🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
Setelah para perawat jaga baik shift sebelum dan sesudah masa dinasnya selesai melakukan handover dan visitasi awal yang menjadi kewajiban para perawat untuk ke setiap ruangan yang di huni pasien dan keluarga pasien, Zhafira dan rekan kerja Zhafira yang bekerja di shift siang hari ini mulai fokus pada uraian tugas masing-masing.
Mereka mulai membuka, membaca, dan mempelajari isi dari buku rekam medis, atau buku catatan riwayat pasien. Baik itu mengenai riwayat sakit sebelum nya, diagnosa dokter tentang penyakit yang saat ini di derita oleh pasien, sehingga pasien sampai harus di rawat inap, yang artinya membutuhkan perhatian yang intens dari dokter, dan paramedis.
Selain itu, buku catatan rekam medis juga berisi catatan penting dokter dan perawat mengenai riwayat alergi atau tidak nya pasien, tekanan darah, suhu, riwayat pemakaian obat selama dalam perawatan, dan hasil-hasil pemeriksaan medis lainnya, baik hasil pemeriksaan laboratorium, usg, ekg, eeg , dan lain sebagainya, sebagai penunjang dokter menegakkan diagnosis terhadap penyakit yang di derita oleh pasien.
Hasil pemeriksaan penunjang merupakan salah satu hal penting untuk seorang dokter dapat menuliskan terapi obat yang akan diberikan kepada pasien, demi memberikan terapi yang tepat bagi pasien, yang tentu saja berharap kesembuhan bagi pasien.
Zhafira dan beberapa rekan kerja Zhafira yang bekerja di shift kerja yang sama, saat ini mereka sedang fokus mengisi assessment keperawatan yang menjadi catatan kinerja perawat, sehingga mereka harus mengerjakan nya dengan serius, karena hal ini akan menjadi bukti bila terjadi sesuatu. Oleh karena itu, tidak sembarangan untuk merangkai kata di kertas yang terlihat biasa saja. Setiap lembaran kertas harus diisi dengan baik dan lengkap, bahkan di dalam kertas tersebut harus di isi nama perawat, tanda tangan, dan juga nomor surat izin kerja yang biasanya sudah dibuat dalam cap, sehingga cukup di tekan cap nya , maka nama perawat beserta nomor surat izin kerja akan terlihat di sana, dan perawat cukup membubuhinya dengan tandatangan saja.
Setelah selesai dengan berkas-berkas yang harus diisi mereka, Zhafira mengajak satu rekan kerja nya untuk kembali melakukan visitasi ke ruangan pasien yang menjadi salah satu tugas mereka. Zhafira melangkahkan kakinya bersama Anisa yang juga menjadi rekan satu shift dengan nya saat ini.
Mereka mengetuk pintu ruangan rawat inap pasien sebelum mereka berdua mulai masuk ke dalam area ruangan rawat inap pasien,
"hai, suster cantik, " ucap dan sapa seorang anak gadis tersenyum manis dengan memperlihatkan deretan gigi yang sudah lumayan banyak ronggah atau hilang, khas anak-anak yang suka mengkonsumsi makanan manis dan terkadang lupa membersihkan giginya.
Gadis kecil itu melambaikan tangannya kearah Zhafira , seakan-akan sejak tadi dia menanti kedatangan para perawat untuk datang berkunjung ke ruangannya. Zhafira yang melihat gadis kecil itu yang penuh semangat menyambut kedatangan mereka, membuat Zhafira segera bergegas menghampiri gadis kecil itu dengan memberikannya senyuman manis di wajah cantiknya, begitu juga dengan Anisa yang mulai berjalan mendekati area sekitar pasien.
" hai juga "
" apa kabar kamu hari ini, cantik "
ucap Zhafira dengan lembut, sambil memegang dagu gadis kecil itu ,dan sedikit menggoyangkannya, bertingkah gemas melihat wajah imut pasien.
"aku sudah lebih baik, suster
" sudah sangat sehat sekali "
" suster " ucap gadis kecil itu dengan suara khas anak-anak, bahkan gadis kecil itu mengepalkan tangannya yang terbebas botol infus dengan penuh semangat, melihat antusiasme sang gadis kecil yang menolak lama istirahat di rumah sakit membuat Zhafira membalas dengan senyuman, dan memberikan satu cup muffin pada gadis kecil itu
" wah "
" terimakasih, suster " ucap gadis itu penuh rasa haru
" sama-sama, cantik " ucap Zhafira sembari mengelus-elus puncak kepala sang gadis kecil.
" masih suka kedinginan, tidak " tanya Anisa dengan ramah, dan dengan lugunya gadis kecil itu menggelengkan kepalanya
" suhu tubuhnya membaik, ibu "
" tekanan darah juga semakin membaik "
" ritme jantung, nadi juga sudah membaik " ucap Anisa, setelah memeriksa kondisi gadis kecil itu, sedangkan Zhafira mencatat hasil yang sudah di periksa oleh Anisa ke dalam notebook kecilnya yang selalu ada di saku baju kerja nya.
" kalau begitu sudah boleh pulang, suster " tanya sang ibu
" untuk itu nanti silahkan ibu tanyakan langsung dengan dokter Anton, SpA . dimana dokter Anton, SpA sudah menjadi dokter penanggung jawab anak ibu "
" pada saat beliau visitasi besok pagi, ibu " ucap Anisa dengan ramah
" Oh iya "
" terimakasih, suster " ucap sang ibu pasien
" sama-sama, ibu " ucap Anisa yang masih bersikap ramah
" yah, susternya sudah mau pergi " ucap gadis itu dengan kecewa, tergambar dari raut wajahnya yang cemberut
" jangan cemberut dong "
" nanti cantik nya hilang "
" nanti suster inshaallah akan datang memeriksa kondisi kamu lagi "
" karena suster juga masih mau memeriksa orang yang juga menginap disini "
" oke " ucap Zhafira yang sama ramah dengan teman satu profesinya tadi.
Setelah berhasil membujuk pasien gadis kecil ini, Zhafira dan Anisa segera undur diri, meninggalkan ruangan rawat inap yang ini menuju ruangan rawat inap lainnya.
Annisa dan Zhafira termasuk perawat yang paling disukai anak-anak, oleh karena itu mereka masih dipertahankan untuk tetap berada di bangsal VVIP anak, karena selain mereka di sukai oleh anak-anak, mereka cukup ramah dengan keluarga pasien. Terkadang mereka juga menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui oleh keluarga pasien. Jika itu masih sesuai dengan ilmu mereka, maka mereka akan menjelaskan hal itu, namun bila itu bukan di ranah ilmu mereka, maka mereka pasti menolak memberikan informasi dengan kalimat yang sopan dan santun agar keluarga pasien tidak merasa tersinggung atau kecewa kepada mereka.
Kali ini mereka berdua berjalan menuju ruangan yang berada di paling ujung, dengan fasilitas lebih baik dari VVIP lainnya, bahkan memiliki value yang terbaik. Anisa yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam ruangan segera menyapa pasien dan keluarga pasien, Akan tetapi tidak ada respon dari keduanya, membuat Anisa menatap ke arah Zhafira, sedangkan Zhafira hanya menghardikan kedua bahunya, pertanda jika dia tidak tahu harus bersikap apa, karena tidak ada respon.
Zhafira hanya membaca riwayat penyakit pasien melalui buku catatan rekam medis pasien saja, bahkan Zhafira baru kali ini bertemu dengan pasien. Karena beberapa hari lalu Zhafira baru saja menyelesaikan cuti yang dia ajukan, yang sudah dapat dipastikan pasti di ACC oleh direktur utama rumah sakit, tanpa perlu Zhafira mengemukakan alasan dia mengajukan permohonan cuti.
" halo "
" adik "
" perkenalkan, saya suster Zhafira dan ini suster Anisa "
" kamu siapa namanya, tampan " ucap Zhafira mengawali percakapan dengan memperkenalkan dirinya sendiri terlebih dahulu kepada pasien, selanjutnya baru menanyakan hal-hal yang menyenangkan bagi pasien sebelum kebagian inti yang ingin Zhafira dapatkan
" Ken " ucap Kendrick singkat
" Ok "
" sekarang, boleh suster tanya nih "
" mohon dijawab yah " ucap Zhafira
" boleh kakak minta waktu nya sebentar " ucap Zhafira dengan ramah. Dan entah kenapa Kendrick memberikan umpan balik yang sangat baik saat dia berkomunikasi dengan Zhafira tidak seperti ketika mereka beramah tamah dengan Kendrick. Annisa menahan rasa penasarannya, mungkin nanti akan dia tanyakan dengan Zhafira ketika mereka sampai di nurse station.
Jika Zhafira sibuk berkomunikasi dengan pasien, maka Annisa mengambil tugasnya untuk memeriksa vital sign dan lain sebagainya, seperti yang dia lakukan terhadap pasien-pasien sebelumnya .
Annisa mencoba membangun komunikasi dengan keluarga pasien, akan tetapi pria itu sibuk menatap wajah cantik Zhafira, mendengarkan percakapan yang terjalin antara Zhafira dan adiknya. Pria itu cukup terkejut dengan tingkah sang adik, yang menjadi banyak bicara ketika Zhafira berbicara dengan adiknya.
Sedangkan Annisa sedikit cengo ketika dirinya di kacang'in oleh pria tampan ini
" Baiklah tuan "
" baik anda maupun pasien "
" bila ada keluhan "
" silahkan anda konfirmasi dengan kami yang saat ini sedang bertugas "
" permisi, tuan " ucap Anisa mengakhiri kunjungan nya di ruangan rawat inap ini dengan perasaan dongkol namun mempertahankan sikap ramah, karena itu sudah menjadi salah satu penilaian.
Zhafira dan Anisa segera keluar dari kamar rawat inap pasien terakhir yang harus mereka kunjungi. Melihat wajah kesal Annisa membuat Zhafira menanyakan kenapa dia terlihat sangat kesal. Dengan menggebu-gebu Annisa menjelaskan bagaimana dirinya di kacang'in oleh keluarga pasien yang terakhir kalai mereka kunjungi.
Mendengarkan cerita dari sang rekan kerja , Zhafira berusaha menahan diri agar suara tawa nya tidak terdengar renyah
" tertawa saja, Fira "
" jangan di tahan-tahan, nanti keluar jadi kentut tuh suaranya "
" yah, anggap saja itu resiko kerja lah " ucap Annisa yang sudah mulai melunak ketika rasa kesalnya sudah terlampiaskan
Karena Zhafira berjalan tidak fokus ke depan membuat Zhafira menabrak orang di depan nya, sehingga membuat mereka berdua terjatuh. Annisa binggung mau menolong siapa terlebih dahulu, yang satu rekan satu profesi, dan yang satunya lagi keluarga pasien.
Satu orang pria dengan setelan formal, sedikit membentak Zhafira ketika melihat sang nyonya terjatuh. Zhafira bukan merasa takut akan suara pria itu, Zhafira malah fokus membantu wanita itu untuk berdiri padahal dirinya sendiri bisa saja terluka juga.
" ibu tidak apa-apa " ucap Zhafira yang langsung memindai tubuh wanita yang sudah berdiri dengan sempurna di depannya, sesekali Zhafira memberikan sentuhan di beberapa bagian tubuh meminta wanita itu memberikan respon kepada Zhafira jika dia merasakan sakit.
Tanpa Zhafira sadari jika wanita itu sejak tadi sibuk menilai Zhafira dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari ujung kaki hingga ujung kepala, bahkan wanita itu tidak fokus menjawab pertanyaan yang Zhafira ajukan kepada dirinya, Seutas senyuman terbit di wajah cantiknya yang menolak tua.
Dari kejadian itu, wanita itu rela jika dirinya harus merasakan sakit ketika terjatuh yang sakit nya tidak terlalu terasa, hanya sedikit malu saja, sebab akibat terjatuh, sepatu yang dia gunakan sedikit rusak, membuat dirinya tidak nyaman pada waktu berjalan dengan sepatu itu lagi.
Namun satu buah kartu nama dari gadis yang menabraknya membuat wanita itu terus tersenyum di sepanjang jalan menuju ke arah ruangan anaknya yang sedang dalam perawatan medis rumah sakit.
setelah kejadian Zhafira terjatuh, Annisa memberi tahu adegan kronologi itu kepada rekan-rekan satu shift mereka suang hari ini. Tentu saja hal itu membuat rekan-rekan Zhafira menertawakan Zhafira yang sulit sekali move on dari sikap ceroboh nya.
Namun Zhafira tidak habis akal, dia mulai mencari bahan peralihan perhatian, agar para rekan-rekan satu shift Zhafira berhenti membully dirinya, hingga Zhafira melihat beberapa bungkus parsel di atas meja nurse station.
Dengan membujuk para rekan-rekan satu shift dengan Zhafira, dia menawarkan diri untuk membagikan beberapa paket parsel kepada rekan lain yang berada di bangsal sebelum bangsal mereka jaga saat ini, satu lantai di bawah lantai mereka.
Setelah Zhafira menyelesaikan acara pembagian beberapa parsel yang diberikan oleh keluarga pasien. Zhafira membuka ponselnya karena ada notifikasi pesan masuk, dan Zhafira segera memeriksa pesan itu, yang takut nya pesan penting yang harus segera dia balas.
Zhafira yang sedang konsentrasi membalas pesan-pesan di ponselnya, dan membaca beberapa berkas yang dikirimkan oleh Anggie melalui email, sehingga membuat Zhafira lupa melihat situasi dan kondisi. Bahkan meskipun Zhafira berada di dalam lift sekali pun Zhafira tetap fokus pada handphone.
Karena tepat seperti pikirannya, jika Anggie mengirimkan pesan melalui email mengenai berkas-berkas yang harus dia pelajari besok hari, dan beberapa laporan- laporan penting yang harus dia periksa dan tanda tangani segera.
Tanpa terasa , lift yang saat ini ditumpangi Zhafira telah berbunyi
Tring......****Ting****.....
pintu lift pun segera terbuka.
Zhafira hanya memindai kondisi di hadapannya sebentar, begitu aman tidak ada orang Zhafira kembali fokus pada ponselnya, Tanpa Zhafira sadari, begitu pula dengan pria itu sadari jika beberapa detik lagi mereka akan mengalami tabrakan yang sudah pasti tidak bisa dihindarkan lagi, karena mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.
Zhafira sudah tentu tidak menyangka jika dirinya akan mengalami hal seperti ini lagi setelah beberapa waktu lalu juga merasakan dinginnya lantai rumah sakit. Tubuh mungil Zhafira terpental ketika bertabrakan dengan tubuh atletis sang pria. Saat melihat Zhafira yang akan terjatuh ke lantai dengan Zhafira yang pasrah jika dia harus kembali terjatuh secara refleks pria itu menarik tubuh Zhafira dengan tempo cepat, dan tidak mengukur kecepatan tarikan sehingga membuat Zhafira membentur dada bidang pria tersebut, terlihat seperti sedang berpelukan.
Zhafira menyangka jika dirinya akan terjatuh tanpa sadar menutup kedua bola matanya dengan erat, namun ketika ada gerakan seakan-akan tubuhnya melayang karena tarikan, sampai tubuh mereka sangat dekat, bahkan Zhafira mencium aroma parfum yang di gunakan pria itu. Bahkan beberapa detik Zhafira dapat mendengarkan detak jantung pria itu berpacu dengan cepat,
Zhafira segera ingin melepaskan dekapan sang pria namun naas nya , mengapa sang pria tampan tanpa sengaja menginjak ballpoint Zhafira yang terjatuh dari kantong saku nya, sehingga membuat mereka berdua terjatuh ke lantai dengan posisi Zhafira berada di atas tubuh pria itu, bahkan kedua nya terkejut saat merasakan kecupan di bibir mereka.
Karena mereka berdua masih shock dengan kejadian yang terjadi begitu cepat, membuat mereka berdua sempat terdiam sebentar, sampai di saat manik mata mereka bertemu,
1...
2...
3....
6...detik kemudian mereka berdua baru tersadar akan itu.
" maaf " ucap Zhafira setelah dia mengucapkan astaghfirullah mengingat jika dirinya telah melakukan dosa, bahkan menundukkan pandangannya, menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Zhafira yang selalu menjaga pandangannya, menjaga dirinya, harus mengalami hal ini, tentu saja dia merasa sangat berdosa, berkali-kali kalimat istighfar dia lantunkan sembari menahan tangisannya.
Walaupun Zhafira menundukkan pandangannya, bahkan wajah nya, pria itu melihat ada kesedihan yang digambarkan dari ekspresi wajah Zhafira, membuat pria itu menyunggingkan senyuman. Karena biasanya wanita merasa bangga dan bahagia mendapatkan sentuhan dari dia, Akan tetapi wanita ini,
" tunggu "
" air mata ? "
" dia menangis "
" **** ! " ucap pria itu sedikit emosi, sehingga membuat dia merasa perlu membuktikan bahwa wanita ini hanya pura-pura saja atau seperti itu adanya
Pria itu menyodorkan sapu tangan di hadapan Zhafira, namun Zhafira hanya menggelengkan kepalanya saja
" berikan kartu nama tuan "
" saya akan bertanggung jawab " ucap Zhafira dengan suara yang sangat pelan.
Pria itu berlalu pergi meninggalkan Zhafira yang masih di posisi sebelumnya setelah memberikan sebuah kartu nama
" Kenzie Harith Abrisham " ucap Zhafira membaca nama di kartu nama itu.
*
*
*
*
*
*
*
🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments