Bab 03

°°°

Puk!

Puk!

Merasa terganggu dengan suara tepukan itu, Zoya bangun dari mimpinya. Ia melihat seorang wanita paru baya dengan pakaian yang sedikit kusam.

“Hoamm! Ada apa?” tanya Zoya dengan suara khas orang bangun tidur.

“Syuutt! Nyonya Muda, anda harus bangun untuk menyiapkan segala kebutuhan Tuan Muda!” ucap Bibi itu.

"Lah kok Gw yang disuruh? Kan ada banyak pelayan disini, dikira gw babu apa!?" batin Zoya, ia pikir setelah menikah dengan Zevan maka hidupnya akan baik-baik saja ternyata sama saja seperti hidup dengan ibu tirinya, penuh penyiksaan.

“Ya udah, Saya harus ngelakuin apa!?” tanya Zoya dengan suara yang masih sedikit serak.

“Siapin air hangat, air putih untuk ia minum, jas, dasi, sepatu, kemeja, celana dan sebagainya, Nyonya Muda.” ucap Bibi tua itu diakhiri dengan menunduk, Zoya hanya mengangguk pelan.

Zoya bukan lah gadis pemalas, hanya saja sejak dulu ia selalu dimanjakan oleh ibu kandungnya dan juga Alfareado. Tapi semenjak dengan ibu tiri, dia selalu disiksa dan diperlakukan seperti babu.

Zoya segera membuat kan air hangat dan mengambil pakaian serta air putih sesuai yang diperintah kan Bibi tadi.

Sejenak, Zoya memandang wajah Marcel yang sangat sempurna itu. Sungguh semua kaum hawa pasti akan sangat tergila-gila pada nya tapi tidak dengan Zoya, hatinya masih setia pada Zihan.

“Hufh! Andai saja gw nikah nya sama Al.” gumam Zoya.

“Siapa Al!?”

Zoya terperanjat kaget saat Marcek tiba-tiba membuka mata dan juga suaranya, sampai-sampai tangan Zoya tidak sengaja menyenggol gelas yang berisi air hingga tumpah ke seprai.

“Gadis bod*h!”

“M--maaf, Tuan Muda. Saya tak sengaja!” ucap Zoya, ia tak berani menatap mata Marcel yang setajam elang itu.

“Bersihkan!” titah nya dengan suara berat lalu pergi ke kamar mandi seraya mengambil handuk.

Beberapa menit setelah nya, Marcel keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggang nya sehingga perut sixpack nya terlihat.

Cklek!

Zoya yang sudah berganti pakaian di kamar mandi sebelah pun membuka pintu kamar, ia memakai sweater coklat dengan rok mini berwarna orange.

“Akhhh!”

Saat Zoya melihat Marcel yang keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang nya, segera Zoya menutup matanya dan membelakangi Marcel.

“M--maaf, S--saya tidak sengaja, T--Tuan Muda.” ucap Zoya, ia segera membuka kenop pintu.

“Mau kemana kamu!?” tanya Marcel yang masih menggunakan handuk dipinggang nya, kini pemuda berusia 22 tahun itu sedang menggenggam tangan Zoya yang berada di kenop pintu.

“M--mau sekolah, Tuan Muda!”

“Siapa yang mengizinkan mu!?”

"Pertanyaan konyol macam apa itu, siapa yang mengizinkan kamu? Dih, biaya universitas, gw bayar sendiri kalee! Nih orang songong banget, emang mau punya istri bod*h apa!?" batin Zoya seraya menggerutu serta mengumpati Marcel.

“Jawab, gadis bod*h!”

“Papa yang mengizinkan Saya, Tuan Muda. Katanya saya harus jadi anak yang cerdas, dan bisa membanggakannya!” sahut Zoya.

“Tidak ada yang patut dibanggakan dari gadis bod*h seperti mu.”

Entah kenapa, hati Zoya terasa sangat sakit saat mendengar penuturan sari Marcel. Tapi masa bod0h lah, lebih sakit saat ia diputusin oleh Zihan.

“Jadi kau akan tetap diam seperti patung atau berangkat hah!?” sentak Marcel, Zoya segera mengangguk.

Untung lah saat pernikahan kemarin selesai, Alfareado membawakan mobil pink kesayangan nya yang ia beri nama, pinkky. Jadi dia bisa berangkat dengan mobil nya itu, ia malas untuk menggunakan mobil mewah milik keluarga Marcel hanya untuk sekolah.

~oo0oo~

Bimbang, ya itulah yang saat ini Zoya alami. Bukan bimbang tentang bagaimana caranya meminta maaf kepada Xien dan Jennie, tapi ia bimbang tentang hidup nya yang seakan dunia menginginkan nya untuk sengsara.

Saat ini Zoya tengah menelusuri tiap lorong yang ada, banyak gosip tentang hubungan dia dan juga Zihan dari mulut-mulut yang tidak berguna itu.

"Asli! Tuh mulut pengen gw sumpelin cabe deh! Gatel banget gosipin masalah orang. Ini juga, Xien sama Jennie kemana sih!?" batin Zoya seraya melihat sekeliling setelah meletakkan ranselnya dibangku nya.

Zoya memilih untuk kelapangan basket, tempat yang biasa Xien datangi karena dia adalah ketua tim basket.

Benar saja. Saat sudah sampai ditengah lapangan hijau itu, Zoya dapat mendengar dengan jelas teriakan para penggemar Xien saat gadis itu memasukkan bola nya ke keranjang.

Bum!

Gadis dengan rambut hitam tersanggul itu hanya menunjukkan ekspresi datar saat bola nya berhasil mencetak angka, Xien yang menyadari keberadaan Zoya pun segera menghentikan permainan nya.

“Kenapa?”

Xien bukanlah gadis yang suka bertele-tele, ia langsung menanyakan kenapa Zoya datang kemari. Xien tau, ada rasa bersalah dihati Zoya saat ini.

Zoya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia terkekeh sesaat. “G--gw mau minta maaf, Xien! Makasih karena Lo sama Jennie udah nyadarin Gw semalem!”

Xien tak merespon.

“Gw kira Lo gak bakal ngomong kayak gitu!”

Bukan Xien yang berbicara. Dari belakang, seorang gadis berambut coklat sepunggung dengan kemeja pink mendatangi Zoya dan juga Xien.

“Jennie!?”

“Hai.”

“So ... kalian maafin aku gak nih!?” tanya Zoya yang belum mendapatkan jawaban, Xien dan Jennie saling bertukar pandang lalu tersenyum.

“Kita maaffin Lo kok! Lo itu sahabat terbaik kita, Zoy!” ujar Xien yang langsung memeluk tubuh Zoya, disusul Jennie.

“Tentang Zihan, ternyata ...”

“Gw udah tau, Jen! Fika kan yang buat Zihan mutusin Gw? Gw tau, cuma Gw gak mau mutusin persahabatan kita hanya karna gituan!” nasehat Zoya.

“Aelahh! Udah dewasa niee yee pemikiran nya!?” Jennie bercelatuk sembari menyenggol lengan kiri Zoya membuat gadis itu hampir terjungkal.

“Gw yakin Lo bakal nemuin jodoh yang jauh lebih baik daripada Zihan, Zoy!” lirih Jennie, Zoya menatap lekat mata coklat Jennie.

"Jodoh yang lebih baik dari mana, Jen? Gw aja dijodohin sama orang yang gak gw kenal, orang nya sih tampan tapi dinginnya nya itu lohh! Issh gerem banget gw, dan yang pasti gw belum bisa move on dari Al!" Batin Zoya, tapi ia hanya mengangguk pelan saat Jennie mengatakan hal tersebut.

“Yuk masuk kelas, gak usah dengerin ocehan gak penting dari mulut-mulut pedas tetangga!” lanjut Jennie lalu merangkul Zoya dan juga Xien.

10:30 WIB

Saat ini kantin sedang ramai-ramainya, mungkin karena tadi ada pertandingan bola basket antar sekolah. Universitas Nusantara memenangkan pertandingan itu, dan mereka begitu senang.

Tentu saja yang membawa kemenangan untuk Universitas Nusantara adalah Xien Clooney, pentolan terbaik dalam basket di Universitas itu.

“Kyaa>

Xien dan juga Jennie hanya berekspresi datar dan juga cuek saat gadis sok polos itu datang dan langsung menyambar pelukan Xien yang masih menggunakan seragam basketnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!