"Liana...Liana mengapa engkau pergi begitu cepat. Kamu yang selalu membantu, memberi kekuatan, serta mencarikan solusi bagi ku, agar aku bisa menyelesaikan masalah ku, sekarang kamu diam tidak berbuat apa-apa.
Liana kamu jahat, telah meninggalkan aku sendiri. Aku tidak sanggup hidup tanpa mu Liana. Tolong kembalilah Liana atau setidaknya bawa aku turut serta dengan mu. Aku seperti kehilangan akal dan pikiran saat ini.
Karena kebodohan ku yang telah menduakan mu, aku terjebak oleh perangkap Rianti. Aku terpaksa harus menikahinya, padahal aku tidak mencintai nya. Aku hanya mencintaimu Liana", Juan menangis terisak-isak, sambil terduduk jongkok di lantai kamarnya.
Terkadang karena terlalu lelah dan sangat bersedih. Juan akhirnya tertidur pulas dilantai kamarnya.
Paginya Juan terbangun dari tidurnya. Dan segera beranjak untuk bersiap-siap untuk segera pergi ke kantor.
Sebenarnya Juan sangat tidak bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Tetapi terkadang ada sedikit kekuatan yang mendorong nya untuk tetap bekerja dan berjuang menjalani hidup yakni, anaknya Aditya.
Aditya buah perkawinannya dengan Liana. Liana dan Aditya adalah penyemangat hidup Juan. Juan sangat menyayangi Aditya. Karena baik Juan dan Liana selalu memberikan kasih sayang yang full kepada Aditya.
Baik ketika saat ulang tahun Aditya, atau saat Juan pulang dari kantor. Tetapi setelah kepergian Liana, Juan jarang membuat kejutan ketika pulang kantor, karena Juan selalu pulang ke rumah larut malam.
Walaupun kasih sayang dan perhatian Juan kepada Aditya jarang sekali diungkapkan nya. Aditya mampu memberikan dorongan hidup bagi Juan. Kalau tidak sudah lama Juan ingin mencoba bunuh diri, sejak kepergian Liana.
Sebelum berangkat kerja biasanya Juan dan Aditya sarapan bersama di meja makan. Juan dan Aditya selalu pergi bersamaan keluar dari rumah. Juan selalu menyempatkan diri untuk mengantar Aditya ke sekolah.
"Pagi Adit", sapa Juan ramah.
"Pagi, yah", balas Aditya datar dan tidak bersemangat. Karena mereka berdua hanya saat pagi saja bersapaan. Aditya kesal dengan Juan yang tidak pernah meluangkan waktu dengannya setelah kepergian Liana.
Semua urusan Aditya diserahkan Juan kepada mbok Lasmi. Pengasuh Aditya, yang merupakan ibu pengganti buat Aditya.
"Mengapa tidak bersemangat begitu Adit?, semangat dong", ucap Juan berpura-pura semangat kepada Aditya.
"Ayah selalu sibuk, jarang di rumah. bahkan kita hanya ketemu saat sarapan seperti ini. Bagaimana Adit bisa bersemangat Ayah?", tanya Aditya tegas. Dan itu merupakan tamparan kepada Juan.
"Baik lah Adit, ayah akan selalu lebih cepat pulang kantor seperti biasanya di sore hari jam 4 ketika ibu kamu hidup.
Kita akan main basket bersama di belakang rumah", Juan menawarkan diri. Sejak Rianti memaksa Juan menikahinya. Juan tidak pernah lagi ke diskotik, untuk menghindari tuntutan Rianti agar segera menikahinya. Sehingga Juan bisa pulang ke rumah pukul 4 sore.
"Benarkah ayah, ayah janji kan tidak akan ingkar seperti biasanya. Ayah selalu menjanjikan setiap akhir minggu ke puncak. Sampai sekarang ayah tidak pernah menepati janji ayah", Aditya tidak yakin Juan akan menepati janjinya.
"Benar Adit, ayah janji akan menepati nya", Juan tersenyum bahagia menyakinkan Aditya.
"Hore", Aditya pun repleks memeluk Juan dengan erat, sangkin girangnya. Juan sangat terharu, "Ternyata dengan melakukan hal kecil dan sederhana pun boleh membuat orang bahagia.
Dan ternyata kebahagiaan terbesar itu adalah bisa membahagiakan orang lain", pikir Juan dalam hatinya hingga membuat buliran bening mengalir di pipinya.
"Ayo Adit, habiskan sarapan nya. Nanti kita terlambat", Juan berusaha mengalihkan perhatian, takut ketahuan Adit kalau Juan menangis.
"Adit sudah selesai ayah, ayo kita berangkat", Aditya sangat bersemangat sekali, buru-buru menghabiskan sarapan dan segera menenguk habis susunya dan segera beranjak dari tempat duduknya.
Juan dan Aditya pun berjalan bergandengan tangan masuk kedalam mobil sambil berbarengan mengucapkan "Kami berangkat dulu ya mbok", Aditya langsung menyalim mbok lasmi dan segera masuk ke dalam mobil.
"Syukurlah sekarang pak Juan sudah memberikan perhatian penuh kepada Aditya, karena setiap hari Aditya selalu tidak bersemangat dan lebih banyak waktu mengurung diri di kamar", pikir mbok Lasmi dalam benaknya.
Begitu Juan dan Aditya sudah keluar dari rumah. Mbok Lasmi pun lanjut melakukan aktifitas.
Tiba-tiba terdengar suara Bell rumah berbunyi.
"Siapa ya, pagi-pagi begini sudah bertamu?", pikir mbok Lasmi bingung dan segera mengintip layar tampilan cctv di depan pintu gerbang. Mbok Lasmi langsung bertanya melalui pengeras suara di depan gerbang, agar menghindari terjadinya tindak kejahatan. "Siapa ya, ada keperluan apa?", mbok Lasmi menanyakan perihal berkunjung ke rumah kediaman Juan.
"Saya pacar dari pak Juan Handoyo, dan sebentar lagi akan menjadi istrinya. Tolong bukakan pintu saya ingin ketemu dengan pak Juan Handoyo", Rianti tegas memberitahu dan memerintah.
"Pak Juan sedang tidak di rumah dan baru saja berangkat ke kantor. Silahkan saja menghubungi telepon nya pak Juan kalau memang ibu pacar nya pak Juan.
Datang kemari kalau sudah ada janji dengan pak Juan. Saya tidak berani membukakan pintu karena saya tidak mengenal anda", ucap mbok Lasmi tegas dan tidak memperbolehkan Rianti masuk.
"Sombong sekali pembantu itu, awas kamu ya. Kalau saya sudah jadi istrinya Juan. Saya akan pecat kamu. Sebelumnya saya akan membuat kamu merasa menyesal telah berbuat tidak sopan kepada saya", Rianti geram dan kesal kepada sikap mbok Lasmi yang tidak mempersilahkannya masuk ke rumah Juan.
Dengan perasaan kesal dan penuh amarah. Akhirnya Rianti meninggalkan kediaman rumah Juan. Rianti sudah berkali-kali menghubungi handphone Juan tetapi tidak pernah diangkat.
Dan Juan pun tidak pernah datang lagi ke diskotik. Rianti bingung harus berbuat apa. Agar Juan mau menikahinya. "Oh iya, aku akan mengancam Juan kalau aku sedang hamil. Tetapi tidak mungkin aku langsung hamil dalam tempo 2 hari berhubungan suami-istri.
Aaahaa, aku harus menunggu dulu hingga 1 bulan, agar Juan yakin kalau aku sedang hamil", pikir Rianti memikirkan strategi yang akan dilakukannya untuk menjebak Juan.
Rianti sangat bangga dan merasa pasti akan berhasil bila melakukan ide yang tiba-tiba muncul di otaknya. Rianti senyum-senyum sendiri merasa puas akan bakal menang, Juan pasti tidak bisa menghindar lagi pikirnya menambahi.
Bell pulang sekolah berbunyi tepat nya pukul 14:30. Sekarang waktunya Aditya pulang sekolah. Tidak ada lagi kegiatan extrakurikuler yang harus di lakukannya.
Aditya pun bersemangat sekali untuk pulang ke rumah, karena Aditya ingat janji Juan untuk menemaninya bermain basket di halaman rumah. Aditya langsung menuju parkiran. Biasanya supirnya sudah menunggu di parkiran.
Sebelum Aditya tiba di parkiran terdengar suara teriakan memanggil-manggil nama Aditya.
"Adit.... Aditya....Aditya.....", teriak Rico teman sekelas Aditya.
Aditya langsung menghentikan langkahnya segera menoleh siapa gerangan yang telah memanggil-manggil nya sedari tadi. "Ternyata Rico", pikirnya dalam hati.
"Adit, uhhh...Kamu ini jalannya seperti dikejar hantu saja. Cepat sekali langkahnya aku sampai kecapean mengejar-ngejar kamu sampai kemari", ucap Rico ngos-ngosan sambil berusaha tarik nafas dan membuang nafas secara bergantian karena kecapean mengejar Aditya.
Aditya hanya senyum-senyum saja "Kamu bersyukur dong, karena ngejar-ngejar aku, kalori kamu berkurang 1000kkal. Lumayan kan mengurangi sedikit perut kamu yang buncit seperti tong air gitu", ucap Aditya mencandai sahabatnya Rico yang berbadan gendut.
"Iya deh. Kamu mau kemana sih dit, sampai terburu-buru begitu. Biasanya juga kamu malas pulang ke rumah dan selalu mengajakin aku main game di rumah ku?", Rico ingin tahu.
"Aku ingin pulang cepat, karena ayahku akan mengajakku bermain basket di halaman belakang rumah, sepulang dari kantor", Aditya memberitahu.
"Tidak bisa ditunda ya, dit. Padahal aku ingin mengajak kamu ke rumahku agar kita main game bersama. Kemarin ayahku membelikan game baru untuk ku. Rencananya aku akan memainkan nya bersama mu", Rico terlihat cemberut karena kecewa Aditya tidak bisa bermain game bersama.
"Maaf co, lain kali saja ya kita main gamenya. Aku sangat menunggu momen bermain basket bersama ayahku. Karena sejak ibuku meninggal ayah tidak mau lagi menemani aku bermain basket.
Tadi pagi entah angin apa yang telah merasuki ayahku. Hari ini ayah berjanji setelah ayah pulang kerja, ayah akan pulang langsung ke rumah dan kami akan bermain basket di halaman belakang", Aditya menolak Rico dengan menceritakan yang sebenarnya.
"Baiklah kalau begitu dit. Lain kali kita akan bermain game bersama di rumah ku. Tidak usah tidak enakan dit, aku tidak apa-apa kok. Lain kali saja kita bermain gamenya.
Aku senang kok kamu bisa kumpul bersama dengan ayah kamu lagi. Selama ini kan kamu sangat sedih kalau ayah kamu sering sibuk dan tidak ada waktu dengan kamu. Ini kan momen yang kamu tunggu-tunggu, dit", Rico turut bahagia atas kebahagiaan yang dirasakan Aditya saat ini.
"Terimakasih banyak co atas dukungan kamu. Kamu memang teman sekaligus sahabat terbaik aku. Aku pamit ya, kamu mau sekalian diantar pulang ke rumah mu?", Aditya menawarkan.
"Tidak dit, Aku mau sekalian pulang dengan kakak ku", Rico menolak, karena Rico mempunyai kakak di kelas IX secara Rico duduk dikelas VII, tingkat SMP sama-sama satu sekolah. Rico dan kakaknya Pergi sekolah maupun pulang sekolah selalu bareng bersama-sama.
"Okelah sampai ketemu besok ya, Rico", Aditya pun langsung masuk ke dalam mobil jemputan nya.
"Berangkat pak Doni", ucap Aditya kepada supirnya.
"Baik dit", balas nya dengan tersenyum.
***
Setelah Tiba di rumah, Aditya pun segera bergegas untuk segera makan siang, dan segera mengerjakan PR sekolahnya. Adit tidak mau nanti, gara-gara PRnya malah mengurangi waktu kebersamaan nya dengan Juan.
"Tinggal menunggu 30 menit lagi", pikir nya dalam hati. Aditya pun merebahkan tubuhnya di ranjangnya sembari melihat-lihat ke langit-langit kamarnya sambil menghayal.
Kegiatan ini selalu Aditya lakukan sebelum tidur. Menghayal kan hari-hari indah kiranya menghampirinya esok. Kini mimpi itu akan terwujud, ayahnya sudah ingin menemaninya bermain basket hari ini.
"Aditya berharap mudah-mudahan ini awal yang indah, mimpi indah kan datang menghampirinya", gumamnya dalam benaknya.
Kringg Bell rumahnya berbunyi. Aditya langsung tersentak dan langsung berlari ke arah layar. Penampakan cctv ke arah gerbang. Aditya melihat kalau ayahnya sudah pulang dari kantor.
Aditya pun langsung menghampiri Juan dan langsung membuka pintu gerbang. Aditya senang dan begitu bahagia, ayahnya menepati janjinya untuk pulang cepat dari kantor karena ingin menemani Aditya bermain basket.
Juan pun keluar dari mobil. Aditya langsung mendatangi dan merangkul Juan sembari mengucapkan, "Terimakasih ayah, sudah menepati janji ayah". Lagi-lagi Juan merasa terharu, dan segera mengalihkan pembicaraan nya, "Sebentar ayah mengganti baju dulu ya Aditya", Juan meninggalkan Aditya langsung menuju kamarnya.
"Baik ayah. Aditya nungggu di halaman belakang ya ayah", balas Aditya langsung ke halaman belakang.
***
Keseruan dan kegirangan mereka berdua pun sangat terpancar di wajah masing-masing. Begitu juga mbok Lasmi, senang Juan sudah dekat dan mau meluangkan waktunya dengan Aditya. Karena selama inipun Aditya sangat tidak bersemangat karena Juan selalu sibuk dan pulang larut malam.
"Ini minumnya Pak dan Adit!. Jangan gara-gara keasikan main jadi lupa minumnya", mbok Lasmi mengingatkan keduanya yang sedang asik bermain basket.
Hingga hampir magrib keduanya pun langsung menyudahi permainan kaena merasa sudah lelah dan kecapean.
"Jago kamu sekarang mainnya Adit!, Perbanyak latihan agar bisa ikut tim. Kamu ada ikut tim basket di sekolah?", tanya Juan ingin tahu kegiatan Aditya.
"Makasih ayah!, Aditya tidak ada ikut tim di sekolah. Karena kemarin malas tidak bersemangat", ucap Aditya seadanya.
"Juan tahu arah pembicaraan Adit. Setelah kematian ibunya aku tidak pernah lagi menemani Adit. Mungkin Aditya pun merasa sedih dan tidak bersemangat mengikuti kegiatan-kegiatan Extrakurikuler", gumam Juan dalam hatinya.
"Jago kamu dit, ayah kalah sekarang. Ayah sudah tua dan tidak bertenaga lagi. Coba lagi di ikutin tim di sekolah. Ayah sangat mendukung kamu", Juan memuji kemampuan Adit dan terus menyemangati nya.
Stelah mendengar perkataan Juan yang memberi dukungan dan semangat. Dalam hati Aditya pun berencana besok ingin mendaftarkan dirinya ikut tim Extrakurikuler basket di sekolah.
"Sana gih, pergi mandi ini sudah hampir malam. Ayah ingin Sebentar duduk-duduk disini sambil memandang-mandang. Sudah lama ayah tidak duduk-duduk di taman ini", Juan bermaksud hendak merenung sendiri di taman.
"Baiklah ayah", segera berlalu meninggalkan Juan hendak menuju kamarnya. Aditya berencana mandi di kamar mandi kamarnya saja.
Setelah Aditya masuk ke kamarnya. Datang mbok Lasmi datang menghampiri Juan.
"Pak, pagi tadi. Setelah bapak dan Aditya keluar rumah. Ada perempuan datang. Mengaku-ngaku kalau dia adalah calon istri bapak. Dia memaksa dibukakan pintu dan ingin masuk", mbok Lasmi menceritakan kejadian ketika Rianti datang ke rumah.
Juan terkejut, "Rianti sudah berani datang ke rumah", pikir nya dalam benaknya. Juan berusaha menunjukkan sikap tenang.
"Terus mbok bilang apa kepada-nya?", tanya Juan ingin tahu.
"Mbok bilang, kalau bapak sudah pergi ke Kantor dan tidak ada di rumah, silahkan menghubungi wa nya dan membuat janji dengan bapak", mbok Lasmi mengulangi perkataan yang diucapkan kepada Rianti.
"Bagus mbok", Juan mengacungkan jempol kepada mbok Lasmi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments