“Edric, bereskan mereka semua,” perintah Vincent dengan suara berat dan sorot mata tajam saat melihat kelima orang itu akan mencegahnya membawa Olivia.
“Baik, Tuan Muda.”
Meskipun dia sendiri, sementara lawannya 5 orang, Edric tidak takut sama sekali. Baginya mudah mengatasi mereka semua. Sejak kecil, Edric memang sudah memiliki kemampuan bela diri yang hebat, apalagi setelah bekerja dengan Vincent, dia kembali dibekali berbagai ilmu bela diri dan memiliki sabuk tertinggi di setiap ilmu bela diri yang dia pelajari dan dia kuasi.
Sebenarnya Vincent juga menguasai beberapa ilmu bela diri seperti Edric, hanya saja dia jarang sekali menggunakannya karena biasanya Edric yang turun tangan untuk melindunginya. Asistennya itu memang sengaja dibekali ilmu beladiri yang tinggi agar bisa melindungi Vincent saat dia berada dalam bahaya.
Saat sedang berjalan menuju mobilnya, seseorang menendang punggung Vincent dari belakang hingga dia terjatuh ke depan sampai membuat Olivia memekik. "Sudah kubilang jangan ikut campur urusan kami,” ucap Pria yang menendang Vincent.
"Sepertinya kau bosan hidup." Vincent bangkit lalu menarik Olivia ke belakang tubuhnya.
Saat pria itu akan memukul Vincent, pria itu lebih dulu jatuh tersungkur karena kaki Vincent dengan cepat mendarat di perut pria itu. Vincent berjalan ke arah pria itu lalu menginjak dadanya dengan kuat.
"Pergi dari sini sebelum kesabaranku habis."
Saat melihat aura menyeramkan dari Vincent, pria itu seketika menjadi takut. Dia akhirnya bangkit dan menyusul keempat temannya yang sudah babak belur dihajar oleh Edric.
Setelah memastikan pria itu benar-benar pergi, Vincent menoleh pada Olivia. "Apa kau tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa." Olivia menatap Vincent dengan cemas, “Tuan, apa punggungmu baik-baik saja?” Dia jelas melihat saat Vincent tersungkur akibat tendangan pria tadi.
“Ya,” jawab Vincent sambil mengangguk pelan, “aku akan mengantarmu pulang. Di
mana rumahmu?”
"Tidak usah, Tuan. Aku akan naik taksi saja," tolak Olivia dengan sopan.
Vincent yang baru saja akan melangkah ke arah mobilnya seketika menoleh ke arah
Olivia. "Sulit mencari taksi di sini. Apa kau mau kejadian tadi terulang lagi?" Mata Vincent terlihat tajam, tapi wajahnya nampak sangat datar.
Olivia berpikir sejenak lalu menjawab, "Baiklah. Maaf karena sudah merepotkanmu."
Vincent tidak menjawab, melainkan langsung berbalik dan melangkah menuju mobilnya dan Olivia pun mengikuti langkahnya dari belalkang. Edric juga terlihat berjalan di belakang Olivia.
Belum sampai mobil, Edric melihat siku Olivia berdarah. “Nona, tanganmu….”
Olivia dan Vincent menoleh sambil menghentikan langkah mereka. “Tidak apa-apa. Tadi aku sempat terjatuh saat mencoba kabur dari mereka.”
Karena penasaran, Vincent melirik ke arah tangan Olivia sejenak lalu beralih menatap Edric. “Cari rumah sakit terdekat.”
Olivia langsung melambaikan tangannya dengan cepat. “Tidak perlu, Tuan. Aku akan mengobatinya sendiri nanti. Cukup antarkan aku ke rumah temanku saja.”
“Baiklah.” Edric berjalan lebih dulu lalu membuka pintu untuk mereka berdua.
“Silahkan, Nona.”
Dengan wajah sungkan, Olivia tersenyum. "Terima kasih, Tuan."
"Edric, itu nama saya Nona. Cukup panggil nama saya saja."
"Baik Tuan, maksud saya Edric. Wanita tersenyum canggung lalu masuk ke dalam mobil.
******
Mobil itu melaju setelah semuanya berada di dalam mobil. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba mobil memasuki pelataran sebuah rumah sakit besar dan hal itu membuat dahi Olivia berkerut. Meskipun heran, tapi dia tidak berani bertanya.
“Ayo, turun.”
Olivia menampilkan wajah terkejut sekaligus bingung saat Vincent membuka pintu mobilnya.
“Lukamu harus diobati."
“Nona, lebih baik obati dulu lukamu. Kau tenang saja, setelah ini kami pasti akan mengantarmu ke tempat tujuan,” ucap Edric saat melihat wajah ragu Olivia.
Akhirnya dia mengikuti langkah Vincent dari belakang. Mereka berdua berjalan ke arah IGD diikuti oleh Edric. Setelah mereka memasuki ruang IGD, Vincent langsung meminta seorang Dokter untuk menangani Olivia dengan cepat. Karena ruang IGD sedang ramai, Dokter meminta mereka untuk antri, apalagi saat melihat luka Olivia tidak terlalu serius, meskipun lukanya mengeluarkan darah.
Edric tahu kalau tuan mudanya tidak suka menunggu, terlebih lagi di rumah sakit, akhirnya Edric maju dan membisikkan sesuatu pada Dokter tersebut hingga membuat dokter itu melebarkan pupil matanya. Wajah Dokter itu menegang sesaat lalu bergegas menangani Olivia setelah meminta maaf pada Vincent.
“Nona, siapa namamu?” tanya Edric saat dia akan mengurus administrasinya.
“Olivia, namaku Olivia.”
Vincent yang berdiri di dekat Olivia terlihat melirik sekilas pada wanita berparas cantik itu setelah menyebutkan namanya. Selesai Olivia diobati dan diperban, mereka meninggalkan rumah sakit lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah teman Olivia. Butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai di tempat tujuan.
“Jadi ini rumah temanmu?” Tanpa diduga, Vincent bertanya pada Olivia setelah mobilnya berhenti tepat di loby sebuah apartemen.
“Iyaa, Tuan,” jawab Olivia sopan, “terima kasih sudah menolongku tadi."
Vincent hanya mengangguk dengan wajah datarnya. "Terima kasih Tuan Edric karena sudah mengantar saya."
"Sama-sama, Nona," jawab Edric seraya mengangguk.
“Panggil Olivia saja.”
Sebelum turun dari mobil, Olivia sempat menoleh ke kursi belakang yang tadi dia duduki. Dia tidak sengaja bertatapan dengan mata pria tampan yang duduk di belakang. Mereka berdua bertatapan selama beberapa detik, setelah itu, Olivia mengalihkan pandangannya saat merasa wajahnya memanas. Entah kenapa, dia tiba-tiba gugup bertatapan dengan pria yang sudah menolongnya itu, apalagi saat mengingat adegan dimana tubuh mereka berdua menempel tanpa jarak waktu itu.
"Apakah kita akan langsung pulang, Tuan Muda?" tanya Edric seraya menoleh ke belakang.
Vincent terlihat masih menatap ke arah Olivia. "Hhmmmm.” Kemudian dia menarik pandangannya setelah melihat Olivia berjalan masuk ke dalam apartemen di depannya.
Setibanya di apartemennya, Vincent berjalan menuju balkon apartemennya sambil membawa minuman kaleng di tangannya. Dia duduk di sofa panjang sambil menatap ke arah depan. Di sampingnya, duduk Edric yang sedang menerima telpon dari seseorang.
Selesai menelpon, Edric menghadap Vincent. "Tuan Muda, ada seseorang yang pernah melihat Nona Jesica di LA. Apa Tuan ingin mencari tahu lebih detail lagi?"
Vincent terdiam dengan wajah datarnya selama beberapa detik kemudian berkata, "Dengan siapa dia di sana?"
"Sendiri, Tuan Muda."
Vincent menyesap minumannya dengan wajah dinginnya lalu berkata, "Biarkan saja."
********
Olivia berjalan masuk ke dalam loby apartemen temannya setelah mobil Vincent pergi. Setelah berada duduk di sofa loby, Olivia menelpon temannya untuk memberitahukan padanya kalau dia ada di loby. Dia tidak bisa naik ke atas karena membutuhkan kartu akses di lift menuju lantai apartemen temannya.
Setelah menunggu selama 10 menit, seorang wanita yang memakai piyama tidur, berjalan menghampiri Olivia yang sedang duduk sambil menatap ke bawah. "Liv, ada apa denganmu? Kenapa mendadak ke sini?"
Olivia berdiri sambil tersenyum kaku pada temannya. "Ceritanya panjang. Aku ke sini
karena ingin menumpang di apartemenmu sementara, apa boleh?"
Nesya adalah teman sekolah Olivia dan Nesya adalah satu-satunya teman dekat Olivia hingga kini. Nesya adalah anak yatim-piatu yang tinggal di panti asuhan dulunya. Sejak dia masih sekolah, Olivia lah yang sering membantu Nesya masalah keuangan hingga dia bisa mandiri dan akhirnya bisa tinggal di sendiri di apartemen kecil di dearah Jakarta timur yang dia beli sendiri dari hasil jerih payahnya sendiri.
Nesya tesenyum lalu menjawab, "Tentu saja boleh, kenapa harus bertanya lagi." Matanya tiba-tiba tertuju pada perban yang ada di siku tangan sahabatnya itu. “Ada apa dengan tanganmu?”
Olivia tersenyum. “Panjang ceritanya.”
“Baiklah, kita bicara di atas. Ayo cepat ikut
aku." Tanpa menunggu respon dari Olivia, Nesya berjalan lebih dulu menuju lift.
Setelah duduk di ruang tamu, Nesya langsung bertanya pada Olivia. "Sebenarnya apa yang terjadi, Liv?"
"Bibiku memaksaku menikahi tuan Barron. Aku kabur dari rumah karena aku tidak mau menikah dengannya."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Edah J
gak terasa hampir satu tahun aja ku baca novel ini masih ingat alurnya
tapi dibaca lagi😁😁😁
2024-02-07
1
Edah J
Akhirnya cerita Olivia dan Vincent dilanjutkan lg
makasih ka othor yg selalu konsisten dgn karyanya yg keren 👍👍👍
2023-03-03
0