"Oke Nona Mayang, pasti anda sudah tidak sabar kan, ingin memiliki golden tiket ini, sebagai kunci untuk bisa ngedate dengan Alwi?"
"Iya tentu saja"
"Baiklah, mari sama-sama kita saksikan penampilan dari Nona Mayang yang akan menghibur kita dengan suara emasnya!! Silahkan berikan tepuk tangan yang meriah untuknya!" Teriak Reno.
Suara tepuk tangan kembali menggema, saat gadis itu mulai duduk didepan microphone. Mulai memperdengarkan suaranya sembari memainkan alat musik.
Namun bukan suara indah dan merdu yang dia tampilkan dari mulutnya, melainkan suara cempreng dan fales. Yang membuatnya menjadi pusat perhatian bukan bagaikan diva, melainkan bagai badut sirkus yang sedang menghibur penonton dengan lawakannya.
"Hahahaha! Huuu!!!" Suara tawa dan sorakan mencemooh dari orang seisi cafe membahana, membuat gadis itu kehilangan muka saking malunya.
Reno beranjak mendekati gadis yang sedang dikuliti itu. "Sayang sekali Nona, kamu masih belum memenuhi syarat untuk mendapatkan golden tiket ini! Maaf, tapi seharusnya kamu bisa mengukur dulu kemampuanmu kalau ingin tampil dihadapan orang sebanyak ini!" Kicau Reno tanpa dipikir. Membuat gadis itu hanya bisa menunduk malu dan sedih.
Sikap dan perkataan managernya membuat Alwi merasa malu. Tidak seharusnya Reno bersikap seperti itu pada fansnya. Apa pria itu tidak pernah berpikir, jika sikapnya itu bisa merusak imegnya sebagai seorang bintang ternama?
Dengan geram Alwi bangkit berdiri dan menarik lengan Reno. "Tidak perlu berlebihan kalau bicara. Itu kelewatan" Bisiknya tepat ditelinga Reno.
"Memangnya kenapa? Kan aku hanya bicara apa adanya" Reno ngeyel.
"Tapi kamu menyakiti hati orang lain. Tidak hanya itu, kamu juga bisa merusak imeg kita" Alwi mengingatkan. Kemudian dia mendekati gadis yang sedang bermuram durja, akibat dipermalukan itu.
"Nona aku minta maaf ya. Sebenarnya suaramu sudah bagus kok. Tapi kamu hanya belum beruntung saja. Jangan bersedih ya, masih ada hari esokkan?" Alwi berusaha menghibur gadis itu dengan suara yang selembut mungkin.
Sekalipun dia melakukannya demi menjaga image, namun dalam hatinya dia tetap merasa kasian pada gadis malang, yang harus menahan malu dihadapan orang sebanyak itu.
"Terima kasih Alwi" Ujar gadis itu dengan sedih dan malu. Lalu dia turun dari panggung, dan kembali harus menerima sorakan mencemooh dari penonton satu cafe.
"Oke ladys! Masih ada lagi yang merasa memiliki suara indah dan merdu, yang masih berharap untuk mendapatkan golden tiket ini?! Ingat, jika kalian masih merasa ragu, maka sama artinya dengan kalian menyia-nyiakan kesempatan untuk berkencan bersama idola kalian! Ayo, ada lagi yang berani mencoba! Ayolah, kalian harus punya rasa percaya diri!" Reno kembali melanjutkan acaranya.
Suasana kembali hening. Kejadian barusan membuat para wanita menjadi semakin gugup dan grogi. Takut jika suara mereka tidak memenuhi syarat, yang akan membuat mereka menjadi korban bullyan selanjutnya seperti gadis sebelumnya.
"Aku" Ditengah-tengah kegugupan para gadis itu, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang gadis yang menjawab tanpa adanya keraguan dalam nada suaranya.
Sontak semua orang termasuk Alwi mengarahkan pandangannya pada gadis yang bersuara nyaring itu. Seketika Alwi terpesona melihat sosok gadis cantik berbaju putih, dan berambut panjang curly yang berdiri diantara keramaian penonton.
Dada Alwi serasa berdebar-debar. Jantungnya berdegup tak karuan. Seakan-akan dia sedang melihat jelmaan bidadari yang berdiri dihadapannya.
"Nah ini dia! Mari silahkan Nona!" Reno mempersilahkan Aurora untuk naik keatas panggung.
"Baiklah Nona, sebelumnya silahkan perkenalkan dirimu. Siapa namamu?" Reno mendekatkan microphone kemulut gadis itu.
"Aurora Dwita Prakarsa"
"Wah! Nama yang cantik secantik orangnya! Berikan tepuk tangan dulu untuk Nona Aurora!" Teriak Reno yang dibalas dengan tepuk tangan meriah dari penonton.
"Oh ya Nona, sebelumnya aku ingin memastikan dulu! Apakah Nona merasa yakin memiliki kualitas suara yang merdu dan enak didengar?! Apakah Nona tidak takut akan menjadi bulan-bulanan seperti gadis yang sebelumnya, karena memiliki suara yang tidak sesuai dengan penyanyi berbakat, melainkan sebagai pelawak?!" Reno kembali membanyol dengan seenaknya.
"Hahahaha!!" Penonton satu cafe kembali bersorak dan tertawa mencemooh. Mereka yakin jika gadis yang sedang berada diatas panggung itupun, kali ini akan sama saja seperti gadis yang sebelumnya tampil. Yaitu memiliki suara yang tidak enak didengar. Namun terlalu percaya diri, saking berambisinya untuk mendapatkan golden tiket itu.
"Apakah perkenalan dirinya sudah cukup? Bisa aku bernyanyi sekarang? Tolong, aku tidak ada waktu untuk mendengar lelucon yang tidak berguna" Ujar Aurora dengan ekspresi datar.
Dia tidak tampak terpengaruh sedikitpun dengan cemoohan orang-orang itu. Sikap dingin gadis itu membuat Reno langsung mengatupkan mulutnya dengan malu.
Usai membuat manager bermulut lemes itu bungkam, Aurora langsung maju dan duduk didepan microphone.
Alwi masih diam menyimak. Tatapannya masih dia tujukan pada Aurora yang sedang menyampirkan gitar kepundaknya. Dia menatap gadis cantik itu dengan sorot mata takjub. Wajahnya tampak berbinar-binar.
Sembari memainkan gitar, Aurora mulai bersenandung. Melantunkan lirik lagu dengan suaranya yang mampu membuat penonton seisi cafe, terhanyut dalam alunan musik dan tema lagu bergenre sendu dan melo yang dia bawakan.
Dimana dalam lirik lagu itu mengisahkan tentang seorang yang telah kehilangan tujuan, cita-cita dan jalan hidupnya. Yang berharap dan berdoa akan datangnya orang yang dicintainya, untuk memenuhi janji dan sumpahnya. Yang akan mengarahkan pandangannya kearahnya. Orang yang akan selalu mempertanyakan tangisannya.
Tema dan lirik lagu yang dia nyanyikan, sesuai dengan perasaan yang sedang dirasakannya saat ini. Bahkan bisa dibilang, itu adalah bagian dari uneg-uneg dan ungkapan hatinya yang sedang dia utarakan.
Itu adalah kebiasaannya sejak kecil. Setiap kali memiliki masalah yang membuat hatinya merasa kacau dan galau, maka dia akan menghibur dirinya dengan cara bernyanyi. Hanya dengan begitulah dia bisa meluapkan segala perasaan yang dipendamnya. Yang akan membuat hati dan perasaannya menjadi lebih baik dan lega.
Dia memang mewarisi suara indah dan merdu dari ayahnya yang seorang musisi papan atas, yang kini telah sukses merangkap sebagai produser musik.
Lantunan suara indah Aurora disertai dengan alunan musik yang mengiringi, membuat seluruh penonton yang mendengarkan seakan-akan ikut terbawa kedalam alur lirik lagu itu.
Mereka tidak menyangka jika ternyata masih ada orang yang memiliki suara indah dan merdu yang bahkan hampir setara dengan Alwi, sang penyanyi superstar idola mereka.
Alwi dengan santainya duduk memanjakan telinga dan matanya untuk mendengarkan lantunan suara indah, dan menatap wajah cantik yang memiliki hidung mancung, mata belo dan kecoklatan milik gadis itu.
Bibirnya tidak tebal dan juga tidak tipis, namun sangat seksi dan menarik. Belah dagu, serta kulitnya yang kuning langsat. Sangat mempesona dan elok dipandang.
Alwi tidak bisa mengalihkan perhatian dan pandangannya dari gadis yang sedang bersenandung itu. Aneh sekali. Gadis itu memang cantik, namun ini bukan pertama kalinya dia melihat gadis secantik itu dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments