Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan

Febri menjalani aktifitas seperti biasanya, dari mengerjakan pekerjaan rumah. Hingga, bekerja ke kantor. Dia jalani dengan sepenuh hati, semua demi orang-orang yang di sayangainya.  

Hari ini saja, dia telah mentransfer gajihnya kepada sang ayah. Dia juga menunggu, uang belanja dari suaminya. Walapun tidak seberapa, sebab telah dibagi tiga dengan sang mertua.

Namun, Febri tetap menyukuri apa yang ada. Uang yang suaminya berikan, dia pergunakan untuk kebutuhan rumah saja. Sedangkan, kebutuhan pribadinya. Dia mengambil uang pribadi, hasil dirinya bekerja.

Sama, seperti saat ini. Dia tengah menunggu sang suami dan ingin mengajak suaminya untuk ke supermarket. Membeli, perlengkapan rumah. Seperti beras, minyak goreng, sabun mandi, semua kebutuhan rumah tangga. 

Walaupun, dia tahu. Uang yang suaminya berikan akan habis tidak tersisa dan jika dia menginginkan sesuatu. Maka, Febri mengambil uang pribadi. Bahkan, tidak jarang uangnya lah yang menutupi kebutuhan sehari-hari yang semakin merangkak naik. Tidak sepeti gajih yang malah, merangkak turun.

"Dah lama nunggunya, Dek?" tanya Yusuf kepada sang istri yang duduk di motor.

Febri agak terkejut akan kedatangan suaminya, dia yang tengah asik melihat baju stelan terbaru di toko online. Tertarik untuk membelinya dan ingin di gunakan ketika ke kantor.

Bukan, Febri ingin pamer atau terlihat menarik. Tapi, gara-gara ibu mertuanya yang memakai baju-baju kerjanya. Membuat, Febri malu untuk mengenakan pakaian itu kembali dan memilih membeli yang baru.

"Gak 'ko, Mas. Aku baru aja keluar," terang Febri berbohong. Padahal, dia telah lama menunggu sang suami. Bahkan, Pak Martin menawarkan diri untuk mengantarnya. Sebab, Yusuf yang harus membersihkan kamar mandi kantor sebelum pulang. Rutinitas tersebut yang sering membuat suaminya terlambat dan dia harus menunggu dengan sabar.

Bisa saja, Febri menerima ajakan bosnya atau Mona. Sahabatnya, akan tetapi Febri lebih menjaga perasaan sang suami.

"Ayo kita pulang," ajak Yusuf seraya menaiki motor. Namun, sang istri menepuk pelan bahunya dan mengingatkan. Jika, mereka harus singgah ke supermarket terlebih dahulu.

"Baik, Sayangku.

Wajah Febri memerah semu, hanya gara-gara di panggil sayang oleh sang suami. Hatinya bermekaran, seperti taman bunga di musim semi.

Pasangan suami–istri itu berboncengan motor berdua, Febri memeluk Yusuf dengan erat dari belakang. Hanya hal sederhana, akan tetapi mampu membuat mereka berdua bahagia.  

Cinta tumbuh, karena terbiasa. Walapun, awalnya Febri menolak lamaran Yusuf. Dengan berbagai alasan, terutama  Febri yang ingin berbakti kepada ayahnya dan tidak mau jika menikah. Di mana, nanti dia hanya boleh berbakti pada suaminya.

Namun, Yusuf tidak pernah kehabisan akal. Dia membujuk ayah Febri, bahkan membuat perjanjian pra–nikah. Agar, Febri percaya. Bahwa dia mencintai dan mengizinkan Febri untuk berbakti kepada ayahnya. 

Hal itu pula yang membuat Febri luluh dan menerima Yusuf sebagai suaminya, akan tetapi Febri yang baru menikah dengan sang suami. Mendapatkan ujian yang berat, adanya orang ketika di antara mereka yang selalu memicu konflik dan pertengkaran.

Ibu Sella yang menjadi mertua yang kejam, lebih kejam dari ibu tiri dan ibu kota. Membuat Febri sering terluka dan merasa sakit.

Dimana seharusnya sosok Ibu Sella mampu mengantikan, almarhum Bunda Febri. Namun, nyatanya tidak.

Yusuf dan Febri telah memasuki area supermaket, dengan antusias. Febri menarik tangan suaminya untuk masuk, mereka mengambil troler dan mendorongnya pelan.

Febri mengambil apa yang di perlukan dan mengira-ngira, apa bisa mereka bawa. Sebab, mereka hanya mengendari sepeda motor metik.  Bukan, mobil. Padahal, Febri ingin sekali. Membawa mobilnya, hadiah dari Pak Martin karena pencapaiannya selama berkerja.

Namun, suaminya tidak mengizinkan dan mobil tersebut di rawat oleh ayahnya. Terkadang, di guankan oleh sang ayah. Jika, rindu pada Febri dan ingin menemui putrinya. Sebab, Febri anak tunggal.

Banyak, pengorbanan yang di lakukan oleh seorang anak perempuan ketika telah menikah. Dia harus tinggal berjauhan dengan orang-orang yang di sayang, walapun sudah beberapa kali. Febri meminta agar ayahnya mau tinggal satu harap dengan mereka.

Namun, permintaan Febri di tolak dengan halus oleh Pak Brama yang tidak bisa tinggal bersama putrinya. Karena, ada Ibu Sella yang bukan mahramnya. Walaupun, rumah yang di tinggali oleh Febri adalah rumah kenangan dirinya bersama almahum sang istri.

Akan tetapi, Pak Brama memilih tinggal di perumahan yang khusu diberikan untuk kariawan dan dia merasa lebih nyaman jika sendirian. Menikmati hari-hari tuanya.

"Sudah semua, Dek?" tanya Yusuf dan mendapat anggukan kepala dari sang istri. Mereka berdua mendorong troli hingga ke mesin kasir, lalu membayar semua barang yang telah di ambil.

Yusuf tidak sengaja, melihat kartu debit yang istrinya keluarkan. Dia hanya diam dan menunggu saat yang tepat, lalu menanyakan hal tersebut.

Hingga, kearea pakiran. Yusuf masih diam, tidak menanggapi apa yang istrinya katakan. Sampai, mereka tiba di rumah.

Febri yang mulai memahami karakter suaminya, yang hanya diam. Ikut juga diam, karena dia tahu. Jika, sang suami sedang marah dan menunggu hal apa yang di marahkan oleh suaminya.

"Kalian baru pulang? Mana, pesanan Ibu?" 

Ibu Sella yang menunggu kepulangan anak dan menantunya itu menunggu di ambang pintu, dia tahu jika hari ini Yusuf dan Febri gajihan.

"Ini, Bu," jelas Febri seraya menyerahkan pesanan yang mertuanya pinta.

"Wih … akhinya, wajahku bisa glowing juga. Makasih, ya Suf," kata Ibu Sella seraya masuk terlebih dahulu. Dia sanggat senang, bisa memiliki scencare yang di idam-idamkannya.

Sedangkan Febri hanya tersenyum kecut, padahal dia yang membelikan pesanan mertuanya itu. Akan tetapi, suaminya yang mendapatkan ucapan terimakasih. Sungguh, mertuanya amat pilih–kasih.

Namun, Yusuf yang melihat hal tersebut. Masih, diam tidak menanggapi apapun dan berlalu. Diikuti oleh sang istri. Setelah, seharian bekerja dan mandi. Febri berencana ingin mengajak suaminya untuk makan diuar, atau lebih tepatnya ingin mengetahui. Hal apa yang dikatakan sang suami pada dirinya.

"Mas, kita makan di luar, yuk. Dah lama, aku ingin makan mie ayam di tempat langgananku," ajak Febri. Akan tetapi, ditolak secara halus oleh sang suami. Dengan alasan, tidak ingin mendengar omelan Ibu Sella yang pasti akan mencerocos dan mengatakan jika mereka boros dan tidak tahu cara berhemat.

Febri hanya mampu mengelus dada, jika dulu. Sebelum, dia menikah. Apapun yang ingin dimakan, maka akan dia beli.  Tidak ada yang melarang, bahkan  ayahnya merasa senang. Sebab, Febri akan membungkus–kan  makanan yang dia makan di luar.

Namun, berbeda dengan sekarang. Dia harus hemat, hemat, dan hemat. Febri merasa tertekan, akan tetapi coba dia tahan.

"Duduk sini," pinta Yusuf kepada sang istri yang telah rapi dan wangi. Sebab, ingin jalan-jalan keluar. Namun, dia tidak memberikan izin.

Yusuf mengusap ujung rambut istrinya dan bertanya, "Kenapa, kamu tidak mengunakan uang yang, Mas berikan?"

Deg

Jantung Febri seraya ingin berhenti berdetak, ternyata suaminya mengetahui. Jika, ia berbelanja mengunakan uang pribadi. Bukan, yang diberikan oleh sang suami.

"Itu—"

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Gila Ibu mertua memakai baju kerja menantu...

2023-03-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sarapan Pagi.
2 Bab 2 Hari Bekerja
3 Bab 3 Uang Gajian
4 Bab 4 Bukan Anakku
5 Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan
6 Bab 6 Rumah Berantakan.
7 Bab 7 Menantu Durhaka
8 Bab 8 Kerja Sampai Pagi
9 Bab 9 Suami Baru
10 Bab 10 Gemericik Rumah–Tangga
11 Bab 11 Mertua Kepo
12 Bab 12 Bau Busuk Tercium Wangi
13 Bab 13 Berdebat Pakai Syaraf
14 Bab 14 Darah M
15 Bab 15 PILIH IBU ATAU AKU
16 Bab 16 Pulang Kerumah Ayah
17 Bab 17 Menjadi Jembatan
18 Bab 18 Dewasa Pilihan
19 Bab 19 Fitnah Kejam
20 Bab 20 Pulangkan Aku Pada Ayahku
21 Bab 21 Simpanan Berondong.
22 Bab 22 Anak Maling Kundang
23 Bab 23 Dicari Mantan Suami.
24 Bab 24 Mencari Menantu Durhaka.
25 Bab 25 Sekali Busuk Tetap Busuk
26 Bab 26 Rujuk
27 Bab 27 Pulang
28 Bab 28 Menantu Atau Babu
29 Bab 29 Keturunan POV Yusuf
30 Bab 30 Healing POV Yusuf.
31 Bab 31 Masa Lalu POV Febri.
32 Bab 32 Kembali Lagi POV Febri.
33 Bab 33 Febri Berubah.
34 Bab 34 Tamat Sementara
35 Promosi
36 Istriku Diam
37 Uang Gajian
38 Bertemu Anastasya
39 Yusuf Kalap
40 Diajak Dewasa
41 Wanita mandul
42 Lelah
43 Berulah
44 Utang
45 Menyerah
46 POV Yusuf
47 POV Febri
48 POV Febri
49 Ibu Lagi
50 POV Yusuf
51 POV Yusuf
52 Meminta Izin
53 Dilema
54 Perubahan
55 Perasaan Febri
56 Mencari Tahu
57 Alasan Sesungguhnya
58 Kebenaran Terungkap.
59 Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar.
60 Istri Karier
61 Haruskah Menyesal?
62 Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar
63 Haruskah Buka Kartu?
64 Semangat Baru
65 Kebangkitan Yusuf.
66 Perpisahan
67 Tamat
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Sarapan Pagi.
2
Bab 2 Hari Bekerja
3
Bab 3 Uang Gajian
4
Bab 4 Bukan Anakku
5
Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan
6
Bab 6 Rumah Berantakan.
7
Bab 7 Menantu Durhaka
8
Bab 8 Kerja Sampai Pagi
9
Bab 9 Suami Baru
10
Bab 10 Gemericik Rumah–Tangga
11
Bab 11 Mertua Kepo
12
Bab 12 Bau Busuk Tercium Wangi
13
Bab 13 Berdebat Pakai Syaraf
14
Bab 14 Darah M
15
Bab 15 PILIH IBU ATAU AKU
16
Bab 16 Pulang Kerumah Ayah
17
Bab 17 Menjadi Jembatan
18
Bab 18 Dewasa Pilihan
19
Bab 19 Fitnah Kejam
20
Bab 20 Pulangkan Aku Pada Ayahku
21
Bab 21 Simpanan Berondong.
22
Bab 22 Anak Maling Kundang
23
Bab 23 Dicari Mantan Suami.
24
Bab 24 Mencari Menantu Durhaka.
25
Bab 25 Sekali Busuk Tetap Busuk
26
Bab 26 Rujuk
27
Bab 27 Pulang
28
Bab 28 Menantu Atau Babu
29
Bab 29 Keturunan POV Yusuf
30
Bab 30 Healing POV Yusuf.
31
Bab 31 Masa Lalu POV Febri.
32
Bab 32 Kembali Lagi POV Febri.
33
Bab 33 Febri Berubah.
34
Bab 34 Tamat Sementara
35
Promosi
36
Istriku Diam
37
Uang Gajian
38
Bertemu Anastasya
39
Yusuf Kalap
40
Diajak Dewasa
41
Wanita mandul
42
Lelah
43
Berulah
44
Utang
45
Menyerah
46
POV Yusuf
47
POV Febri
48
POV Febri
49
Ibu Lagi
50
POV Yusuf
51
POV Yusuf
52
Meminta Izin
53
Dilema
54
Perubahan
55
Perasaan Febri
56
Mencari Tahu
57
Alasan Sesungguhnya
58
Kebenaran Terungkap.
59
Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar.
60
Istri Karier
61
Haruskah Menyesal?
62
Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar
63
Haruskah Buka Kartu?
64
Semangat Baru
65
Kebangkitan Yusuf.
66
Perpisahan
67
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!