Bab 4.

Keesokan harinya adalah hari minggu yang amat penting bagi Cassie. Sebab seperti biasa Cassie membaca buku novel favoritnya. Dia memilih duduk santai di kursi beranda kamarnya. Dan, di sampingnya, sebuah meja berukuran sedang di penuhi camilan kesukaannya, ciki rasa kentang dan minuman dingin rasa mangga. Setelah ia mengambil satu chiki, dia membuka halaman pertama novel yang sudah sekian kali dia baca.

Novel itu berkisah tentang seorang gadis remaja usia enam belas tahun yang baru pertama kali jatuh cinta. Gadis itu jatuh hati pada seorang cowok tampan yang begitu dipuja banyak orang. Setelah tahu gadis itu menyukainya, cowok itu jadi lebih sering memerhatikannya. Cerita pun berlanjut sampai mereka pacaran. Tak disangka cowok itu harus ikut Papanya ke Italia yang jaraknya sangat jauh dari Indonesia. Si cowok itu berjanji akan kembali. Sayangnya, dia tak pernah kembali sama sekali. Sudah lima belas tahun berlalu. Si gadis bahkan sudah kuliah di Jakarta untuk menemui cowok tersebut, namun tetap tak menemukan keberadaannya.

"Ingatan, adalah serpihan-serpihan dari sebuah kenangan. Dan kenangan, sama seperti melihat kilasan bayangan diri sendiri, " begitu batin gadis di novel itu.

Cassie menghembuskan napas dalam-dalam usai membaca berkali-kali kalimat tersebut ada benarnya. Karena setiap kali dia teringat hal yang dia sesali, dia merasa seperti dikejar- kejar. Melelahkan. Dan sayangnya ingatan itu tak bisa dia buang atau lupakan.

Cassie menutup novel tersebut. "Kapan sih aku bisa melupakan hal -hal yang membuat ku sedih terus menerus..? " batinnya tak sabar. Dia pun mengambil gelas minuman dingin tadi lalu ia pun meneguknya.

Semilir angin mengalihkan perhatian Cassie. Dia mengedarkan pandangan pada daun-daun yang bergoyang di depannya. Rintik hujan pun turun perlahan-lahan. Dia pun kembali teringat akan kesedihannya.

Dan, ketika matanya tertuju pada kamar dari tetangga sebelah, kesedihan itu menghilang. Dia menatap dengan raut penasaran dengan kamar itu.

"Sejak kapan jendela kamarnya dibuka? " Cassie mencoba melihat ke dalam. Seseorang tengah bercermin, tampak mengenakan kaos oblong merah dan celana pendek selutut.

Karena ingin tahu, Cassie memicingkan matanya dan kini terlihat seseorang itu adalah Tante Erika yang sedang meruapakan rambutnya. Cassie baru sadar, rambut Tante Erika terlalu pendek untuk ukuran perempuan.

"Apa Tante Erika itu wanita tomboy? " batin Cassie.

"Aneh.Kenapa aku penasaran seperti ini?" gumam Cassie. Dia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Pandangannya kembali beralih pada hujan. Ditularkannya tangannya demi ia bisa menampung butiran-butiran air hujan.

"Wahai hujan, karena kamu sudah bersama petir, bisakah kamu kirimkan awan untuk Cassie? Agar Cassie tidak lagi teringat pada cowok yang menyebalkan itu, " batin Cassie.Gadis remaja ini mengepalkan tangannya, membiarkan air hujan yang dia tampung tadi berjatuhan.

Ingatannya terlempar pada kejadian hari itu, dan cowok berwajah seperti Wang Yi Bo dengan luar biasa santainya mengambil tas jinjing Cassie dan menjadikannya payung untuk dirinya sendiri.

"Kamu seharusnya memayungi cowok yang kau sukai itu. " Ucapan yang diiringi cengiran lebar dari cowok itu masih bisa Cassie ingat dengan jelas. Sejelas perasaan kesal yang sekarang ini masih menghantuinya.

"Sial! " rutuk Cassie teringat bahwa dirinya dulu terpaksa mengejar cowok itu untuk Cassie bisa mendapatkan tasnya kembali. Tas itu sudah basah kuyup beserta buku di dalamnya.

Cassie menggeram kesal. Cowok yang sekarang jadi makhluk paling dia benci sedunia itu justru semakin nyata terbentuk di benaknya. Kebencian yang tak bisa diukur dengan alat apapun.

"Ugh, kenapa aku semakin teringat dia? " ujar Cassie kesal. Bibirnya manyun. Cowok yang paling menyebalkan itu malah memenuhi isi dari kepalanya yang harus di guyur air hujan..

"Sebel! " rutuk Cassie lagi. Dia melempar tatapan bengis ke sembarangan arah guna membuang perasaan yang menganggu itu. Sayangnya, dia gagal. Perasaan benci yang beralasan itu masih tertinggal di hatinya. Masih juga menghadirkan trauma pada kisah cinta pertamanya. Ya, sosok itu yang membuat cinta pertamanya bertepuk sebelah tangan dengan amat memalukan.

"Untung sekarang aku tidak satu sekolah dengan nya, " gumam Cassie dengan nada lega. Namun benaknya masih membayangkan hari-hari yang memalukan yang akan terjadi kalau dirinya itu masih satu sekolah dengan cowok itu atau teman-teman di SMP nya dahulu. Pasti dia akan diejek dan di tertawakan terus menerus. Karena itulah dia memilih SMA yang sangat jauh dari sekolah lamanya, dan bukan SMA favorit juga. Seperti yang dia duga, tak ada tenan sekelasnya dulu yang bersekolah di sana. Kebanyakan dari mereka memilih bersekolah di SMA atau SMk yang dekat dengan SMP mereka dahulu.

"Dasar cowok tidak berperasaan dan tak punya jantung! " Cassie kembali memaki. Sudut bibir manisnya masih melengkung ke bawah.

"Kenapa juga waktu itu aku nulis puisi untuknya? " gerutu Cassie penuh penyesalan. Terbayang adegan saat puisi cinta yang dia buat tertempel di mading dan di baca teman-teman satu kelas. Mau tak mau hari ini Cassie cepat-cepat pulang sekolah. Dia tak sanggup menahan malu melihat tatapan mengejek dari teman-teman nya.

"Memalukan! " Cassie meringis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia ingat bagaimana teman-teman sekelasnya dulu menertawakan puisi lebay yang dia tuliskan itu dengan penuh cinta. Airmatanya seketika itu juga menyeruak.

Segera saja Cassie menggelengkan kepalanya beberapa kali. Diusirnya kenangan yang enggan dia ingat lagi sekaligus perasaan sedih yang menggelayut.

"Cowok seperti itu tak pantas untuk ditangisi! "

Cassie tidak sadar bahwa dirinya diperhatikan oleh tetangga sebelah rumahnya yang sejak awal dia duduk di kursi beranda kamarnya untuk bersantai. Dan, sosok cantik itu menggelengkan kepalanya sambil memasang Airphone di kedua telinganya untuk tak mendengarkan ocehan atau curahan hati sedih dari Cassie.

"Hmm, baru kali ini aku punya tetangga sebelah rumahku yang cempreng banget suaranya.. " gerutu sosok cantik itu sambil bermain game online di laptopnya sampai tak menghiraukan hpnya yang berputar di ranjangnya.

"Bunny, serang dong jangan diam aja...!! " seru sosok cantik itu sendirian.

Kembali adiknya datang ke kamarnya dengan membawakan sepiring buah semangka kuning untuknya dan tanpa menoleh ke adiknya yang berdiri di samping kursinya. Tangan kanannya itu sudah mencomot garpu dan menusukkannya ke buah semangka kuning yang sudah dipotong- potong bentuk dadu.

"Enak banget jadi seorang kakak sepertimu yang selalu di layani adiknya. " Kata adiknya dengan nada mencibir.

"Kalau kamu tak mau melayani ku, maka akupun tak mau menolongmu untuk hadir di pesta ulang tahun temanmu itu pada malam nanti. " kata si sosok cantik itu melirik ke adiknya.

Bersambung!!

Terpopuler

Comments

🥑⃟Serina

🥑⃟Serina

Semangatt

2023-05-01

0

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

semangat

2023-05-01

0

Ir Syanda

Ir Syanda

Yaaa, selain hal sedih, hal yang paling sulit untuk dilupakan adalah hal memalukan 🤭

2023-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!