Keesokan harinya, Fay mengerjapkan kedua netranya, dia sungguh malas terbangun sekarang. Dia merasakan tubuhnya babak belur setiap kali suaminya berkunjung menemuinya. ‘Suruh siapa aku hanya penghangat kasur yang legal, sisanya pria itu mana mau ambil pusing!!’
“Uugh… Aku perlu ke salon memperbaiki kecantikanku… Hihi!” Fay berusaha bangkit, dia merasakan tulangnya seperti patah. Gerakan tubuhnya terhenti saat dia melihat siluet seseorang di area wardrobe.
Fay memicingkan kedua netranya, dia terdiam dan mengerjapkan kedua matanya. “Sejak kapan pria itu masih bisa berada di rumah?” gumamnya penasaran.
Seperti yang sudah sangat Fay hafal akan kebiasaan prianya. Harv yang merupakan suaminya itu hanya akan berada di rumah saat meminta hak fisiologisnya, setelahnya— pria itu akan menghilang bak ditelan lautan. Jadi, hal yang tidak mungkin bagi Fay saat dia terbangun suaminya masih berada disana sekarang.
“Sayang?” seru Fay mendekat perlahan.
“Morning, Sweety…” Harv merespon menyapa tak kalah membuat jantung Fay seolah melompat dari tempatnya.
‘Aaargh, mengapa pria ini terlalu sempurna!’ pekik Fay frustasi dalam benaknya. ‘Sudahlah, menggodanya sekarang tidak akan membuat aku mati. Justru aku ingin melihat kesungguhan hatinya… Biasa juga aku tidak tahu malu… Huhu…’
“Aku beneran merasa kalau yang datang sekarang bukan suamiku, loh!” Fay mendekat menanggalkan selimutnya. Dia merengkuh tubuh suaminya dan mendongak menggoda membuat Harv ikut terperanjat atas godaan istrinya.
“Memangnya kenapa?” tanya Harv pura-pura tidak terjadi peperangan dalam batinnya yang kembali bergejolak meminta hak biologisnya.
“Biasa kan kamu datang semaunya lalu pergi tanpa pamrih, eh pamit maksudnya… Hehe!” seloroh Fay membuat Harv tak kuasa melebarkan senyuman.
“Aku kan kerja,” jawab Harv menahan tawa mencubit lemah hidung Fay. “Lagian, kamu emang gak kerja ya? Ini udah jam tujuh lewat tiga puluh loh!”
Deg!
Seketika Fay membulatkan bola matanya, tingkah absurd-nya barusan terhenti, Harv tidak tahan lagi menertawakan tingkah lucu wanitanya.
“Aaarrkkk!!” Fay memekik nyaring tanpa jeda lama.
Bagi buruh korporat seperti dirinya, penilaian absensi adalah hal yang utama demi mendapatkan tambahan bonus tahunan.
“Haha!” Harv menggelengkan kepala, dia beranjak menjauh menuju salah satu lemari mencari dasi yang akan digunakannya.
“Aaah, shiiibal!” rutuk Fay kesal, dia menatap jam di nakas, memang benar waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan. Itu artinya, dia sudah terlambat jika harus memaksakan pergi sekarang. Senyumnya mengembang dengan pikiran yang seolah tengah merencanakan sebuah kejahatan.
“Sayang,” Fay kembali mendekat, dia mengambil alih dasi yang ada di tangan suaminya seolah bersikap ingin mengenakan pada suaminya seperti biasa. Hanya saja, seringai iblis terbit di wajah Fay membuat kening Harv mengerut.
“Hari ini aku terlambat bekerja, semua ini salah suamiku yang tidak tahu waktu mengerjaiku semalam!” Fay menggerutu cepat seperti seorang reporter lapangan. Tangan yang seharusnya memakaikan dasi di leher Harv, justru digunakan untuk mengikat kedua tangan suaminya. Pria dingin itu kembali terkekeh dengan sikap kekanak-kanakan Fay. “Jadi— sebagai hukumannya, anda harus menemaniku sekarang juga, jika tidak— anda tidak perlu lagi menemuiku selama-lama-lama-lamanya…”
“Haha!” Harv sungguh gemas dengan kelakuan istrinya yang absurd tapi bikin dia cinta. “Sweety, pagi ini aku ada rapat—”
“Baiklah!” Fay segera menyela kalimat suaminya dengan setengah emosi. Wajahnya terlihat tidak bersahabat membuat Harv terdiam dan menyadari kemarahan istrinya. “Maaf— aku tahu, Presdir SCorp tentu tidak memiliki waktu banyak untuk—” Giliran Fay terdiam, dia sungguh merasa konyol sekarang.
Fay sadar, dia hanya istri kontrak, dia tidak perlu meminta waktu suaminya. Fay segera membuka ikatan dasi yang dibuatnya, tak lama senyuman cantik kembali membingkai wajahnya yang polos tanpa make up seolah tidak terjadi peperangan dalam batinnya.
Harv tidak menyukai keadaan mereka sekarang, dengan cepat pria itu merengkuh tubuh istrinya dan menyesap kuat bibir pucat Fay. Fay sempat terkejut dengan kelakuan suaminya, tak lama dia tersenyum miring. ‘Kamu yang mulai ya, Harv…’
Tak perlu lama Fay mendorong tubuh suaminya yang mulai menggila, dengan cepat dia turun bersimpuh dan mencoba melepaskan gesper ikat pinggang mahal milik suaminya. Harv mendongak menahan tawa, dia tahu apa yang akan dilakukan wanitanya jika sudah memimpin permainan panas mereka.
Harv tidak menolak dan tidak ingin menghentikan kegilaan istrinya. Dia justru menikmatinya, pria itu mendongak juga menarik rambut panjang Fay agar tidak mengganggu aktivitas istrinya dengan senjata kebanggaannya. ‘Fay… Kamu paling tahu kesenanganku!’
Sebelum gairahnya meledak, Harv menghentikan aksi istrinya. Pria itu lantas menggendong kembali Fay dan menjatuhkannya dengan kasar di atas ranjang.
Fay menyeringai penuh kepuasan. “Aku pikir anda lebih mementingkan rapat di kantor dibanding menemani istrinya bercin— ta,” Dengan menggunakan gaya sensu-al-nya, Fay kembali mencibir suaminya.
Harv tidak ingin merespon, pria itu sibuk menanggalkan pakaiannya. Tanpa basa-basi dia kembali membuat ruangan itu seperti terkena badai aqua laguna. Fay sampai mengumpat dan bersumpah serapah atas tindakan kasar suaminya jika sudah tersulutkan gairahnya.
Fay terkulai lemas di saat suaminya masih sibuk mengejar kepuasannya. ‘Dia sungguh tangguh luar biasa.’
“Sayang,” Fay kembali menggoda dengan nada manjanya. Kedua tangannya menguar rambut tebal suaminya.
“Ya?” Harv merespon di tengah deru nafasnya yang memburu.
“Bukankah kamu harus ke kantor, ini sudah jam delapan loh!” pancing Fay melingkarkan kedua tangan di belakang kepala suaminya yang mendongak mengejar kepuasan.
“Apa kamu tidak ingin aku temani, Nyonya Smith?” Harv menunduk meraup bibir kesukaannya.
Fay tertegun, ini pertama kalinya Harv tertahan dan memilih bersama dirinya dibanding mengejar jadwal bisnisnya yang selalu padat merayap. Mendadak debar jantungnya seperti agak lain dari biasanya, wanita itu menelan ludahnya serat.
“Apa aku tidak salah dengar?” Fay menatap sayu ke arah wajah Harv yang sudah dibasahi oleh peluhnya.
“Apa keahlianku menurun sampai bisa membuat istriku berbicara banyak disaat kita sedang bercin-ta?”
Keduanya menghentikan aktivitas panas mereka, Harv begitu kesal Fay terus mencercanya dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan. Dia sampai tidak bisa lagi menikmati permainan panasnya.
“Sepertinya begitu—” ungkap Fay menggoda menangkup salah satu tangan di wajah kokoh nan rupawan milik suaminya.
“Heh—” Harv terkekeh, dengan cepat dia membalikkan tubuh Fay dan menyerangnya brutal tanpa ampun.
“Aaarghh! Cukuuup… Aku yang salaaah... Aaarhh!!” pekik Fay salah strategi sekarang. Harv tidak ingin lagi merespon rutukan atau racauan istrinya, dia hanya ingin mengejar kepuasannya sekarang.
Tubuh Fay terkulai lemas, begitupun tubuh suaminya yang menjatuhkan diri di samping tubuh istrinya. Fay berbalik di sisa tenaga yang ia punya. “Aku sungguh senang, suamiku memilihku dibanding pekerjaannya.”
"Ini di luar prediksi antartika loh!" sambungnya konyol.
Harv terkekeh, dia mengecup perlahan kening istrinya. “Anything for you, Sweety…”
‘Seandainya kamu tahu Fay, aku sudah merelakan pertemuan bisnisku kali ini. Aku juga kehilangan investasi senilai US$ 500 ribu hanya untuk menemani dan memuaskan gairahmu.’
Harv bermonolog dalam benaknya, sudah semakin jelas pria itu bertingkah seolah dia sedang jatuh cinta pada istri kontraknya.
Fay tersenyum bahagia, dia mengeratkan pelukan dengan wajah sumringah. Keduanya benar-benar bertingkah seolah seperti pasangan normal lainnya yang terlihat bahagia dengan pernikahan mereka. Mereka juga terlihat benar-benar saling mencintai satu sama lain, pada kenyataannya— dalam perjanjian kontrak pernikahan mereka, dilarang melibatkan perasaan yang mungkin bisa merugikan salah satu pihak atau keduanya. Kali ini, keduanya seolah melanggar perjajian mereka. Apa mungkin selembar kontrak itu masih berlaku untuk hubungan mereka jika kenyataannya keduanya sudah saling jatuh cinta?
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments