanyaku yang begitu polos.

"Dedek bayi, cantik." Saut Ayu sambil mencubit pelan hidung Queen.

Ceklek.

Pintu operasi terbuka membuat Aditya langsung berdiri saat melihat seorang perawat keluar dari ruang operasi jantungnya makin berdetak tak karuan ketika perawat itu mendatanginya.

"Tuan Aditya silakan masuk ke dalam." Perawat itu mempersilahkan Aditya masuk bersama dengan kedua putrinya.

Saat memasuki ruangan khusus yang digunakan oleh pasien setelah operasi bola mata Aditya menyapu ruangan memperhatikan satu persatu ranjang hingga tatapannya jatuh pada salah satu ranjang di mana tubuh seseorang terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuh.

"Maaf Tuan, Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi ini semua sudah kehendak sang pencipta istri dan juga putra Tuan tidak bisa Kami selamatkan." Kata-kata dokter Kadek terdengar pelan tapi bagi petir yang menghantam indra pendengaran dan juga jantung Aditya hingga dia seperti tak bertenaga untuk menghampiri tubuh Nirmala yang sudah terbujur kaku.

"Hiksss....hiksss," hanya suara Isak yang terdengar lirih keluar dari mulut Aditya dengan mata mulai berlinang.

Dengan tertatih Aditya melangkahkan kakinya, dia merasa bumi yang dipijak nya seakan menahannya kuat untuk mendekat ke arah tubuh istrinya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa.

Begitu sampai di ranjang Nirmala dengan tangan bergetar Aditya mencoba sekuat tenaga untuk membuka kain penutup kepala dan wajah Nirmala. Wajah cantik yang biasanya penuh senyum manis dan menyejukkan seketika berubah menjadi pucat paci tak berdarah tanpa ekspresi.

Air mata terus berlinang membasahi kedua pipi Aditya, pria berbadan tegap dan selalu berpembawaan tenang dalam setiap situasi kali ini terlihat begitu rapuh dan tak berdaya dalam duka yang mendalam.

Tangan kekar yang biasanya begitu kokoh dan kuat mengangkat beban seberat apapun kini tampak bergetar saat mengusap wajah pucat tanpa darah milik istrinya yang sudah terbujur kaku.

"Sayang,...Hikss.... Bangun Sayang, jangan bercanda seperti ini. Kamu lihat Sayang, kita bertiga selalu ada buat Kamu dan juga membutuhkanmu. Please bangun Sayang, bangun." Ratap Aditya dengan berlinang air mata.

"Bunda." Suara Ayu terdengar lirih seakan tercekat di tenggorokan.

Mata Ayu yang sembab dengan air mata membulat tak percaya melihat pemandangan di mana tubuh ibunya yang selama ini begitu amat dia sayangi dan juga menyayanginya telah terbujur kaku menjadi mayat.

"Kakak, Bunda kenapa?" Tanya si kecil Queen yang masih bingung dengan keadaan yang terjadi.

Ayu tak menjawab, Dia malah merangkul Queen dengan sangat erat sambil menangis tersedu-sedu. Hal ini membuat Queen semakin heran dan bingung. Queen terus memandang ke arah ranjang Nirmala. Tangan kecil Queen sekuat tenaga melepaskan pelukan Ayu.

Begitu pelukan itu lepas, Queen berjalan menghampiri Aditya yang sedang duduk bersimpuh di samping ranjang tempat Nirmala terbaring sambil memeluk tubuh istrinya yang sudah tak bernyawa.

"Ayah, Ayah kenapa menangis? Bunda kenapa?" tanya Queen sambil menggoyang-goyangkan pundak Aditya.

Aditya tak mampu menjawab pertanyaan Putri bungsunya dia hanya membalas dengan pelukan yang membuat Queen semakin bingung.

"Bundaaa...huuu.... hiksss huuu..."tangis Ayu pecah saat dia sudah berdiri di samping ranjang Nirmala.

Tangan kecil itu terulur memegang lengan Bundanya. Aditya meraih pundak Putri sulungnya menarik lembut tubuh kurus itu dalam pelukannya. Kini kedua putrinya di peluk erat Aditya sambil menangis.

Si kecil Queen hanya diam hati tampak bingung melihat ayah dan kakaknya menangis saat mereka bertiga berpelukan. Bola mata beningnya menatap wajah Nirmala yang tepat di depannya seperti sedang tertidur.

"Bunda kenapa bobok di sini? Di sini dingin Bunda." Ucapan Queen membuat tangis Aditya dan Ayu semakin terdengar keras suaranya.

"Tuan Aditya Tolong bawa kedua Putri Anda keluar dari ruangan kami akan segera membereskan jenazah agar bisa cepat dibawa pulang." Ucap seorang perawat pria.

Aditya bangun dari posisinya sambil merangkul kedua putrinya lalu berjalan lemas keluar dari ruangan itu. Sebelum keluar dari pintu Aditya masih sempat menoleh ke belakang menatap jenazah Nirmala dengan mata sembab memerah.

Aditya mempunyai beberapa keluarga kenapa dan juga tetangganya untuk mengabarkan kematian yang marah setelah mengurus administrasi rumah sakit jenazah Nirmala dibawa pulang dengan menggunakan ambulans rumah sakit.

Sepanjang perjalanan menuju rumah duka Aditya yang duduk di samping jenazah dalam mobil ambulans selalu mengusap air matanya.

"Ini pasti mimpi. Ya ini imi mimpi, ya Allah bangunkan aku dari mimpi buruk ini." Ratap Aditya menolak nasib buruk yang menimpa istri dan juga dirinya.

Sementara di jok belakang samping sopir Ayu yang duduk di samping Queen selalu menoleh ke belakang menatap keranda yang terbungkus kain hijau dengan tulisan lafadz lailahaillallah membungkus jenazah bundanya dengan mata yang terus bercucuran.

"Hiksss.... Ayu yakin itu bukan Bunda. Bunda Ayu sedang di rumah memasak kue karamel kesukaan Dek Queen." Tolak hati Ayu menghibur diri untuk menepis beban yang sama berat menerima kematian Nirmala.

Terpopuler

Comments

🥜⃫⃟⃤🍀⃟🦌𝙼𝙰𝙼𝙰 ᶠᵉⁿᶦ 𒈒⃟ʟʙ

🥜⃫⃟⃤🍀⃟🦌𝙼𝙰𝙼𝙰 ᶠᵉⁿᶦ 𒈒⃟ʟʙ

Selalu ga bisa nahan air mata kalau sudah menyangkut soal kematian, apalagi saat melihat queen menanyakan soal bunda nya kenapa 😭😭😭

2023-09-30

1

🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~

🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~

innalillahi wainnailaihi rojiun😢

2023-07-24

0

🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀

🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀

moga Aditya dan keluarga tabah dalam menghadapi cobaan ini😭😭😭

2023-06-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!