Selama ini ribuan hari, ku dekat denganmu. Lewati berbagai hal ku ada di sisi mu. Tanpa kau tahu perasaan ku padamu, sendiri ku berharap… Memberi kasih walau tak kembali…
Lantunan musik sendu di dalam mobil Harv membuat Fay menunjukkan bakat menyanyi yang pas-pasan di depan pria nomor satu paling di segani di Negara XY.
"I maybe not yours and you're not mine... But I'll be there for you when you need me... It is only me... Believe me girl it's only me... Yeah it's only me~"
Wanita cantik itu menjadikan ponselnya sebagai mic, dia menggerakkan tangan dan seluruh bagian tubuhnya terlihat bak biduan. Harv menatap jalan dengan tak sekalipun luntur dari senyuman lebar atas aksi istrinya.
Selama keduanya bersama, biasanya Fay meminta Harv untuk membuang asisten khususnya itu ke antariksa, sehingga hanya ada mereka berdua dan Fay bebas melakukan apapun tanpa takut aibnya terbongkar di depan asisten khusus Harv yang sebelas dua belas dinginnya dengan bosnya.
"I will always be the one who pull you up... When everybody push you down... And it's only me.. Believe me girl it's only me... Yeah it's only me~"
Fay menarik salah satu tangan Harv seolah mengajak pria besar itu berdansa. Di tengah mengendalikan kuda besinya, Harv memecah fokusnya tidak hanya pada jalanan ibu kota, melainkan pada istrinya juga yang memang terlihat berkelakuan random tapi sungguh menyenangkan. Sedangkan, Fay sendiri berusaha menyindir suaminya lewat lagu. Sayangnya, sepertinya suaminya jelas tidak mengerti maksud dan tujuan istrinya.
“Sayang… Berhenti di taman situ ya!” pekik Fay meminta pada suaminya.
“Owh… Ya!” Harv menoleh sejenak kemudian melipir mengurangi kecepatan mobilnya.
Harv sudah berhasil mendapatkan area yang digunakan untuk memarkirkan mobil mewahnya. Terlihat Fay sibuk mengenakan seperangkat alat penyamaran. Harv kembali terkekeh, bukan rahasia lagi jika istrinya paling takut dengan para wartawan yang seolah akan berkerumun dengan mencoba mendapatkan informasi darinya. Sejenak Harv tidak menyukai sikap Fay yang selalu berusaha menyembunyikan status mereka, berbanding terbalik dengan beberapa wanita sosialita yang selalu berusaha mati-matian bersikap menunjukkan diri mereka agar terekspos media dan menjadikan nama mereka jadi perbincangan hangat di jagat media sosial.
“Kenapa?” Fay kembali merutuk pada sikap Harv yang seperti memindainya tidak suka.
“Cantik…” puji Harv singkat membelai lembut wajah istrinya yang sudah tertutupi masker sepenuhnya.
“Chotto matte!” Fay mencekal tangan besar Harv sampai si pria terbelalak terkejut dengan tingkah istrinya. “Jadi— anda bilang saya cantik dengan berpenampilan seperti ini, hah?”
[ Chotto matte : Tunggu sebentar! ]
Harv terdiam sejenak kemudian kembali menunjukkan kekehan. “Sebentar lagi banyak pengunjung yang datang loh, yakin masih mau berlama-lama di mobil?”
“Aaarkk!” Fay tersadar dan memegang kepalanya dengan kedua tangannya. “Ayooo lah Sayang kita jalan-jalan…” rengek Fay lupa siapa yang menahan mereka lebih lama di dalam mobil.
Harv akhirnya bisa mengendalikan keadaan, keduanya berjalan-jalan mengitari taman kota yang beberapa orang terlihat sama seperti mereka. Harv juga tak kalah menggunakan seperangkat penyamarannya, dia menggunakan topi, kacamata hitam, juga masker menutupi wajah tampannya.
Semua orang jelas tidak mengetahui siapa keduanya, yang mereka pikirkan bahwa keduanya adalah pasangan yang serasi dan romantis.
Fay menatap lurus ke depan, mereka menghentikan berjalan-jalan dan memilih duduk di depan aliran sungai. Harv tidak sedetikpun melepaskan pandangannya dari istrinya. Perlahan Harv mencium punggung tangan Fay mesra. Wanita itu menoleh cepat tanpa respon apapun.
“Apa kamu senang, Nyonya Smith?” tanya Harv lirih membelai wajah istrinya.
Untung saja Fay mengenakan kacamatanya, jika tidak, Harv bisa melihat kedua netranya tengah berkaca-kaca. “Sure…”
Fay mendekat, dia mengecup perlahan salah satu pipi Harv tak kalah mesra.
Deg!
"Terima kasih, Sayang!" ucap Fay tulus.
Harv terhenyak, di depan umum istrinya sungguh berani menciumnya. Gemuruh di dadanya terasa seolah terdengar keluar. Pria itu merasa jantungnya bekerja keras memompa darahnya dengan cepatnya sekarang. ‘Fay— bagaimana jika aku mengatakan aku mencintaimu? Apa kamu akan percaya dan menerimaku apa adanya?’
Fay kembali duduk di tempatnya, dia bersyukur air matanya jatuh saat Harv tidak menyadarinya. Keduanya sama-sama terdiam untuk waktu yang lama sampai Fay merasa bosan dan meminta kembali pulang.
***
“Aaargh… Sakiiit Harv… Pelan sedikit…” rintih Fay mencoba menyadarkan suaminya yang terlihat gelap mata dalam menyalurkan hasratnya.
Entah mengapa, dalam perjalanan pulang, Harv merasa tiba-tiba tidak senang jika ternyata Fay tidak mencintainya. Pria itu begitu cepat tersulut emosi, dia langsung melakukan penyatuan dengan istrinya saat mereka baru sampai di penthouse.
Fay sendiri tidak pernah mempermasalahkan permintaan hak biologis suaminya yang pada dasarnya dia menjadi istrinya hanya untuk menjadi pemuas ranjang panasnya yang legal. Hanya saja, saat ini Fay merasa Harv sedikit berbeda. Pria yang sudah menjadi suaminya selama setahun penuh itu terlihat muram juga sesekali mengumpat kasar di tengah permainannya yang terasa brutal.
Sampai pria itu melolong panjang mengeluarkan lahar panasnya, Fay berusaha menutupi sakit hatinya. Fay membuang wajahnya yang tidak hanya basah oleh peluhnya, melainkan oleh tangis yang tidak bisa lagi ditahannya.
“Maafkan aku—” bisik Harv lirih di ceruk telinga Fay, tak lama pria itu bangkit meninggalkan Fay yang terlihat tak berdaya tanpa sehelai benang menutupi tubuh polosnya yang mengenaskan.
Fay menumpahkan seluruh air mata yang sudah ditahannya sedari masuk ke dalam rumah. Wanita itu tidak berdaya, bahkan untuk sekedar menutupi tubuhnya yang terasa sakit sampai dasar hatinya. Fay menutup mata sampai benar-benar tertidur karena lelahnya.
Harv telah selesai membersihkan diri, dia menatap nanar pada pemandangan yang membuat ngilu hatinya.
“Fay—” Harv menyeru lirih nama istrinya, perlahan dia menaikkan selimut menutupi tubuh polos istrinya. “Maafkan aku— aku sungguh tidak bisa menerima jika mengetahui kemungkinan kamu tidak mencintaiku… Karena—”
Harv bangkit, dia menggantung kalimatnya dan keluar ruangan membawa seluruh misteri akan perasaan yang sesungguhnya.
Teong bin nae mam, i bin jan gata. Seuchineun chueongmada niga tteoolla. geuttaen, mwol mollasseotji. Naega munjeinji nuga baboin geonji…
Hatiku hampa bak gelas yang kosong ini. Tiap kenangan yang berlalu, membuatku teringat padamu. Saat itu, aku tak mengetahuinya. Apakah aku masalahnya atau siapa yang bodoh?
***
Alright, Alright… Babocheoreom ije alge doen geoya. Wae ijeya, ijeseoya, tteonan hueya algenneun geoya, oh—
Baiklah, Baiklah… Seperti orang bodoh, sekarang aku mencoba memahaminya. Mengapa baru sekarang, baru sekarang, setelah kau pergi, aku bisa memahaminya…
Keesokan harinya…
Fay terbangun dari tidur lelap yang selalu terasa melelahkan jika suami di atas kertasnya berada di sampingnya seperti semalam. Kali ini, dia merasa tubuhnya seperti terjatuh dari jurang bahkan seperti kejatuhan asteroid besar. Hal itu membuatnya malas untuk terjaga dan beranjak dari ranjang.Hal lain yang membuatnya tidak bersemangat adalah ketidakhadiran suaminya. Dia bisa merasakan sebuah firasat bahwa prianya sudah tidak ada disana sekarang.
Hamkke nanwotdeon seoroui pyeonjido, itji mothal geuttae geunaldo. Hamkke georeotdeon golmokgil sairo namgin dulmanui saindo. Ajik geugose geu jarie geudaero geogi nama itdamyeon. I gieok soge dasi Falling Slowly…
Surat-surat yang saling kita bagi bersama, bahkan hari-hari yang tak terlupakan saat itu. Tanda-tanda yang kita tinggalkan di antara lorong-lorong yang kita lewati bersama. Aku berharap itu masih ada di sana, di tempat itu, masih tetap ada di sana. Perlahan-lahan aku kembali terperangkap dalam kenangan ini…
Fay menatap satu tempat yang menunjukan secarik catatan di atas nakas samping ranjangnya. Fay terkekeh sinis, dia jelas tidak ingin mengambil pusing. Dengan tertatih Fay menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Di dalam bak mandi, pandangan wanita muda itu kosong menatap langit kamar mandi. “Dia mendapatkan tubuhku, aku menerima uangnya…”
Uh, geuge majimagieotdamyeon. Han beon deo nae pume neol gadeuk anasseul tende. Wae ijeya, ijeseoya, itji mothae neol geurineun geoya...
Uh, jika itu adalah yang terakhir kalinya. Maka sekali lagi, aku akan memelukmu dengan erat. Mengapa baru sekarang, baru sekarang, aku merindukanmu yang tak bisa aku lupakan…
Fay menutup erat kedua matanya, air mata kembali terjatuh begitu saja. “Apa kamu akan mengakui perasaanmu, Fay?”
Wanita itu bermonolog lirih seolah tengah mengejek dirinya sendiri. “Hehe… Apa kamu sudah siap dengan kenyataannya, bahwa aku hanya penghangat kasurnya yang legal!”
Neoro gadeuk chatdeon yeoreum, ttatteuthaetdeon gyeoul, noeulcheoreom binnan neo. Maeil gureum wireul geonneun deuthaetdeon geu gieogi, neodo inneun georamyeon. Uyeonboda uyeonhi nado moreuge majuchil geoya…
Musim panas yang dipenuhi dengan dirimu, musim dingin yang terasa hangat. Kau yang bersinar seperti senja, kenangan itu membuatku seolah-olah tengah berjalan di atas awan setiap hari. Jika kau juga ada di dalamnya, aku akan bertemu denganmu tanpa sengaja, lebih dari sekedar sebuah kebetulan…
To be continued...
Credit of Song : It's Only Me by Kaleb J, Falling Slowly by Daesung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
wildan Putra
keren banget persis cerita komik kesayangan aq
2023-04-14
3