Hari ini Pak Sun tidak lagi membangunkan Haina seperti hari pertama dan kedua gadis itu bertugas. Kali ini ia sudah terbiasa. Haina keluar dari kamarnya dengan tubuh yang segar dan wangi, ia sudah mandi dan rapi. Haina lekas naik menuju kamar Tuan Muda Harly.
Dalam hening gadis itu melakukan tugasnya dengan telaten. Tak lama ia keluar dari kamar mandi usai menyiapkan air hangat. Ia akan membangunkan tuan muda seperti pesan Pak Sun padanya malam kemarin.
"Anda tidur begitu nyenyak. Pukul berapakah anda kembali dari luar negeri?" tanya Haina dengan berbisik. Ia sudah berdiri di samping Tuan Muda Harly yang masih tidur. Haina berdeham pelan lalu membungkukkan tubuhnya mendekat.
"Tuan, saatnya bagun. Tuan, Anda harus segera bangun!" seru Haina. Tapi tuan muda itu tak juga bangun. Haina mencoba lagi, tapi sama tuan muda itu tak bergerak sedikitpun.
"Wah, Anda pasti lelah sekali kemarin" tebak Haina.
Haina mencoba lagi lebih intens dengan menggoyangkan bahu Tuan Muda Harly. Sesaat kemudian tubuh tuan mudanya bergerak. Haina segera kembali ke posisi. Tapi pergelangan tangannya dicekal. Gadis itu terhuyung ke depan menabrak tubuh yang masih berbaring itu.
Dalam remang cahaya lampu tidur, keduanya saling tatap sesaat. Kemudian Haina mencoba bangkit, tapi tangannya tak juga dilepas oleh tuan muda itu.
"Tuan, tolong lepaskan tangan saya" ujar Haina.
"Kenapa? Hanya tangan, kemarin kau malah meraba - raba dadaku" ujar Tuan Muda Harly tersenyum smirk lalu melemparkan tangan gadis itu kesamping. Tuan itu beranjak meningglakan Haina yang tercengang menuju kamar mandi.
"Siapa yang merabamu? Itu kan hanya reflek, dasar" gerutu Haina pelan.
*
Di ruang makan dua orang lelaki tampan sedang berdebat. Mereka telihat mirip satu sama lain, mereka beradik kakak. Dua asisten kepercayaan Tuan Muda Harly.
Ren yang lebih tua, di perusahaan dikenal sebagai kepala asisten wakil presdir, membawahi Jun dan dua sekretaris perempuan. Ren tampan, dewasa dan sangat bisa diandalkan.
Beda hal dengan Jun, ia adalah adik kandung Ren yang tujuh tahun lebih muda. Jun asisten kedua yang baru setahun ini bergabung. Jun sangatlah mirip dengan kakaknya Ren. Ia tampan, humoris dan lebih ramah.
"Jadi semua hal baru yang mendadak ini hasil kerja otakmu?" tanya Ren sengit. Beberapa hari ini mereka dan Tuan Muda Harly sangat sibuk apalagi ditambah dengan ide Jun yang harus dieksekusi secepatnya.
"Tentu saja, otakku yang pintar ini bekerja keras memikirkan ide ini. Tuan muda bahkan langsung menyetujuinya." sahut Jun dengan wajah bangga.
"Hah! Mengapa hanya itu yang terpikir oleh otakmu itu. Wajar saja jika hanya punya setengah" kata Ren meremehkan Jun.
Mereka sering kali berdebat dan berselisih. Ren selalu rasional dan logis, mirip dengan Tuan Muda Harly. Sedangkan Jun tidak tertebak dan sering mengejutkan orang dengan tindakannya.
"Kakak lihat saja nanti. Terkadang kita harus menggunakan ide yang gila untuk membuat pertunjukkan yang meriah. Para penonton akan tercengang dan bertepuk tangan dengan keras" terang Jun percaya diri.
"Kau yang gila!" sahut Ren ketus.
Perdebatan kedua bersaudara tampan itu tidak dilanjutkan karena Tuan Muda Harly sudah hadir disana. Haina mengekori dibelakangnya.
Ren memperhatikan dengan seksama dari ujung kepala hingga ujung kaki seorang gadis di belakang Tuan Muda Harly. Jun pun sama, sudah dua hari ini ia tidak melihat gadis itu, tokoh utama perempuan dalam skenario unggulannya.
"Apa yang kalian lihat!" seru Tuan Muda Harly yang baru duduk di kursinya.
"Tidak ada Tuan" sahut dua bersaudara itu kompak.
Ren dan Jun saling tatap dalam diam. Kemudian tiga lelaki tampan itu memulai sarapan dengan tenang. Menikmati hidangan lezat yang memanjakan lidah dan perut. Sedangkan Haina bersama para pelayan lain yang dapat giliran lebih dulu juga menikmati sarapannya.
"Wah! kuahnya sangat gurih dan aromanya benar - benar menggoda. Sepertinya bumbunya ditumis sampai tanak baru disiram air mendidih" komentar Haina dengan mata berbinar, menikmati hidangan berkuah dihadapannya.
"Sepertinya kamu pintar memasak, tim dapur sekarang kekurangan satu anggota. Seandainya kamu bisa pindah ke tim kami, itu akan sangat membantu" ujar Nansy seorang pelayan senior dari tim dapur.
"Sayangnya tidak bisa. Pak Sun bahkan membatasi tugas Haina sekarang" balas Vivi.
Haina hanya menyimak saja, percakapan itu berlanjut membahas rencana mereka di jadwal libur masing - masing. Jika jadwal liburnya tiba Haina ingin sekali pulang ke desa menemui kedua orang tuanya, ia rindu.
Tuan muda beserta kedua asistennya sudah bertolak ke kantor pusat Benjamin Corps. Pak Sun kembali ke dalam usai mengantar ketiga lelaki itu di depan.
"Silahkan berganti pakaian dan ikut dengan saya, Nona." ujar Pak Sun saat Haina akan bergerak ke dapur ingin membatu para pelayan disana.
"Kemana Pak Sun?" tanya Haina.
"Anda akan tahu nanti" sahut Pak Sun, lalu bergerak ke ruang tamu dengan ponsel yang berdering ditangannya.
Haina segera pergi ke kamarnya, berganti pakaian dengan cepat lalu memoles bibir merah mudanya dengan pelembab. Gadis itu tampak sangat manis dengan kemeja beraksen sweater dipadukan dengan celana jeans longgar. Rambutnya dibiarkan tergerai indah.
Haina dan Pak Sun naik ke mobil, Pak Sun duduk di depan bersama sopir sedangkan Haina di belakang. Mobil melaju menuju gerbang. Melihat itu Vivi dan beberapa orang pelayan lainnya bertanya - tanya.
"Kemana Haina dibawa?" kata Vivi.
"Pak Sun mengajak Haina berbelanja? bukankah biasanya Margareth atau Nansy yang diajak?" sahut pelayan lain.
"Wah, Haina benar - benar istimewa, Pak Sun bahkan membukakan dia pintu" ujar yang lainnya.
"Istimewa apanya sih! Gadis desa itu pasti menjilat Pak Sun atau Tuan Muda!" sahut Margareth yang tiba - tiba datang.
Semua pelayan itu membubarkan diri sambil mencibir Margareth yang nampak kesal.
"Hahaha! Dia pasti iri"
"Dulu dia selalu sombong dan sok hebat!"
"Sekarang cuma bisa gigit jari!"
*
Haina dan Pak Sun tiba disebuah butik. Seorang pegawai wanita berpakaian rapi menyambut keduanya di depan pintu. Memandu keduanya menuju sebuah ruangan besar dengan banyak baju bagus terpajang disana.
"Pak Sun, untuk apa kita kesini?" tanya Haina heran. Setaunya Tuan Muda Harly belum punya istri, jadi untuk siapa? pikirnya.
"Membeli baju!" jawab Pak Sun singkat.
Haina mendesah pelan, "Tentu saja Pak Sun. Maksudku untuk siapa?" sahut Haina dalam hati.
"Untuk Anda, Nona" sambung Pak Sun dengan senyum Hangat di wajahnya.
Haina tercengang bukan main. Masalahnya butik itu tampak mewah dan baju - baju itu pasti mahal. Dengan apa ia akan membayar. Ia bahkan belum gajian. Sudah gajian pun belum tentu uangnya bersisa, karena ia bertekad akan membayarkan sebagian besar uang gajinya untuk mencicil utang.
"Pak Sun, saya tidak punya uang. Apa Pak Sun tahu, saya bahkan punya utang yang sangat banyak pada Tuan Muda." terang Haina malu.
Melihat itu Pak Sun tersenyum lagi. Dalam hatinya ia berkata, "Rupanya Anda tidak tahu apa - apa, Nona. Saya tidak tahu apa rencana Tuan Muda akan berjalan mulus. Tapi saya mendoakan yang terbaik untuk Anda."
Seorang wanita datang dengan beberapa karyawan lainnya. Wanita yang pernah datanh mengukur badan Haina. Para karyawati itu mendorong banyak baju dengan stand beroda.
"Bagaimana Pak Sun, apakah Anda dan Nona akan memilih langsung?" tanya wanita itu.
Pak Sun menggeleng, "Tidak perlu. Dari sini sampai ke sana. Yang ini, ini dan itu. Kirimkan semua sesuai ukuran. Jangan lupa barang lain yang cocok menurutmu" ujar Pak Sun menunjuk kesana dan kesini. Semakin membuat Haina heran.
" Pak Sun! Apa yang akan terjadi kepada saya? Apa Tuan Muda Harly berubah pikiran? Jun bilang Tuan Muda adalah pria bermoral tinggi! Tidak mungkin..." Haina berhenti, dalam pikirannya sesuatu yang buruk akan segera menimpanya.
Pak Sun hanya tersenyum saja. Melihat Haina yang ketakutan dengan wajah pias. Entah apa yang Jun katakan pada gadis itu, yang pasti Haina tampak panik.
"Ya Tuhan, Ayah! Ibu! tolong selamatkan aku! Tidak mungkin, apakah dia akan menjualku pada pria hidung belang? makanya dia menyuruh Pak Sun membelikan baju baru?..."
Benak Haina dipenuhi pikiran buruk tentang nasibnya. Dia harus bertanya langsung pada Jun atau pada Tuan Muda Harly. Pak Sun tidak membantu, kepala pelayan itu tidak mau buka mulut sedikitpun
*
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Anita Anita
baik kali bosnya
2024-01-30
0
Sindi Anindi putri
ngambilnya dari member nct renjun hihi
2023-04-17
0