Don'T Forget Me, Hubby
“Apa? Anak saya kecelakaan?” tanya Magdalena dengan terkejut. Bagaimana tidak terkejut, dia tiba-tiba mendapatkan telfon dari pihak kepolisian yang mengatakan kalau anak semata wayangnya mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada di rumah sakit. Padahal seharusnya sekarang anaknya itu sedang berbulan madu.
Dengan terburu-buru Magdalena mengambil tasnya dan turun dari lantai 2 ke lantai 1 sambil meneriaki nama supirnya.
“Tono! Tonooo!”
Tono yang sedang ngopi dengan santai di dapur dengan segera menaruh gelas kopinya di meja dan berlari menghampiri sang majikan.
“Iya, Bu,” jawab Tono saat sudah berdiri di hadapan majikannya yang tengah berdiri sambil memijit keningnya.
“Cepat siapkan mobil dan antarkan saya ke rumah sakit!” titah Magdalena.
“Ru-rumah sakit ..? Siapa yang—”
“Sudah jangan banyak tanya! Cepat siapkan mobil!” seru Magdalena kesal.
Tono pun langsung pergi ke gerasi dan mengeluarkan mobil. Kemudian dia mengantarkan Magdalena untuk pergi ke rumah sakit yang disebutkan oleh majikannya itu.
“Lebih cepat, Ton!” perintah Magdalena tidak sabaran saat Tono bukannya ngebut tapi malah mengurangi kecepatannya.
“Sepertinya di depan lagi ada pemeriksaan Bu, makanya macet begini,” sahut Tono sambil melonggokkan kepala ke luar jendela mobil yang dibuka tiga per empat.
“Ya ampun, pemeriksaan apa lagi sih! Gak tahu orang lagi buru-buru apa!” Magdalena menggerutu kesal karena di saat genting seperti ini malah ada saja yang menghambatnya, membuat darahnya jadi mendidih saja.
Agak cukup lama terjebak macet, akhirnya mobil yang tadi berjalan merayap perlahan sudah bisa melaju dengan kecepatan normal, bahkan Tono langsung ngebut karena majikannya yang duduk di jok belakang terus menyuruhnya untuk ngebut agar mereka bisa segera tiba di rumah sakit.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam Magdalena pun sampai juga di rumah sakit tempat anaknya berada. Dia segera turun dari mobil dan berjalan cepat menuju meja resepsionis.
“Di mana anak saya?” tanya Magdalena.
“Anak Ibu namanya siapa ya?” Resepsionis itu kembali bertanya karena tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Magdalena, ada banyak pasien yang ada di rumah sakit ini.
“Kaisar. Nama anak saya Kaisar. Dia korban tabrakan yang dibawa ke sini sekitar satu atau dua jam lalu,” jawab Magdalena dengan kedua tangan saling meremas.
“Oh, pasien korban tabrakan itu sekarang ada di ruang UGD, Bu.”
Tanpa mengucapkan terima kasih, Magdalena langsung berlari ke ruang UGD untuk melihat kondisi putranya itu. Sejak mendapat kabar bahwa Kaisar mengalami kecelakaan, Magdalena langsung merasa tidak tenang, dia takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Kaisar, satu-satunya penerus keluarganya itu.
Setelah sampai di UGD dan melihat Kaisar yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit Magdalena merasa miris. Hatinya begitu sakit seperti disayat oleh sembilu. Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya dalam kondisi yang begini memprihatinkan? Kepala dan pergelangan tangan Kaisar diperban, serta pipinya terdapat luka gores yang lumayan panjang.
Ketika Magdalena hendak melangkah untuk menghampiri putra tersayangnya itu, dua orang polisi sudah lebih dahulu menghampirinya. Mereka memberikan beberapa pertanyaan kepada Magdalena lalu mengembalikan barang-barang seperti dompet dan ponsel milik Kaisar dan Dahlia (istri Kaisar), lalu menceritakan tentang kecelakaan yang menimpa putra dan menantu Magdalena itu.
“Pengemudi truk yang menabrak mobil putra Ibu dan satu mobil lainnya diduga menyetir dalam keadaan mengantuk akibat kelelahan ….” Salah satu polisi itu memberikan penjelasan yang membuat wanita paruh baya di depannya itu menutup mulut dengan kedua tangan. Sungguh Magdalena tidak bisa membayangkan kalau putranya akan mengalami hal tragis seperti ini.
Setelah mendengarkan penjelasan dari kedua polisi itu, Magdalena berjalan lemas menuju ranjang putranya. Dia duduk di kursi lipat yang ada di samping ranjang dan memandang wajah putranya dengan sedih. Dia mengusap wajah putranya yang tampan itu dengan lembut dan penuh kehati-hatian seolah dia sedang memegang sebuah guci kristal, menyentuh goresan di pipi Kaisar sambil meringis.
“Kasihan sekali putraku yang tampan ini …. Kalau saja kamu tidak menikah dengan perempuan itu, pasti kamu tidak akan jadi seperti ini.”
Magdalena melimpahkan kesialan yang terjadi pada anak semata wayangnya itu kepada menantunya yang sedang terbaring di ranjang sebelah. Sama seperti Kaisar, Dahlia juga dalam kondisi yang memprihatinkan dan saat ini belum sadarkan diri. Tapi Magdalena tidak perduli, bahkan dia berharap jika perempuan yang sudah resmi menjadi istri dari anaknya itu mati saja sekalian.
***
“Kaisar? Syukurlah kamu sudah sadar …”
Setelah menunggu sekian jam, akhirnya Kaisar siuman juga. Magdalena begitu senang ketika merasakan jari putranya itu bergerak. Dia menatap penuh harap pada putranya yang membuka mata dengan perlahan.
Namun setelah mata Kaisar terbuka sempurna, lelaki itu malah tampak linglung menatap ke sekeliling.
“Ini di mana?” tanya Kaisar dengan suara pelan.
“Kamu sedang di rumah sakit. Kamu habis mengalami kecelakaan. Tapi syukur lah karena sekarang kamu sudah sadar,” jawab Magdalena panjang lebar dan dengan senyum semringah.
Sayangnya senyum wanita paruh baya itu harus pudar saat kaisar bertanya, “Siapa …?”
“Siapa? Apa maksudmu, Kaisar?” Magdalena bertanya bingung, tidak mengerti dengan maksud pertanyaan putranya.
“Kaisar? Siapa Kaisar?” Kaisar kembali melemparkan pertanyaan yang membuat kening Magdalena semakin berkerut.
Magdalena segera bangkit dari duduknya dan memanggil dokter untuk memeriksa putranya itu.
“Apa yang terjadi dengan anak saya, Dok?” tanya Magdalena ketika dokter baru saja datang.
“Sebentar ya, Bu. Kita lakukan pemeriksaan dulu.”
Dokter wanita itu pun memeriksa kondisi Kaisar dan memberikan pertanyaan sebagai bentuk tes. Setelah selesai memeriksa pasiennya itu, dia menatap kepada Magdalena.
“Sepertinya putra Ibu mengalami amnesia,” ucap dokter.
Magdalena langsung membolakan matanya mendengar hal tersebut.
“A-amnesia?” ulang Magdalena yang takut salah dengar.
Dokter pun menjelaskan kalau benturan keras yang diterima oleh Kaisar sewaktu mengalami kecelakaan kemungkinan menyebabkan kerusakan pada bagian sistem limbik yang ada di otak putra Magdalena itu sehingga menyebabkan Kaisar hilang ingatan.
“Apa ingatannya bisa kembali pulih, Dok?”
“Kita harus menjalani pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui hal itu.”
Magdalena langsung termenung. Bagaimana bisa hal seperti ini malah terjadi kepada putranya?
“Baik Bu, kalau begitu saya permisi dulu,” ucap dokter itu yang hanya dijawab oleh Magdalena dengan anggukan.
Kemudian Magdalena kembali duduk di kursi lipat dengan lemas. Dia menatap Kaisar dengan tatapan sedih, sedangkan putranya itu malah menatapnya bingung. Tapi kesedihan Magdalena tidak berlangsung lama karena wanita itu menyadari satu hal. Sesuatu yang tadi tidak sempat disadari olehnya.
‘Jika Kaisar tidak bisa mengingat apa pun, bukankah berarti dia tidak ingat jika sudah menikah dengan perempuan pembawa sial itu?’ batin Magdalena sambil tersenyum menatap putranya.
***
Setelah dokter selesai melakukan pemeriksaan, Magdalena dipanggil ke ruangan dokter yang memeriksa putranya tadi. Di sana, Dokter itu menjelaskan jika saat ini Kaisar mengalami amnesia akibat benturan keras saat kecelakaan itu terjadi. Setelah mendengar penjelasan dokter tersebut, Magdalena kembali ke ruangan putranya. Tapi sebelum itu, dia pergi ke tempat administrasi untuk mengurus kepindahan ruang rawat putranya agar dipindahkan ke ruangan VIP. Dahlia? Dia tidak peduli.
'Biarkan saja dia di ruangan kelas rendah, sesuai dengan kastanya!' batin Magdalena.
Setelah semuanya selesai, barulah Magdalena kembali ke ruangan sang anak. Dia langsung mengenalkan dirinya sebagai ibu kandung Kaisar. Kaisar yang bingung hanya bisa percaya begitu saja. Karena saat ini dia sama sekali tidak mengingat apapun. Kemudian netranya tak sengaja menoleh ke samping dimana ada seorang wanita yang juga di rawat di satu ruangan yang sama dengannya. Wanita itu masih pingsan dan belum sadarkan diri. Dia pun tak dapat menahan rasa penasarannya.
“Siapa dia, Bu?” tanya Kaisar kepada Magdalena.
Magdalena melirik ke arah Dahlia yang masih terbaring lemah. Kemudian dia tersenyum sinis.
“Dia itu pembantu di rumah kita. Asal kamu tahu saja Nak, kecelakaan ini terjadi saat kamu mengantarnya belanja bulanan. Dia memang pembawa sial!" jawab Magdalena dengan penuh kebohongan
Kaisar terlihat kebingungan.
“Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Dia sama sekali tidak penting. Lebih baik bersiap, sebentar lagi kamu akan dipindahkan ke ruangan VIP."
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Putry_Arisma
mertuanya persis yang di indosiar Jahat Bener😭🤧
2023-03-25
0
Diajheng
bener2 tegaa nian kamu bu maghfa.. sementara kaisar kamu pindah kan ke ruang vip
dahlia kau biarkan dikelas rendahan🤭
pernikahan yang tidak direstuii akibat hartaa..
dan sekarang kaisar mengalami amnesia tidak mengingat dirinya apalagi dahlia yang sudah dinikahinya..
malah diperkenalkan sebagai pembantu pembawa sial..
semoga kamu bisa secepatnya pulih kembali ya kai..
kasian naseb dahlia
2023-03-25
0
Diajheng
astagaa bu maghdaLena jahat bangett doa tuh yang baik buu
walopun apapun dia tetep menantu mu..
masaa kamu doakan yang seperti itu buuu...
gimana klw di Amiinn in malaikat dan justru anak kesayanganmu yg pergii 🙄
2023-03-25
0