🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Di dalam rumah Aisyah lebih tepatnya di ruangan keluarga, Aisyah yang duduk sofa mengalihkan pandangannya ketika putri cantiknya bersenandung sembari menuruni setiap anak tangga yang menghubungkan antara lantai atas dan bawah.
Zhafira bahkan merebahkan tubuhnya di pangkuan sang ibu. Rambut hitam pekat yang panjangnya sudah hampir pinggang nya tergerai ketika Aisyah mengelus-elus puncak kepala sang putri.
" bunda "
" lagi memikirkan apa sih " ucap Zhafira dengan santun, yang masih menikmati belaian kasih sang ibu.
" lagi mikirin kamu " ucap Aisyah yang masih betah mengelus-elus puncak kepala sang putri
" ngapain juga dipikirkan "
" orang Zhaza baik-baik aja "
" sehat "
" sehat jasmani rohani "
" kantong juga sehat " ucap Zhafira, yang membuat Aisyah tidak bisa untuk tidak tertawa akan ucapan sang putri
" iya "
" iya "
" kalau semuanya sehat "
" artinya kamu lagi happy dong " ucap Aisyah
" iya dong "
" happy banget akuh tuh, bunda " ucap Zhafira menggerak-gerakkan tubuhnya, mendusel- dusel ke bagian perut sang ibu.
" Zhaza sayang nggak sama bunda " tanya Aisyah, membuat Zhafira menghentikan gerakan nya
" maksud bunda ? "
" kenapa bunda tanyakan itu pada Zhaza " ucap Zhafira mengernyitkan dahinya, kemudian menatap lekat wajah sang ibu
" iya "
" nggak ada maksud apa-apa "
" kamu jawab aja "
" apa sih susah nya, tinggal jawab aja pertanyaan bunda " ucap Aisyah yang mengalihkan pandangannya ke arah televisi untuk menghindari tatapan Zhafira
" iya "
" aneh aja , pertanyaan bunda itu "
" kenapa pakai nanya seperti itu "
" yang jawabannya sudah pasti " ucap Zhafira yang kembali memutar tubuhnya ke arah perut sang ibu.
" akuh tuh, sayang banget, banget - banget "
" akuh tuh, cinta banget, banget - banget "
" sayang aku, cinta aku, hidup aku hanya untuk bunda "
" dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun, kecuali Zhizi yah "
" nanti dia baper, nangis-nangis gitu "
" kalau tidak masuk list di hati Zhaza " ucap Zhafira yang kembali mendapatkan suara tawa sang ibu.
" so sweet banget anak gadis bunda ini "
" jadi makin cinta deh bunda sama kamu " ucap Aisyah sambil memberikan kecupan di puncak kepala Zhafira
" Zhaza gitu loh "
" anaknya Aisyah Amora Lesham " ucap Zhafira dengan jumawa.
" iya "
" iya " ucap Aisyah sembari mengangguk-anggukkan kepalanya
" kalau kamu memang sayang sama bunda "
Kalau kamu memang cinta sama bunda "
" mau dong , memenuhi permintaan bunda " ucap Aisyah
" iya, apapun itu akan Zhaza penuhi selagi mampu Zhaza penuhi "
" mendaki gunung, lewati lembah, "
" sungai mengalir indah "
" loh , loh, kok jadi nyanyi Zhaza nya " ucap Zhafira sembari tertawa karena ucapan ya sendiri, yang kini menular ke Aisyah.
" bunda tidak akan meminta Zhaza untuk mendaki gunung "
" bunda pula tidak akan meminta Zhaza untuk melewati lembah"
" bukan hal-hal yang sulit untuk Zhaza "
" tapi " ucap Aisyah yang mulai menelisik raut wajah Zhafira yang menatap wajahnya
" tapi " ucap Zhafira, mengulangi ucapan Aisyah, agar Aisyah meneruskan ucapannya
" tapi "
" bunda meminta Zhaza untuk menikah " ucap Aisyah dengan hati - hati.
Permintaan Aisyah membuat Zhafira terkejut, untuk pertama kalinya Zhafira mendengarkan permintaan Aisyah yang seperti ini. Seketika Zhafira merasa seperti bongkahan batu menghantam dirinya, seakan-akan tubuhnya ditarik ke dalam dasar jurang paling dalam, Zhafira sangat terkejut.
Zhafira tidak pernah menyangka , jika sang ibu akan meminta dirinya untuk menikah. Satu kata yang sangat dia tidak suka, sangat dia hindari, dan apa ini
Sang ibu meminta hal yang paling tidak pernah akan bisa dia penuhi.
hello, apakah hari ini tanggal satu April yang biasa diperingati April mop, atau yang biasa dikenal sebagai April Fools' Day.
Zhafira menelisik kedalam manik mata sang ibu, yang ternyata sang ibunda nya serius akan permintaannya, dan hal itu membuat Zhafira tiba-tiba merasa sesak, tanpa sadar Zhafira meluruhkan tubuhnya ke lantai,tanpa melepaskan tatapan mata dari manik mata sang ibu.
Aisyah merasakan ada luka yang tersirat dari manik mata sang anak ketika dia mengajukan permintaan itu, membuat Aisyah merasa pilu, masih sebegitu dalam kah luka itu yang masih tersimpan di relung hati sang anak.
" maaf "
" maafkan Zhaza, bunda " ucap Zhafira yang sudah bersimpuh di hadapan sang ibu
" tolong ampunilah Zhaza, bunda "
" ampuni Zhaza, bunda " ucap Zhafira yang sudah mencium kedua telapak kaki sang ibu , yang masih tetap di posisi bersimpuh di bawah kaki Aisyah.
Aisyah yang tidak menyangka jika seperti ini reaksi sang putri, membuat dirinya merasa bersalah karena meminta hal yang tidak pernah bisa anaknya penuhi. Namun menikah adalah sunnah rosul bagi kaumnya, dan Aisyah meminta itu agar Zhafira memiliki keluarga nya sendiri.
Bila batas usia nya datang, Aisyah merasa tenang, setelah melihat anak-anaknya sudah ada orang yang bisa membuat mereka bahagia, khususnya Zhafira. Bagaimana pun anak perempuannya selalu menjadi prioritas utama Aisyah dan Adhitama dalam masalah jodoh. Terlepas dari permasalahan pribadi mereka baik Aisyah maupun Adhitama berharap pasangan Zhafira mampu membahagiakan Zhafira lahir dan batin, memberikan rasa nyaman, aman, dan cinta yang tulus seperti cinta mereka berdua pada sang anak.
Memberikan gambaran bahwa ada rumah tangga yang baik, yang harmonis seperti kisah rumah tangga nya Rasulullah dan para sahabat Rasulullah, karena mereka berdua baik Aisyah maupun Adhitama tidak mampu memberikan gambaran rumah tangga yang sakinah mawadah warohmah, bahkan mereka memberikan luka dari kegagalan mereka dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
" semua "
" semua akan Zhaza lakukan untuk bunda, bund "
" kecuali itu"
" tolong jangan meminta Zhaza untuk itu "
" Zhaza tidak sanggup " ucap Zhafira dengan tergugu yang masih bersimpuh di bawah kaki sang ibu.
" maafkan bunda, nak "
" kamu seperti ini karena kesalahan bunda " ucap Aisyah yang ikut meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, mendekap erat tubuh Zhafira. Mendengarkan ucapan sang ibu membuat Zhafira menggelengkan kepalanya
" tidak "
" tidak "
" bukan seperti itu "
" bunda tidak salah "
" tidak pernah salah pada Zhaza, tidak sama sekali "
" Zhaza yang salah, Zhaza mohon ampun , bunda " ucap Zhafira yang masih tergugu di dalam dekapan sang ibu.
Zhidan yang baru saja menuruni setiap anak tangga , sedikit terkejut ketika mendengarkan suara tangis yang sepertinya berasal dari ruangan keluarga. Zhidan segera bergegas menuju ruangan keluarga, dan seperti yang dia pikirkan , kedua perempuan yang sangat dia cintai saling berpelukan dengan menangis.
Zhidan yang tidak tahu konflik apa yang menyebabkan kedua perempuan yang dia cintai ini menangis begitu pilu. Zhidan terus melangkahkan kakinya , mendekati Zhafira dan Aisyah. Zhidan mendekap keduanya dengan kasih
" sudah dong, kakak "
" bunda "
" apa yang membuat kalian seperti ini "
" Zhizi jadi ikutan sedih loh " ucap Zhidan dengan halus
Aisyah menghentikan tangisannya menatap ke arah depan nya dimana air mata Zhafira masih mengalir, bahkan suara cegukan jelas terdengar di sela tangisannya.
" Zha "
" maafkan bunda "
" mungkin terdengar egois jika bunda masih meminta hal itu pada kamu "
" namun itu saja permintaan yang bunda inginkan, tidak ada permintaan lain setelah ini "
" semua demi kamu, untuk kamu "
" bunda meminta kamu untuk memikirkan lagi permintaan bunda "
" maafkan bunda, nak " ucap Aisyah yang masik kekeh mempertahankan permintaannya, karena jika dia tidak bertahan dengan keinginannya, maka bisa jadi Zhafira akan terus hidup melajang sampai Aisyah tiada pun akan tetap pada pendiriannya yaitu hidup tanpa menikah.
Memaksa Zhafira menikah, adalah satu-satunya usaha yang bisa Aisyah lakukan, meskipun terdengar egois, namun jika tidak sekarang kapan lagi. Apalagi umur Zhafira bertambah tahun pasti bertambah pula, tidak mungkin berkurang, dan Aisyah tidak ingin Zhafira sampai tidak menikah.
" bunda " ucap Zhafira dengan bibir yang gemetar
" kamu dan Zhizi belum makan malam kan
"
" bergegaslah untuk makan, nanti terlalu malam "
" bunda ingin segera istirahat "
" bunda juga sudah makan salad sebelum kamu pulang "
" jangan khawatirkan bunda " ucap Aisyah mengelus puncak kepala Zhafira, kemudian mengecupnya sembari berdiri, untuk segera masuk ke dalam kamar nya yang berada di lantai bawah.
" bunda " ucap Zhafira dengan suara gemetar, sembari melihat pergerakan sang ibu yang berjalan menjauh meninggalkan Zhafira dan Zhidan yang masih setia di ruangan keluarga.
" Zhi " ucap Aisyah menatap sang putra, dan Zhidan segera memberikan anggukkan kepala saja, meskipun Aisyah tidak menjelaskan maksud dari panggilan nya, namun Zhidan mengerti apa yang diinginkan oleh sang ibu.
Zhidan merengkuh tubuh mungil sang kakak, membuat Zhafira tenggelam di dalam dekapan tubuh atletis Zhidan
" Zhi " ucap Zhafira yang tanpa sadar masih tersisa suara khas sehabis menangis
" sudah "
" jangan terlalu dipikirkan "
" lagipula bunda tidak meminta kakak segera menikah "
" tidak saat ini juga kan " ucap Zhidan yang mendapatkan anggukkan kepala dari Zhafira
" nah, ya sudah "
" nanti saja kakak jawabnya "
" nanti saja mikir nya "
" sekarang tuh, makan malam dulu yuk "
" Zhizi sudah lapar " ucap Zhidan merayu sang kakak yang sudah hilang mood nya
" kakak sudah tidak lapar "
" kamu aja yang makan "
" kakak capek, kakak mau istirahat aja " ucap Zhafira menolak ajakan dari sang adik kesayangannya.
" Kakak sudah tidak lapar " ucap Zhidan mengulang kembali kalimat Zhafira
" artinya sebelum itu, tadi sudah lapar "
" ayo " ucap Zhidan yang langsung merengkuh tubuh mungil Zhafira ke dalam dekapannya, mencoba berdiri dengan tidak membiarkan Zhafira terlepas, sedangkan Zhafira mengalungkan kedua tangannya di leher Zhidan. Zhidan mengendong tubuh sang kakak dengan ala bridal style
" sudah berasa jadi cowok banget akuh nya, kak "
" mirip seperti drama - drama romantis oppa - oppa Korea belum " ucap Zhidan dengan jumawa sembari menaik-turunkan alisnya
" ck "
" appa Korea " ucap Zhafira yang sudah mengikuti alur candaan sang adik
" appa Gangnam style "
" hug, hug, hug "
" appa Gangnam style " ucap Zhidan sembari menggoyangkan tubuhnya dengan style khas goyang musik itu, Zhafira yang mendengarkan dan merasakan gerakan dance sang adik tidak bisa menahan tawanya, sehingga tawa renyah terdengar di sepanjang jalan menuju dapur, dimana Zhidan masih melanjutkan dance nya yang sudah salah gerakan.
Makan malam yang tertunda itu, akhirnya terjadi juga meskipun nafsu makan Zhafira auto sudah kurang, Zhidan terus nge-push agar Zhafira menghabiskan setidaknya makanan yang ada di dalam piring Zhafira. Yang sudah diisi oleh Zhidan, karena Zhafira hanya mengisinya dengan sedikit salad saja.
Setelah makan malam, Zhidan mengajak Zhafira untuk mengobrol sebentar dengan tema random, dan Zhafira yang menceritakan kegiatan harian nya hari ini dengan melewatkan momen tidak indahnya, dan bukan karena terlupakan, karena memang sudah terlupakan dengan menekan memori itu untuk hilang begitu saja.
Waktu terus berlalu, hari kian larut membuat Zhafira yang sudah mengisi harinya dengan segudang aktivitas yang melelahkan, membuat Zhafira tidak bisa menahan rasa kantuknya. Melihat itu, Zhidan meminta Zhafira untuk segera naik ke punggungnya.
Seperti biasanya, Zhafira langsung saja naik keatas punggung sang adik , Zhafira meletakkan kepalanya di ceruk leher sang adik, yang membuat hembusan nafas Zhafira terasa di leher Zhidan, namun hal itu tidak lantas membuat Zhidan hilang konsentrasi. Zhidan tetap melanjutkan langkah kakinya menaiki setiap undakan anak tangga menuju ke lantai atas, dimana kamar Zhafira berada. Setelah sampai di kamar Zhafira, Zhidan segera merebahkan tubuh sang kakak di atas kasur empuk milik Zhafira, memberikan Zhafira guling untuk dipeluk Zhafira, kemudian Zhidan memberikan kecupan di puncak kepala Zhafira setelah sempat mengelus-elus puncak kepala Zhafira
Memandangi sebentar wajah sang kakak, Zhidan segera bangkit dari bibir kasur, mematikan saklar lampu kamar Zhafira, membuat stiker - stiker glow in the dark yang tertempel di dinding - dinding bagian atas kamar Zhafira menyala indah dengan dekorasi bentuk-bentuk planet, bintang, awan, dan terlihat sekali tema antariksa ketika kamar Zhafira dalam keadaan gelap gulita.
Setelah keluar dari kamar Zhafira, Zhidan melanjutkan tugasnya memeriksa semua kondisi rumah, dari lantai atas hingga lantai bawah, bahkan Zhidan masuk ke dalam kamar sang ibu untuk melihat keadaan sang ibu setelah terlibat perselisihan pendapat dengan sang kakak.
Zhidan merengkuh tubuh sang ibunya yang sama ringkih dengan sang kakak, mengusap lembut punggung sang ibu, memberikan kecupan di dahi dan puncak kepala sang ibu.
" Zhi " ucap Aisyah dengan suara parau khas terbangun dari tidur
" tidur lah kembali, bunda "
" love u ,Mom "
" love you very much " ucap Zhidan yang kembali memberikan kecupan di wajah cantik Aisyah yang tidak di pupus usia
" me too " ucap Aisyah yang kembali memejamkan kedua matanya. Zhidan melanjutkan tugasnya, untuk memastikan kembali kondisi rumah dalam keadaan aman sebelum dia ikut terlelap.
Di sepertiga malam,
Zhafira yang sudah terbiasa melaksanakan ibadah sunnah , Zhafira selalu berusaha menyempatkan diri untuk membaca kitab suci Al-Qur'an setelah menyelesaikan ibadah sunnah.
Setelah selesai menunaikan sholat nya, Zhafira membuka handphone untuk stalking pesan- pesan yang belum terbaca sejak semalam, namun entah kenapa malam ini secara tiba-tiba Zhafira merindukan sang ayah yang sangat dia cintai, tanpa terasa air mata Zhafira terjatuh dengan sendirinya di pelupuk mata
" ayah " ucap Zhafira dengan bibir bergetar.
Jujur saja saat ini, dia sangat merindukan sosok ayahnya, yang telah lama tidak menemui mereka selama bertahun-tahun setelah insiden itu,
#flashback ,
Siang hari itu, setelah Zhafira dan Zhidan pulang dari sekolah, mereka berdua melihat semua barang-barang mereka berada di teras mansion yang mereka huni sejak Zhafira masih bayi.
Hal itu tentu saja membuat Zhafira begitu panik, mana sang abang tidak ada di kota ini bersama mereka karena ada kegiatan di kampus nya,
Zhafira yang tidak terima akan perlakuan pria-pria bertubuh kekar yang berbuat anarkis mengobrak-abrik isi mansion tempat tinggalnya, membuat Zhafira naik pitam, tanpa aba-aba Zhafira segera melakukan perlawanan, namun perempuan itu dengan licik menyandera ibu dan adiknya, membuat Zhafira menghentikan aksinya , walaupun akhirnya Zhafira harus rela melihat perempuan itu dan para bodyguard nya menghina mereka karena sang ibu meminta-minta agar mereka melepaskan kedua anaknya, tidak menyakiti anak-anaknya.
Perempuan itu dengan angkuhnya memberikan pernyataan bahwa mansion ini adalah miliknya, karena Adhitama telah menjadikan mansion ini sebagai hadiah dari pernikahan mereka yang baru saja berlangsung tidak lama setelah Adhitama memutuskan untuk mengakhiri pernikahan dengan Aisyah.
Perempuan itu pun dengan bangganya berhasil mengusir Aisyah beserta anak-anaknya seperti pengemis, sedangkan Aisyah segera meninggalkan mansion yang selama ini mereka tempati tanpa membawa satu pun barang mereka, kecuali beberapa barang penting dan berkas-berkas penting yang dimiliki Aisyah beserta anak-anaknya.
Tanpa Aisyah tahu jika itu hanyalah kebohongan perempuan itu saja. Pada kenyataannya Adhitama tidak mengetahui jika perempuan itu sampai bertindak seperti itu ketika dia tidak berada di negara tempat isteri dan anak-anaknya tinggal.
Adhitama mengetahui kejadian itu setelah kepulangannya ke tanah air sang isteri. Betapa terkejutnya dia, ketika perempuan itu berada di mansion nya, Adhitama begitu histeris ketika tidak mendapati isteri dan anak-anaknya. Bahkan tubuh Adhitama luruh di atas lantai ketika membaca lembaran surat gugatan cerai yang sudah ditandatangani oleh Aisyah, dengan tangan yang gemetaran, Adhitama meremas lembaran surat gugatan cerai itu hingga tidak berbentuk. Wajah nya merah padam hingga dia melakukan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh perempuan itu.
Namun Adhitama hanya bisa menelan penyesalan, ketika keluarga Lesham mengetahui kebusukan dalam rumah tangga Aisyah, sehingga bukan hanya surat gugatan cerai saja yang di dapatkan oleh Adhitama , satu bulan setelah kejadian itu surat akta cerai sudah di terima Adhitama tanpa memberikan Adhitama kesempatan untuk menjelaskan, karena Aisyah memberikan bukti-bukti kepada Azzam , mengenai keburukan Adhitama sehingga putusan cerai dapat dengan mudah diselesaikan tanpa melalui mediasi.
Sejak saat itulah Adhitama tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Aisyah dan anak-anaknya, bahkan setelah kurang lebih tiga tahun perceraian mereka. Namun ketika Adhitama tidak sengaja dipertemukan oleh takdir di dalam sebuah pertemuan bisnis, Aisyah masih enggan untuk bertegur sapa walaupun hanya sekedar basa-basi saja.
Hubungan itu kian memburuk ketika kematian Zhayn, putra sulung Aisyah dan Adhitama yang dilakukan secara sengaja karena dendam dari perempuannya Adhitama. Yang sudah tentu menjadi luka terdalam bagi Aisyah, dan juga bagi Zhafira yang harus menyaksikan kematian sang abang tepat di hadapannya.
Meskipun Zhafira merindukan sang ayah, rasa itu terselimuti luka mendalam hingga detik ini dan tidak tahu kapan rasa sakit itu akan menghilang.
*
*
*
*
*
*
*
🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments