Pertemuan

RS. KENARA.

Pukul.10.00. Wib

Alana kini tengah Berdiri didepan ruang Operasi. Menunggu Sang kakak dengan Perasaan cemas. Alana tak berhenti Merapal kan doa Untuk Kakak nya yang sedang Berjuang dengan keras di dalam sana.

Alana menatap Ke arah Kaca yang di sengaja tidak ditutupi. Alana hanya bisa menatap para dokter dan suster yang dengan Fokus mengeoperasi Violet.

2 jam kemudian...

Lampu yang berada di atas pintu ruang Operasi itu perlahan mati yang Berarti Operasi telah selesai.

Alana yang melihat itu menunggu sang dokter keluar dari ruang operasi dengan tidak sabaran. Perlahan pintu Ruang operasi terbuka dan keluar lah Dr.Maya. Alana segera menghampiri Dr. Maya.

"Gimana keadaan Kakak saya dok?" tanya Alana menatap Dr. Maya tidak sabaran.

Dr. Maya hanya menghembus kan Nafas nya pelan. Dan membuka kaca mata yang melekat di mata nya. Dr. Maya menatap Alana dengan raut Sedih.

"Operasi nya berjalan dengan lancar. Tetapi keadaan Pasien tidak ada perubahan sama sekali. karna tumor otak nya sudah mencapai Stadium akhir. Harapan kehidupan Pasien hanya. 0,9%" ucap Dr. Maya menatap Alana prihatin.

Alana yang mendengar ucapan Dr. Maya. Menateskan air mata nya.

"Dokter. Anda Mengatakan kepada saya. Jika Kakak saya di operasi. Kakak saya bakalan sembuh"

Dr. Maya hanya mengusap Bahu Alana lembut.

"Saya tidak sepenuh nya mengatakan jika Pasien bisa sembuh. Jika saja Pasien lebih dulu Di operasi. Kemungkinan Pasien bisa sembuh."

Alana menjatuh kan dirinya dilantai. Hati nya benar-benar sesak. Ia menangis tersedu-sedu Di lantai dingin itu.

Dr. Maya yang melihat itu hanya menatap sedih ke arah Alana. Dr. Maya berjongkok di depan Alana dan memeluk Alana erat.

"Tenang Lah. Kita pasrakan semua ini kepada yang diatas." ucap Dr. Maya lembut.

"Dok. Saya nggak mau kehilangan Kakak saya. Hanya dia satu-satu nya harapan saya" ucap Alana menangis.

Dr. Maya mengangguk kan kepala nya."Saya paham. Kamu hanya perlu berdoa untuk kesembuhan Kakak kamu. Dan siapa tau mukjizat datang menghampiri Pasien dan membuat pasien bisa sembuh" ucap Dr. Maya seraya melepaskan pelukan nya dengan alana.

Dr. Maya membantu Alana berdiri.

"Sekarang Pasien masih dalam Kritis. Kamu bisa menemui pasien setelah kami memindahkan Pasien keruang inap." ucap Dr. Maya seraya mengelus punggung Alana.

"Kalau begitu saya permisi" lanjut Dr. Maya seraya berlalu dari hadapan Alana

Alana hanya terdiam. Ia menduduk kan bokong nya di kursi tunggu yang berada dekat Ruang operasi. Alana melipat tangan nya diatas paha nya dan meletak kan Kepala nya dilipatan tangan nya dan kembali menangis tersedu-sedu.

"Tuhan kenapa harus aku yang kau uji seperti ini! Tolong jangan ambil Kak vio dari kehidupan ku. Hanya dia satu-satu nya keluarga yang ku punya" Batin Alana menangis tersedu-sedu.

Drttt Drtttt

Suara dering telpon dari Tas selempang nya Berbunyi dengan keras. Alana hanya diam dan tidak memperdulikan Suara dering Telpon itu. Alana hanya Sibuk dengan Tangisan nya.

Drttt Drttt Drttt Drttt

Suara dering telpon itu terus menerus berbunyi tak henti-henti nya. Membuat Alana menegak kan kepala nya dan mengambil Ponsel nya yang berada di tas selempang. Alana mengernyit kan dahi nya saat yang menelpon nya nomor tidak dikenal. Alana segera mematikan Panggilan itu. dan ingin meletak kan Ponsel nya di tas selempang nya kembali.

Drrtt

Alana baru akan memasuk kan ponsel nya tapi lagi-lagi ponsel nya berdering. Alana berdecak kesal saat melihat ke layar Ponsel nya. Yang ternyata nomor tidak dikenal. Alana segera menerima Panggilan itu. Dan mendekat kan ponsel nya ke arah telinga nya.

'Hallo' ujar Si penelpon itu yang diyakini Seorang pria.

"Siapa?"tanya Alana seraya menghapus Bekas air mata yang berada di pipi nya.

"Ini saya Ervan Leonard" Balas Si penelpon yang ternyata adalah Ervan

Alana mengangguk kan kepala nya saat mengingat Pria yang menelpon nya itu.

"Ada apa?"tanya Alana

"Kamu bisa datang hari ini ke Cafe Nam'e?" ucap Ervan

Alana mengernyitkan dahi nya."Untuk apa?"

"Bos saya ingin menemui kamu. Dan ingin membahas tentang Pernikahan kalian" ucap ervan dari sebrang sana.

Alana hanya terdiam kaku. Ia menelan ludah nya gugup."Hari ini saya Nggak bisa kesana"

"Kamu harus usaha kan untuk datang. Bos saya sedang menunggu kamu di Cafe Nam'e. jika kamu tidak datang. Terpaksa kamu harus mengembali kan Biaya pengobatan Yang Sudah dilunasi dengan Berkali-kali lipat." ucap Ervan seraya memutuskan panggilan mereka sepihak.

Alana yang mendengar ucapan Ervan hanya mendengus kasar. Ia segera berdiri dari duduk nya. Alana menatap sebentar ke arah ruang operasi dan melangkah kaki nya dan berlalu dari sana.

****************

Cafe Nam'e

14.45. Wib.

Alana kini tengah berdiri di depan Cafe Nam'e. Ia melangkah kan kaki untuk memasuki Cafe tersebut. Alana celingak-celinguk untuk mencari Keberadaan Ervan. Alana menghembuskan nafas nya saat tidak menemui keberadaan Ervan.

Alana Merogoh tas selempang nya dan mengambil ponsel nya. Alana segera menelpon nomor Ervan. Beberapa detik kemudian Akhirnya Panggilan itu tersambung.

"Saya Sudah berada Di Cafe Nam'e. Anda Ada dimana?"

"Sebentar. Saya akan datang kesana" ucap ervan di seberang sana.

Alana memutuskan Panggilan itu sepihak dan meletak kan Ponsel nya kembali ke dalam tas selempang nya.

Alana menghembuskan Nafas nya pelan.

"seperti apa wajah pria itu.? Apakah wajah Pria itu sudah tua?" Batin Alana. Meringis saat memikirkan wajah pria yang akan menikah dengan nya sudah Tua.

"Nona Alana" panggil Ervan dan berjalan mendekati Alana.

Alana yang mendengar suara Ervan segera menatap ke arah sumber suara. Ia melangkah kan kaki nya menuju ke arah Ervan yang tengah berjalan ke arah nya.

"Ayo Nona Alana. Bos saya sudah menunggu kedatangan Anda sedari tadi." ucap Ervan saat sudah berada dihadapan Alana.

Alana hanya mengangguk dan berjalan menuju ke arah ruang VVIP di lantai 2 yang berada di Cafe Nam'e itu.

****************

Ruang. VVIP.

Alana dan Ervan sudah tiba Di depan pintu Ruang VVIP itu. Tangan Alana berkeringat dingin Seketika saat sudah sampai Di ruang VVIP itu. Alana menelan saliva nya gugup. Dan menoleh kan kepala nya menatap ke arah Ervan yang sedang menatap nya sembari Tersenyum kecil ke arah Alana.

"Masuk Lah nona Alana. Bos saya sudah menunggu anda di dalam" Ucap Ervan seraya membuka Knop pintu Ruang VVIP itu untuk menyuruh Alana memasuki ruangan itu.

Alana mengatur nafas nya. Ia segera berjalan memasuki ruang VVIP itu dengan langkah pelan. Alana menunduk kan kepala nya seraya masuk kedalam ruangan itu. Ervan yang melihat Alana sudah Memasuki Ruangan VVIP itu segera menutup pintu itu kembali. Dan menunggu diluar pintu itu.

Alana terus berjalan sembari Menunduk kan kepala nya membuat Rambut terurai nya menutupi setengah wajah nya.

Xavier yang melihat kedatangan Alana hanya menatap datar Ke arah alana sembari menikmati Wine yang Berada Di tangan nya.

Xavier Meminum Wine yang berada di gelas kaca itu sembari menatap Alana yang sedari tadi berdiam diri di depan pintu sembari menunduk kan kepala nya. Xavier menatap lekat Ke arah alana. Ia penasaran Bagaiamana Rupa Wajah Alana.

"Apakah kau harus berdiam Diri seperti itu."Ucap Xavier dengan suara Serak basah nya

Alana menahan nafas nya. Saat mendengar suara Deep Voice Pria itu.

Alana perlahan menyibak kan Rambut panjang nya dan mendongak kan kepala nya sehingga menampilkan Wajah Cantik nya. Dan menatap ke arah Xavier.

Xavier yang melihat wajah Alana hanya terpaku menatap wajah cantik Alana. Mata tajam bak elang nya terus menerus menatap lekat Wajah Cantik Alana.

Sedangkan Alana hanya gugup saat melihat tatapan Tajam pria tampan yang sedang menatap lekat ke arah nya. Alana sama dengan Xavier. Sama-sama mengagumi Wajah mereka.

Xavier segera mengalih kan tatapan nya. Ia berdehem Canggung. ia kembali meminum Wine nya.

"Apakah kau harus berdiri seperti patung Di sana" ucap Xavier Dingin tanpa menatap ke arah Alana.

Alana tersentak dan segera berjalan ke arah Sofa yang berada di seberang Xavier. Alana melirik Xavier sekilas dan sedikit membungkuk kan badan nya untuk memberi salam kepada Xavier.

Alana segera duduk Di Sofa yang berada si seberang Xavier dengan Perasaan Berdebar. Tangan nya benar-benar berkeringat Dingin Saat ini. Alana Hanya mampu menunduk kan kepala nya tanpa mau menatap mata tajam Bak Elang milik Pria tampan itu.

Xavier hanya menatap Alana Datar.

"Apakah kau sudah memikir kan dengan matang Soal pernikahan kontrak itu?" ucap Xavier dengan Suara serak basah nya.

Alana melirik ke arah Xavier dan segera mengangguk.

"Saya sudah Sangat matang memikir kan Soal pernikahan Kontrak itu. Saya bersedia untuk menikah dengan Anda." ucap Alana gugup

Xavier mengangguk kan kepala nya dan meletak kan Gelas yang berisi Wine yang sedari tadi ia pegang ke arah meja yang berada dihadapan nya. Xavier menaut kan Kedua tangan nya. Dan menatap Alana lekat.

"Besok Saya akan mengajak mu untuk bertemu dengan Keluarga saya."ucap Xavier membuat Alana lagi-lagi panas dingin.

"Dan besok saya akan menyuruh Ervan untuk mengantar mu ke Butik. Saya tidak mau jika mama Saya melihat Calon tunangan Putra nya seorang Gadis miskin" lanjut Xavier datar.

Alana Hanya mengangguk kan kepala nya.

"Satu lagi. Turuti apa yang saya katakan. Jangan pernah sekali pun untuk membantah ucapan Saya. Ketika kau membantah ucapan saya. Saya akan membatal kan Kontrak pernikahan ini." ucap Xavier sembari menatap mata Alana lekat.

"Dan kau Akan membayar Uang yang saya keluar kan untuk Membiayai Pengobatan itu. 10 kali lipat dari jumlah yang saya keluar kan" lanjut Xavier tegas membuat Alana menatap nya tak percaya.

Xavier menarik sebelah Alis nya saat melihat raut wajah Tidak terima Alana.

"Kenapa? Kau tidak terima?!"

Alana yang mendengar ucapan Xavier segera memutuskan kontak mata mereka dan membuang Tatapan nya ke arah samping. Alana kembali Menatap Xavier Dan mengangguk kan kepala nya.

"Anda tidak perlu khawatir Tuan. Saya mengerti apa yang anda Ucap kan. Dan saya akan menuruti Semua perkataan anda." Ucap Alana dan kembali membuang tatapan dari Xavier. Tidak ingin berlama-lama menatap wajah Sombong Pria yang berada dihadapan nya ini.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan Lagi Tuan? Kalau begitu saya pamit untuk keluar" ucap Alana dan segera berdiri dari duduk nya. Dan melangkah kan Kaki nya dari sana menuju ke arah pintu.

'Kalau bukan Untuk pengobatan Kakak gue. Gue ogah Nerima uang Lo.

'Wajah doang yang tampan tapi Sifat nya Sombong!"

Alana Membatin dengan kesal dan membuka knop pintu dengan Kasar dan segera keluar dari ruangan VVIP itu.

Xavier Yang melihat kepergian Alana hanya menatap tajam Ke arah pintu yang telah di tutup Alana.

"Tidak punya sopan santun" ucap Xavier dengan Tajam.

Sedangkan Alana sedari tadi menggerutu kesal. Ia menatap ke arah Ervan yang sedari tadi menunggu di luar pintu itu. Alana hanya menatap sinis ke arah Ervan dan Berlalu dari sana.

Ervan yang ditatap Sinis Oleh Alana hanya menggaruk tenguk nya tidak Gatal."Salah Gue apa?" ucap nya tak habis pikir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!