"Bibiku memaksaku menikahi tuan Barron. Aku kabur dari rumah karena aku tidak mau menikah dengannya."
Mata Nesya membelalak. "Apa bibimu sudah tidak waras? Kenapa dia ingin memaksamu menikah dengan tuan Barron?"
Nesya tentu saja kenal dengan tuan Barron. Dia salah satu orang kaya yang ada di Indonesia hanya saja dia sudah tua. Bahkan jika dibandingkan dengan mendiang ayahnya, tuan Barron lebih tua lima tahun.
Olivia sebenarnya berasal dari keluarga kaya ayahnya termasuk pengusaha yang sukses. Kemalangan menimpa keluarganya saat ayahnya ditipu oleh rekan kerjanya dan membawa kabur uang miliaran milik ayahnya, karena ulah rekan kerjanya itu perusahaan milik Ayah Olivia mengalami kebangkrutan.
"Ayahku meninggalkan banyak hutang Nes dan kami tidak sanggup untuk membayar hutang-hutang tersebut. Setelah perusahaanku bangkrut, kami tidak memiliki apapun lagi. Bahkan rumahku sudah disita oleh Bank jadi selama ini aku menumpang di tempat bibiku. Karena tidak sanggup membayar hutang, bibiku memaksaku untuk menikah dengan Tuan Barron agar dia bisa membantu untuk melunasi hutang-hutang ayahku," ungkap Olivia dengan wajah sedih.
Berita mengenai perusahaan Olivia yang bangkrut memang sudah Nesya dengar, tetapi dia tidak tahu kalau ayah Olivia berhutang banyak. Yang dia tahu adalah Ayah Olivia terlibat kasus penipuan dan investasi bodong. Perusahaannya tiba-tiba bangkrut dan Ayah Olivia meninggal karena serangan jantung.
"Kenapa kau tidak cerita padaku?" tanya Nesya sambil mengusap lembut bahu Olivia karena merasa iba sahabat baiknya itu. Dulu, dia memiliki segalanya dan kini Olivia tidak memiliki apapun lagi, bahkan tempat tinggal saja tidak punya.
"Aku malu padamu, Nes."
Berita tentang ayahnya menjadi seorang penipu sudah terdengar ke seluruh negeri. Keluarga mereka menjadi buah bibir oleh orang-orang yang tidak tahu mengenai kebenarannya. Beruntung identitasnya tidak terkuak di publik sehingga dia tidak perlu bersembunyi dari orang-orang.
"Kalau begitu, kau bisa tinggal selamanya di sini bersamaku. Kau tidak perlu kembali ke rumah bibimu."
Sudah saatnya Nesya membalas kebaikan Olivia. Selama ini, dia tidak tahu bagaimana caranya membalas budi pada Olivia karena dia memiliki segalanya, tapi kini ada peluang baginya untuk bisa membantu sahabatnya itu.
"Terima kasih, Nesya."
Olivia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Nesya. Dia tidak menjauhinya seperti teman-temannya kayanya yang lain. Bahkan saat ini, teman-temanya yang dulu baik padanya sekarang berpura-pura tidak mengenalnya.
"Tapi kau harus bersabar, apartemenku tidak semewah rumahmu. Bahkan kamarmu lebih besar dari apartemenku ini."
Olivia tersenyum. "Aku justru berterima kasih karena kau mau menampungku di sini."
Dahulu, Nesya sangat sering menginap di rumah Olivia. Menjadi anak tunggal membuatnya kesepian sehingga dia sering kali memaksa Nesya untuk menginap di rumahnya. Semenjak ibu Olivia meninggal 5 tahun lalu, ayah Olivia tidak menikah lagi jadi Olivia merasa sangat kesepian. Apalagi ayahnya sibuk bekerja dan selalu pulang malam.
"Aku senang kalau bisa membantumu. Anggap saja Ini rumahmu, kau juga sudah banyak membantu aku dulu," ucap Nesya sambil tersenyum, "Tadi kau ke sini naik apa?
"Aku diberi tumpangan oleh orang yang menolongku tadi."
Olivia kemudian menceritakan bagaimana dia kabur dari kejaran anak buah tuan Baron hingga akhirnya ditolong oleh Vincent dan Edric.
Setelah mendengar semua cerita sahabatnya, iris mata Nesya melebar. "Astaga, tapi kau tidak apa-apa, kan?
Olivia menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa." Wajah Olivia berubah menjadi murung, "tapi aku harus segera mencari pekerjaan. Aku tidak bisa berdiam diri terlalu lama karena aku harus membayar semua hutang ayahku."
"Memangnya berapa hutang ayahmu?
Olivia kembali menggeleng lemah sambil menjawab, "Aku juga belum tahu berapa, yang pasti sangat banyak. Aku harus mencari pekerjaan yang gajinya tinggi."
Sebelum perusahaan ayahnya bangkrut, Olivia bekerja di perusahaan ayahnya sebagai sekretaris ayahnya.
"Aku akan membantumu mencari pekerjaan nanti, tapi aku tidak bisa mencarikanmu pekerjaan di perusahaan besar."
"Tidak masalah Nesya. Aku justru tidak mau bekerja di perusahaan yang besar."
"Kenapa?" tanya Nesya dengan dahi berkerut.
"Kau tahu sendiri kasus Ayahku sedang banyak diberitakan di media. Aku tidak bisa menggunakan identitasku saat ini. Aku takut mereka mengenaliku. Mereka semua sedang mencari keluargaku untuk meminta ganti rugi. Reputasi keluargaku juga sudah hancur, mereka tidak akan mau mempekerjaan anak seorang penipu."
"Lalu apa yang akan kau lakukan?
"Untuk sementara waktu aku akan mencari pekerjaan yang tidak menggunakan ijazahku."
"Akan sulit mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi kecuali...."
"Kecuali apa?" Olivia menatap sahabatnya dengan antusias.
"Kecuali, kau mau bekerja di klub malam," jawab Nesya setelah dia menampilkan wajah ragu selama beberapa detik.
Olivia langsung menolak dengan tegas. "Aku tidak mau menjual tubuhku."
"Bukan itu maksudku, Liv. Bukan pekerjaan itu aku yang maksud."
"Lalu pekerjaannya apa?" tanya Olivia dengan wajah heran.
Nesya terdiam selama beberapa saat kemudia berkata, "Ini pekerjaan yang berisiko, sepertinya kau tidak akan bisa melakukannya."
Olivia menjadi lebih penasaran dengan pekerjaan tersebut. "Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan?" desak Olivia.
"Lebih baik lusa kau bertemu dengan temanku dia akan menjelaskan semuanya padamu."
Olivia mengangguk dengan semangat. Selama tidak berhubungan dengan transaksi tubuh. Dia rela bekerja apapun selama gajinya besar. "Aku membutuhkan banyak uang, selama gajinya tinggi, aku akan melakukan apapun kecuali menjual tubuhku."
"Tenang saja, aku tidak mungkin menawarkan pekerjaan Anda seperti itu padamu."
********
"Liv, aku berangkat kerja dulu. Di kulkas ada bahan makanan kalau kau ingin memasak," ucap Nesya setelah dia meraih tasnya yang ada di atas meja.
"Iyaa," jawab Olivia sambil mengangguk.
Nesya bekerja di salah satu perusahaan yang cukup jauh dari apartemennya jadi dia harus berangkat lebih pagi, apalagi dia harus menggunakan transportasi umum untuk bekerja agar bisa berhemat. Biasanya sebelim berangkat kerja, dia sarapan roti dan untuk makan siang biasanya dia makan dikantin kantornya. Dia jarang sekali memasak karena dia hanya tinggal sendirian.
Setelah Nesya pergi bekerja, Olivia memutuskan untuk keluar mencari pekerjaan, meskipun nanti dia bekerja di club malam, dia tetap harus bekerja di tempat lain agar bisa mengumpulkan uang lebih cepat untuk membayar hutang mendiang ayahnya. Olivia memutuskan mencari pekerjaan di restoran ataupun di minimarket sebagai pekerja paruh waktu. Meskipun pekerjaannya menguras tenaga, tapi Olivia tetap harus mencari pekerjaan sampingan.
"Tuan Muda, bukankah itu Nona Olivia yang hampir saja aku tabrak kemarin malam?" Edric mengarahkan pandangannya ke arah wanita yang baru saja keluar dari restoran tempat mereka berada.
Vincent memutar kepalanya dengan pelan ke arah di mana Edric memandang. "Sedang apa dia di sini? Kenapa dia nampak lesu?" ujar Edric lagi sambil menatap Olivia dengan wajah penasaran.
Vincent hanya diam seraya memperhatikan Olivia yang sudah berada di luar restoran. "Tuan Vincent, maaf sudah membuatmu menunggu." Vincent dan Edric menarik pandangannya saat seorang pria tinggi menghampiri mejanya.
"Tidak masalah, kami juga baru saja tiba."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Edah J
Edric asisten yg pintar dan jeli dia selalu siaga😉
pokoknya karakter okk bangett👍
2024-02-07
1
Edah J
Part awalnya agak sedikit berbeda dr yg awal ya ka Ana
maaf kalau salah🙏
tp tetap aja semakin bagusss👍👍👍
2023-03-03
0