"Selingkuhanmu? Jadi semalaman kalian menghabiskan waktu bersama dikamar ini?" Tukas Aurora dengan ketus. Raut wajahnya tampak datar.
"I-ini tidak seperti yang kamu pikirkan sayang...."
Aurora sudah tidak peduli lagi pada apapun yang dikatakan Gibran, dengan hati yang panas, dia mencopot cincin berlian yang melingkar dijari manisnya, dan melemparkannya kedada Gibran. Membuat pria itu terkesiap.
"Kita putus. Mulai detik ini, jangan pernah coba-coba untuk menemuiku lagi" Seru Aurora dengan datar. Kemudian dengan penuh emosi, dia berjalan keluar dari kamar itu.
"Sayang. Sayang dengarkan aku dulu! Sayang" Seru Gibran yang lantas berlari keluar untuk mengejar tunangannya itu. Sesampainya diluar dia berhasil menangkap lengan Aurora.
"Lepaskan tanganku!" Teriak Aurora sembari menepis lengannya dengan kasar. Hingga membuat tangan Gibran terlepas dari tangannya.
"Aku tidak butuh lelaki brengsek sepertimu. Silahkan habiskan malammu bersama perempuan manapun yang kamu mau. Tapi jangan pernah ganggu hidupku lagi!" Seru Aurora dengan berapi-api, sebelum dia kembali berjalan dengan langkah lebar, meninggalkan apartemen itu dengan membawa perasaan marah, kecewa dan terluka.
"Ta-tapi sayang. Sayang! Aku tidak ingin kita putus! Tolong maafkan aku! Aku hilaf!" Gibran masih berusaha menahan Aurora.
Namun percuma, gadis itu sudah tidak menggubrisnya lagi. Padahal Gibran sangat keberatan dan tidak terima dengan keputusan gadis itu, yang ingin mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Karena dia masih sangat mencintai Aurora.
Dari dulu hingga sekarang, hanya gadis itu yang ada dihatinya. Tidak ada yang lain. Namun sebagai lelaki normal, tentunya dia juga membutuhkan wanita untuk menemani malam-malamnya.
Karena Aurora terlalu alim. Dan dia selalu menolak setiap kali diajak berhubungan intim, dengan alasan mereka berdua masih belum memiliki ikatan suci pernikahan.
Dia baru akan bersedia untuk tidur dengannya, setelah keduanya resmi menyandang status sebagai sepasang suami istri. Dan dia tidak sanggup menunggu hingga gadis itu lulus kuliah supaya mereka bisa menikah.
🦋🦋🦋🦋🦋
Aurora mengemudikan mobilnya dengan perasaan hancur. Hatinya begitu terluka seperti tersayat-sayat. Dia tidak pernah menyangka jika Gibran, pria yang telah bertahun-tahun mengisi relung hatinya tega menghianatinya! Tega membawa dan meniduri wanita lain diapartemennya!
Padahal selama ini dia selalu setia pada lelaki itu. Dia tidak pernah sekalipun bermain api dengan lelaki manapun. Namun mengapa Gibran tega bermain api dibelakangnya?!
Entah sudah berapa banyak wanita yang selama ini ditidurinya! Dan bodohnya dia yang selama ini terlalu mempercayai Gibran sebagai lelaki yang setia!
Ditengah-tengah kegalauannya, mobilnya melintas didepan sebuah cafe elit. Aurora menatap bangunan cafe megah itu dengan hampa.
Saat ini perasaannya sedang kacau balau. Jika dia kembali kerumah dalam keadaan stress seperti ini, tentu orang rumah akan mencecarnya habis-habisan.
Disaat-saat seperti ini, dia sedang malas bicara dengan siapapun, termasuk dengan Mamanya sendiri. Mungkin sebaiknya dia menenangkan dirinya dulu ditempat ini. Setelah perasaannya sedikit lebih baik, baru dia pulang.
Aurora memutuskan masuk kedalam cafe itu, setelah memarkirkan mobil Subaru berwarna merahnya.
Sesampainya didalam, dia memesan segelas champagne dan meneguknya sedikit demi sedikit. Sebenarnya dia tidak terbiasa menyentuh minuman yang mengandung alkohol seperti ini.
Namun untuk saat ini, dia benar-benar sedang patah hati. Dan dia tidak tau harus melakukan apa, untuk melampiaskan dan menyalurkan perasaannya. Mungkin hanya minuman ini yang bisa memahaminya untuk saat ini.
Sembari minum, pikiran Aurora berkecamuk. Bayangan Gibran senantiasa mendominasi isi kepalanya. Kenangan indah dan penuh cinta yang mereka lewati selama tiga tahun ini. Kata-kata cinta dan romantis yang selalu pria itu lontarkan untuknya. Membuatnya merasa menjadi wanita yang paling beruntung dan bahagia didunia saat itu.
Namun sekarang, dia merasa sebagai wanita paling bodoh, karena sudah terlalu berharap banyak pada lelaki itu. Dia pikir dirinya adalah satu-satunya perempuan dihati Gibran selama tiga tahun ini. Dia pikir lelaki itu akan selalu menjaga kesetiaannya untuk cinta mereka. Menjaga hati dan tubuhnya hanya untuknya seorang.
Namun ternyata dia terlalu naif. Dia terlalu percaya diri bahwa Gibran bisa puas hanya dengannya saja. Apakah dirinya terlalu membosankan untuk mendapatkan sebuah kesetiaan? Sehingga Gibran mencari perempuan lain yang bisa memuaskannya secara intim?
Apakah dia harus menyerahkan tubuhnya untuk bisa membuktikan cintanya pada pria itu? Haruskah dia membuktikan cintanya dengan cara mengorbankan harga dirinya?
Padahal dia juga sudah bertekad akan memuaskan lelaki itu. Memberikan miliknya sebagai bukti cintanya. Tapi setelah mereka menikah. Karena dia harus bisa menjaga martabatnya sebagai seorang wanita. Itulah ajaran yang selalu diterapkan oleh Mamanya.
"Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Alwi, penyanyi favoritku"
"Sama, begitu tau kalau malam ini ada acara meet and great Alwi dicafe ini, aku langsung kesalon. Karena aku ingin tampil cantik dan menarik dihadapan Alwi. Siapa tau saja nanti dia bisa jatuh cinta padaku"
"Huu!!!" Aurora mendengar suara obrolan disertai sorakan saling mengejek dari beberapa gadis dimeja sebelahnya.
Aurora baru tau, ternyata malam ini cafe ini, akan dijadikan sebagai tempat acara meet and great selebriti. penghuni meja-meja lain pun sedang heboh membahas tentang penyanyi papan atas, yang menjadi idola mereka semua.
Ternyata hanya dia saja yang tidak mengetahui hal itu. Ya sudahlah, itu bukan urusannya. Dia tidak ada waktu untuk memikirkan artis atau sebagainya. Tidak ada kabar apapun yang bisa membuatnya sumringah, disaat hati dan pikirannya sedang kacau balau seperti sekarang ini.
Beberapa menit kemudian, seluruh penghuni cafe itu berhamburan keluar seperti kawanan ayam yang terlepas dari kandang. Sepertinya orang yang sedari tadi mereka nanti-nantikan kehadirannya sudah tiba.
Aurora tidak bergeming dengan aktivitas dan kehebohan yang diciptakan oleh orang-orang disekitarnya. Sekalipun sekarang dia hanya tinggal sendirian didalam cafe luas itu. Baginya sama saja mau tempat itu ramai atau sepi. Karena suasana hatinya tetap terasa hampa.
Sementara diluar cafe sudah ramai dengan puluhan pengunjung yang memadati halaman depan cafe. Suara sorak sorai fans yang jelas sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan superstar mereka menggema, hingga menghasilkan keriuhan.
Mereka semakin antusias dan heboh saat sebuah mobil melintas secara perlahan-lahan, menerobos lautan manusia yang sedang menggila itu. Apalagi saat sang supir bersama seorang bodyguard keluar dari pintu depan mobil itu, kemudian membukakan pintu belakang.
Semua orang berlarian menghambur kearah mobil itu, saat seorang pria berbadan atletis dan tinggi keluar dan menampakkan dirinya, dihadapan orang-orang yang sedang mengelu-elukan sembari meneriaki namanya.
Outfit casual yang membalut tubuhnya yang berotot membuat pria itu terlihat sangat macho. Ditambah lagi wajah tampan yang dimilikinya. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tidak tipis maupun tebal, tampak sangat sensual. Belahan didagunya yang dipenuhi dengan brewok-brewok tipis yang juga memenuhi area rahangnya, yang membuat raut wajahnya sangat maskulin.
Pria berusia 26 tahun itu melepas kacamata hitamnya, dan memperlihatkan mata almondnya dengan tatapan tajam, yang mampu menembus hati setiap kaum hawa yang melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments