2. Lumayan Enak

"Raaiii, buruan keluar, kita hampir kesiangan nih ke kantor!" panggil Bella, sahabat Raisa dan sekaligus pemilik rumah tempatnya tinggal.

Ceklek!

"Uhhh, kamu pergi saja deh duluan ke kantor," tolak Raisa keluar dari kamarnya dengan penampilan acak-acakan.

"Ya ampun, kau kemarin habis dari mana sih sampai kusut-kusut begini?" Bella terkejut sahabatnya itu bagai manusia tanpa jiwa.

"Biasa, kerja sampingan," jawab Raisa bohong, ia tentu tidak akan membocorkan cinta satu malamnya kemarin.

"Hmm… yang benar nih?" selidik Bella tidak percaya.

"Ya dong, aku ini kan harus cari uang banyak-banyak biar bisa beli rumah, jadi jangan tatap aku begitu. Aku terlihat penjahat di rumah ini." Kata Raisa risih.

"Oh jadi kamu yakin tidak masuk kerja hari ini?" tanya Bella lagi dan melirik ke dalam kamar Raisa yang juga berantakan.

"Astaga, kau ini cewek tapi kamar berantakan begini, mau jadi apa nanti kau setelah menikah?" omel Bella nampak kesal pada sahabatnya itu.

"Berisik ah, kau pergi kerja saja gih. Nanti aku beresin kamarku sendiri," usir Raisa lalu menutup kamarnya.

"Yaelah, sifatnya jelek sekali. Hmp!" cetus Bella lalu berangkat kerja. Sedangkan Raisa berdiri di dalam kamarnya sambil memandangi satu persatu bajunya yang berceceran di lantai.

"Cih, ini gara-gara aku sibuk cari baju seksi, jadi berantakan semua isi kamarku," decak Raisa jadi kesal sendiri kamarnya bagai kapal pecah.

Usai membersihkan kamar, ia pun mengambil kacamatanya lalu keluar sambil membawa sebuah kotak obat penjegah hamil.

"Sialan, harusnya aku minum ini saat pulang ke sini, tapi karena pinggangku sakit, aku jadi ketiduran di kamar." Raisa meneguk obatnya lalu menghabiskan isi gelas di tangannya. Setelah itu, Raisa duduk di meja, melahap habis sisa nasi goreng buatan Bella.

"Uhh, semoga saja tidak ada benihnya yang tertanam di perutku." Raisa nampak ogah mengandung anak. Dia cuma ingin balas dendam dengan menyebarkan rekaman syurnya.

"Tapi, cara mainnya lumayan enak sih, apa dia juga begitu pada Sena?" gumam Raisa berpikir Genta dan Sena sudah melakukan itu sebelumnya.

"Ah sial, tidak ada waktu memikirkan mereka berdua, aku harus menyebarkan rekaman itu hari ini!" Setelah mencuci piringnya, Raisa kembali masuk ke dalam kamar.

"Oh, di mana kameraku?" 

Raisa terus mencari kameranya, namun tetap saja tidak ditemukan.

"Aishh, kemana sih kameraku!" desis Raisa menggigit ujung kuku jempolnya lalu diam beberapa saat.

"Jangan-jangan tidak sengaja jatuh?" gumam Raisa langsung panik, ia segera keluar lagi dan mencari di seluruh rumah, namun tetap saja tidak ada.

"Ahhhh sialan! Kenapa masih tidak kutemukan! Di mana sih kamera itu!" Raisa kalang kabut, ia mulai frustasi.

"Duh, jangan sampai kameranya hilang, kalau beneran hilang, bisa tamat hidupku!" Raisa mondar mandir mencari ke sudut-sudut rumah. Tapi tetap juga ia tidak menemukan apa-apa.

"Bagaimana ini? Aku sudah kehilangan kepera wananku, sekarang aku tidak boleh kehilangan kameraku! Hanya itu satu-satunya aku bisa menghancurkan keluarga Nero."

Raisa masuk ke kamarnya lagi, mencari lagi, dan mondar mandir lagi, namun tidak ada hasilnya. Raisa benar-benar kehilangan kameranya.

"Okay, aku harus tenang dulu," katanya pada diri sendiri di pantulan cermin.

"Raisa, coba kau ingat dari kamar hotel, apa kau sungguh-sungguh sudah membawa pergi kameramu dari fas bunga itu?" tanya Raisa pada pantulannya lagi.

Beberapa menit keheningan memenuhi kamar kecil. Raisa sedang berpikir keras dan mengingat dia yang pulang dari sana.

"Ahhhhh bodoh, dasar bodoh! Kenapa aku bisa gegabah begini sih, huaaaa…. tamat sudah hidupku!" teriaknya baru sadar dia pulang dengan tangan kosong.

"Duhhh, aku harus gimana? Apa aku ke sana sekarang? Tapi hari ini tidak ada jadwalku bertemu dengan Genta, masa aku berbohong lagi ke staf hotel?"

Raisa menjambak rambutnya hingga berantakan dan mengutuk dirinya yang ceroboh.

"Baiklah, tidak ada waktu lagi, aku harus menyamar jadi wanita cantik lalu ke sana hari ini juga." Raisa kembali bertekad. Ia pun masuk ke dalam kamar, merubah 180° penampilannya, yang dari wanita cupu ke wanita cantik menggunakan make up. Dari Raisa yang berambut pendek, berubah jadi Raisa yang dikenal sebagai wanita malam.

Setelah memakai rambut panjang palsu, ia bergegas pergi dari rumah Bella, kemudian mencari taksi. Tidak lama menunggu, taksi berhenti di depannya. Raisa pun buru-buru masuk sebelum menjadi pusat perhatian orang. Tetapi, tetap saja ia menjadi pusat perhatian Pak Supir karena kecantikannya yang mempesona, ditambah dress merah ketat yang cocok sekali di tubuh Raisa.

"Cih, ini yang aku benci kalau jadi cantik, aku seolah-olah objek pertontonan oleh pria buaya."

Pak Supir terkejut dengan ucapan itu, ia jadi kecewa melihat sifat jelek penumpangnya.

"Tujuannya mau kemana, Nona?" tanya Pak Supir.

"Hotel bintang lima," jawab Raisa terus terang.

"Ahhaha… baiklah." 

Raisa hanya berdecak mendengar supir menertawainya. Mungkin sekarang supir taksi berpikir ia adalah wanita penggoda yang sedang menuju ke tempat langganannya. 

Usai turun dari taksi dan membayar, ia pun berjalan ke arah pintu masuk hotel sambil mengabaikan pandangan orang-orang. 

"Wah, siapa dia?"

"Seksi sekali,"

"Apa dia model?"

"Dia pasti wanita yang kaya,"

"Apa jangan-jangan dia tinggal di sini?"

"Sialan, aku baru melihat wanita secantik itu ada di dunia ini."

Raisa merasa puas sendiri karena mendapat beberapa pujian. Akan tetapi di tengah-tengah langkahnya, tiba-tiba ponselnya berdering, membuat wanita cantik itu berhenti sejenak di depan pintu masuk.

Dua matanya membelalak melihat nama pemanggil adalah CEO Genta.

"Oh, kenapa dia menelponku? Apa dia mau bahas percintaan kita kemarin hari ini juga?" Raisa deg-degan, tapi seketika menyeringai.

"Ya, aku tahu dia baru menyadari perbuatannya, dan pasti ingin membuatku tutup mulut, tapi tidak semudah itu, aku tidak akan tunduk padanya,"

"Setelah kudapatkan kamera itu, aku akan langsung menyebarkannya, toh juga wajahku tidak tertangkap kamera, hahahaha…. aku memang ratunya balas dendam," tawa Raisa lalu memperbaiki suaranya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Ekhm, baiklah. Aku hanya perlu tenang!" katanya kemudian menekan tombol hijau.

"Halo, Genta, mengapa sepagi ini menelponku?" tanya Raisa dengan suara lembut.

"Raisa, hari ini ada yang harus kita bicarakan," 

Raisa tersenyum smirk, merasa tebakannya benar.

"Oh kalau begitu ayo bertemu di hotel seperti biasanya, aku juga masih ingin bertemu denganmu," ucap Raisa mengepal tangan.

"Baiklah, tunggu aku di sana."

Tuuuttt…

Raisa berjalan secepatnya masuk ke gedung hotel, dan setelah mendapat persetujuan staf hotel, ia bergegas ke kamar milik Genta.

Setelah sampai di depan kamar, Raisa masuk dan mulai menggeledah isi kamar itu. Raisa tidak perlu merasa was-was karena kamar itu tidak punya CCTV. Karena itulah mengapa ia membawa kamera sendiri.

"Ah sial, kemana kameraku?"

"Harusnya ada di sini, tapi kenapa tidak ada?"

Raisa menggigit bibir bawah, perasaannya panik dan cemas kameranya bisa saja diambil staf hotel setelah membersihkan kamar itu.

"Duh, kemana sih?" desis Raisa duduk di tepi ranjang lalu berpikir lagi.

"Apa mungkin ada pada Genta? Dan karena itulah dia ingin mengajakku bertemu hari ini?" gumam Raisa seketika gelisah jika itu benar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!