Bab 3 Uang Gajian

Setelah pulang ke rumah, Febri harus dihadapkan oleh pekerjaan yang menumpuk. Dari mengepel dan menyapu, hingga menyetrika baju. Tidak lupa pula, memasak untuk makan malam mereka. 

Mau menangis, akan tetapi tidak bisa. Febri hanya mampu menjalani ini semua dengan ikhlas. Sebab, memang tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga yang baik. 

Yusuf yang tahu jika istrinya seharian ini bekerja keras, tidak tega dan berniat ingin membantu. Mengurangi pekerjaan sang istri, akan tetapi niat sebaiknya dihentikan oleh sang ibu. 

"Mau ngapain, kamu, Suf?"tanya Ibu Sella. Ketika melihat putranya beradaa didapur. 

"Mau masak, Bu," jelas Yusuf dengan celemek yang melekat dibadan bidangnya dan mulai memotong-motong sayuran. 

Ibu Sella mengendus kesal dan meminta agar putranya itu meninggalkan pekerjaan tersebut, lalu menyuruh istrinya untuk mengerjakannya. 

Namun, Yusuf membujuk ibunya dan memberikan pengertian. Jika, ia ingin memasakan sang ibu makan malam yang spesial. 

Jurus jitu Yusuf berhasil, Ibu Sella membiarkan putranya itu memasak dan memilih duduk di ruangan tamu, lalu menonton televisi.

Acara drama koreanya selalu di sore hari, membuat Ibu Sella malas melakukan apapun dan memilih uring-uringan di depan televisi. Lalu, menonton acara favoritnya itu.

Sedangkan Febri harus mengusap keringat yang terus bercucuran, seperti keran bocor. Kemeja putihnya, menjadi basah dan kotor. Baju yang dulu amat dibanggakannya, sebab bisa bekerja di perusahaan besar di tempatnya  sekarang tidaklah mudah. Banyak, perjuangan dan kerja keras yang diabaikan untuk berada di posisi sekarang.

Suara sang suami, menghentikan aktivitas mengepelnya. "Dek, kamu mandi dulu. Sudah senja ini! Tidak baik untuk perempuan menunda mandi hingga malam!" perintah Yusuf dan langsung dikerjakan oleh istrinya itu. 

"Dek, semoga semua perbuatanmu dibalas Tuhan berlipat ganda," guamam Yusuf  berharap seraya memandang punggung istrinya yang telah menjauh.

***

Malam harinya.

Setelah makan malam bersama, Ibu Sella mulai memancing pembicaraan dengan sang putra. 

"Suf, istrimu tidak patuh sama Ibu!" adunya dengan nada yang dibuat-buat sedih. Seolah dirinya yang dizalimi. Sedangkan Febri hanya mampu membuang nafas panjang, drama indosiar dimulai. 

Yusuf tidak langsung menanggapi apa yang dikatakan oleh ibunya, dia menanyakan hal itu kepada sang istri terlebih dahulu. 

"Benar, Dek?" 

Dengan raut wajah masam, Febri menjelaskan. Jika, ia lupa pamit sama Ibu Sella. Karena, dia tidak mau mengganggu waktu ngerumpi mertuanya ditempat abang sayur.

Yusuf berusaha untuk selalu bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan, dia kembali menanyakan hal tersebut kepada sang ibu. Menjadi perantara yang menyambung hubungan antara ibunya dan sang istri, sebab Yusuf tahu. Jika, ibunya tidak pernah menganggap sang istri seperti anaknya sendiri.

"Apa benar yang dikatakan oleh, Febri, Bu?"

Ibu Sella merasa kalah saingan dengan menantu–nya dan mencari-cari alasan, agar Febri dimarahi oleh Yusuf. 

"Dari pagi, Suf! Sebelum Ibu ke tempat Amang sayur. Istrimu mau nyelonong aja, gak mau bantuin, Ibu."

Febri tidak terima akan apa yang dikatakan oleh mertuanya itu dan langsung protes.

"Aku harus kerja, Bu! Lagian, hanya nyuci piring? Masa Ibu gak bisa ngelakuinnya sendiri?" jelas Febri kesal akan drama yang dimainkan oleh mertua–nya itu. 

"Dek, jangan tinggikan suaramu di depan Ibu," pinta Yusuf lemah–lembut. Namun, diartikan lain oleh Febri. Dia merasa jika suaminya lebih memilih sang ibu daripada dirinya.

Febri berlalu begitu saja, meninggalkan sumai dan ibu mertuanya. Dia memilih mengurung diri dikamar, sedangkan Yusuf berusaha memberikan pengertian kepada ibunya. Agar mengerti akan keadaan Febri yang memiliki pekerjaan diluar. 

Tidak serta-merta, menjadikan istrinya. Harus menyelesaikan pekerjaan rumah, sedangkan Febri juga memiliki pekerjaan yang lain.

"Jadi, kamu belain Febri? Daripada ibu, gitu? Yang selama ini membesarkanmu dengan susah–payah. Hingga, kamu bisa lulus sekolah dan bekerja? Jadi, ini balasan yang Ibu dapat untuk semua pengorbanan yang telah Ibu lakukan?"

Pertanyaan-pertanyaan menohok tersebut, membuat Yusuf tidak mampu berkata apa-apa lagi dan memilih untuk menyusul istrinya ke kamar. Meninggalkan omelan panjang kali–lebar sang ibu. Daripada dia melawan yang akan berujung jadi Maling Kundang? Lebih baik, ia menghindar.

Yusuf mendorong pelan daun pintu dan masuk kedalam, serta mengunci pintu kamar mereka. Takut-takut, jika ibunya tidak puas marah-marah sendiri dan menghampiri mereka.

Didekatinya sang istri yang tengah berbaring dengan menyelimuti seluruh badannya, dipanggilnya lembut wanita itu. "Dek … kamu masih marah?"

Isak tangis yang susah payah Febri tahan akhirnya pecah juga, dia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan langsung memeluk sang suami. Tangisnya pecah didalam dekapan hangat suaminya, tempat paling nyaman yang ia miliki setelah sang ayah. 

"Dek, maafkan Ibuku, ya? Dia memang suka berbicara kasar, tapi hatinya baik ko'," jelas Yusuf seraya mengusap rambut panjang sang istri dan menghirup aroma sampo yang masih melekat di setiap helai rambut.

Bagaikan aroma terapi yang menenangkan jiwa, menjadi candu untuk Yusuf.

"Mas, kenapa Ibu seperti itu? Aku dah berusaha keras untuk menjadi istri yang baik untukmu. Tapi, seolah semua itu tidak ada artinya bagi Ibu," jelas Febri menumpahkan perasaan sakitnya. Dia merasa usahanya selama ini sia-sia, sebab sang ibu mertua selalu saja mencari-cari kesalahannya. 

Disaat seperti ini, membuat Febri rindu akan almarhum ibundanya. Ibu Mariana sangat lemah–lembut dan penuh kasih sayang dalam mendidiknya. Bahkan, tidak pernah memaksakan kehendaknya pada Febri. 

"Sebab … Ibu Yana, Ibu kandungmu. Sedangkan ini, ibuku, Dek. Walaupun sama-sama ibu? Mereka orang yang berbeda," jelas Yusuf yang mengira jika istrinya menangis. Karena,  merindukan almarhum ibunya. 

Febri mengusap air mata yang membasahi pipinya dan menatap lekat wajah sang suami dan menanyakan hal yang menohok. 

"Aku tahu, Mas. Jika, dia ibumu! Bukan, ibuku. Tapi, boleh tidak? Jika, aku meminta dia menjadi seperti ibuku? Mas, tahu sendiri! Jika, Ibu pernah mengakui aku anaknya! Dia selalu mengatakan, jika aku hanya menantu!" jelas Febri merasa kecewa dengan sikap Ibu Sella kepadanya.

Yusuf mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan, dia menanyakan apa yang diinginkan oleh istrinya ketika nanti dirinya gajian. 

"Mas, mau kasih beliin kamu hadiah? Jadi, kamu mau apa?" tanya Yusuf dengan antusias. Namun, berbeda dengan Febri. Dia hanya tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya. Memang benar, besok mereka akan gajian. 

Akan tetapi, gaji suaminya dibawa gaji miliknya. Ditambah, harus dibagi tiga. Antara dirinya, sang mertua dan suaminya. Gaji pokok seorang office boy hanya dua juta per–bulan, dibagi tiga. Hanya menyisakan enam ratus sekian. 

Febri hanya mampu gigit jari, untung rumah yang mereka tempati milik orang tuanya. Sedangkan, rumah dinas untuknya ditinggali oleh sang ayah. Jika, tidak? Febri tidak mampu membayangkan apa yang terjadi dalam rumah tangganya yang baru berusia sejagung. 

"Dek, jadi kamu mau apa?" 

Pertanyaan sang suami membuatnya, terkejut dan salah tingkah, "Hah … mau yang itu!"

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Likenya yang mampir duluan.

2023-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sarapan Pagi.
2 Bab 2 Hari Bekerja
3 Bab 3 Uang Gajian
4 Bab 4 Bukan Anakku
5 Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan
6 Bab 6 Rumah Berantakan.
7 Bab 7 Menantu Durhaka
8 Bab 8 Kerja Sampai Pagi
9 Bab 9 Suami Baru
10 Bab 10 Gemericik Rumah–Tangga
11 Bab 11 Mertua Kepo
12 Bab 12 Bau Busuk Tercium Wangi
13 Bab 13 Berdebat Pakai Syaraf
14 Bab 14 Darah M
15 Bab 15 PILIH IBU ATAU AKU
16 Bab 16 Pulang Kerumah Ayah
17 Bab 17 Menjadi Jembatan
18 Bab 18 Dewasa Pilihan
19 Bab 19 Fitnah Kejam
20 Bab 20 Pulangkan Aku Pada Ayahku
21 Bab 21 Simpanan Berondong.
22 Bab 22 Anak Maling Kundang
23 Bab 23 Dicari Mantan Suami.
24 Bab 24 Mencari Menantu Durhaka.
25 Bab 25 Sekali Busuk Tetap Busuk
26 Bab 26 Rujuk
27 Bab 27 Pulang
28 Bab 28 Menantu Atau Babu
29 Bab 29 Keturunan POV Yusuf
30 Bab 30 Healing POV Yusuf.
31 Bab 31 Masa Lalu POV Febri.
32 Bab 32 Kembali Lagi POV Febri.
33 Bab 33 Febri Berubah.
34 Bab 34 Tamat Sementara
35 Promosi
36 Istriku Diam
37 Uang Gajian
38 Bertemu Anastasya
39 Yusuf Kalap
40 Diajak Dewasa
41 Wanita mandul
42 Lelah
43 Berulah
44 Utang
45 Menyerah
46 POV Yusuf
47 POV Febri
48 POV Febri
49 Ibu Lagi
50 POV Yusuf
51 POV Yusuf
52 Meminta Izin
53 Dilema
54 Perubahan
55 Perasaan Febri
56 Mencari Tahu
57 Alasan Sesungguhnya
58 Kebenaran Terungkap.
59 Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar.
60 Istri Karier
61 Haruskah Menyesal?
62 Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar
63 Haruskah Buka Kartu?
64 Semangat Baru
65 Kebangkitan Yusuf.
66 Perpisahan
67 Tamat
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Sarapan Pagi.
2
Bab 2 Hari Bekerja
3
Bab 3 Uang Gajian
4
Bab 4 Bukan Anakku
5
Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan
6
Bab 6 Rumah Berantakan.
7
Bab 7 Menantu Durhaka
8
Bab 8 Kerja Sampai Pagi
9
Bab 9 Suami Baru
10
Bab 10 Gemericik Rumah–Tangga
11
Bab 11 Mertua Kepo
12
Bab 12 Bau Busuk Tercium Wangi
13
Bab 13 Berdebat Pakai Syaraf
14
Bab 14 Darah M
15
Bab 15 PILIH IBU ATAU AKU
16
Bab 16 Pulang Kerumah Ayah
17
Bab 17 Menjadi Jembatan
18
Bab 18 Dewasa Pilihan
19
Bab 19 Fitnah Kejam
20
Bab 20 Pulangkan Aku Pada Ayahku
21
Bab 21 Simpanan Berondong.
22
Bab 22 Anak Maling Kundang
23
Bab 23 Dicari Mantan Suami.
24
Bab 24 Mencari Menantu Durhaka.
25
Bab 25 Sekali Busuk Tetap Busuk
26
Bab 26 Rujuk
27
Bab 27 Pulang
28
Bab 28 Menantu Atau Babu
29
Bab 29 Keturunan POV Yusuf
30
Bab 30 Healing POV Yusuf.
31
Bab 31 Masa Lalu POV Febri.
32
Bab 32 Kembali Lagi POV Febri.
33
Bab 33 Febri Berubah.
34
Bab 34 Tamat Sementara
35
Promosi
36
Istriku Diam
37
Uang Gajian
38
Bertemu Anastasya
39
Yusuf Kalap
40
Diajak Dewasa
41
Wanita mandul
42
Lelah
43
Berulah
44
Utang
45
Menyerah
46
POV Yusuf
47
POV Febri
48
POV Febri
49
Ibu Lagi
50
POV Yusuf
51
POV Yusuf
52
Meminta Izin
53
Dilema
54
Perubahan
55
Perasaan Febri
56
Mencari Tahu
57
Alasan Sesungguhnya
58
Kebenaran Terungkap.
59
Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar.
60
Istri Karier
61
Haruskah Menyesal?
62
Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar
63
Haruskah Buka Kartu?
64
Semangat Baru
65
Kebangkitan Yusuf.
66
Perpisahan
67
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!