Bab 4 Bukan Anakku

Apapun masalah yang terjadi dalam rumah tangga, hanya satu cara menyelesaikannya. Yaitu, hubungan ranjang. Febri sebagai istri, tidak bisa menolak permintaan suaminya yang satu ini. Hingga, mereka larut dalam kasih–sayang yang berada di bawah selimut. 

Tidak ada perasaan yang luar biasa, selalin terbang ke Nirwana bersama orang yang di cinta.  Beban akan sirna seketika, yang ada hanya perasaan tenang. Karena, bisa melepaskan harsat dan disalurkan kepada orang yang tepat.

Dengan deru nafas yang masih memburu dan keringat yang mengucur deras, membasahi tubuh yang terasa lelah. Yusuf memeluk tubuh sang istri dari belakang, lalu membisikan sesuatu di telinga istrinya itu.

"Maafkan, Ibu."

Hanya dua kata, namun mampu membuat air mata Febri jatuh. Kurang apa lagi dia mengalah kepada sang ibu mertua, bahkan gajih bulanan suaminya pun rela dia bagi. Dimana, seharusnya dia yang menjadi tanggung jawab sang suami penuh. Akan tetapi, harus selalu mengalah.

Febri tidak menanggapi apa yang di katakan oleh suaminya dan memilih untuk memejamkan mata, membawa perasaan luka yang tergores. Setelah, diberi kenikmatan dunia. Sungguh kejam memang, atau memang itu cara lelaki. Agar istrinya tidak marah. Namun, satu yang pasti. Febri merasa kecewa.

"Febri! Kamu harus kuat," batin Febri memberi motivasi pada dirinya sendiri. Sebab, tidak ada yang bisa dia adalkan. Kecuali, dirinya.

**********************************************************

Ke esokan harinya, sama seperti hari-hari yang telah berlalu. Febri mengerjakan semua pekerjaan rumah, dari memasak hingga mencuci. Namun, hari ini pekerjaannya agak ringan dari sebelumnya. Sebab, dia tidak bekerja. 

Hari, pekan merupakan hari yang paling di tunggu para pekerja kantoran seperti dirinya. Akan tetapi, dia masih menjalankan pekerjaan yang ada di rumah.

Saat ini Febri yang masih mengunakan handuk di kepala, karena baru selesai mandi. Seraya menyapu halaman dan menikmati mentari pagi yang sering kali dia lewatkan. 

Namun, dia kagetkan oleh  pangghilan sang suami dari dalam rumah dan tidak lama kemudian terdengar derap langkah kaki lelaki tersebut. 

"Dek!"

Febri hanya menatap heran sang suami dan mendekat, lalu meletakan sapu lidi yang di pegangnya.

"Ada apa, Mas?" tanya Febri ketika berada di dekat sauminya.

Tanpa banyak berbicara, Yusuf menyerahkan ponsel milik sang istri.  Tertera di layar ponsel nama Pak Martin, sang bos yang membuat Febri mengerutkan dahinya. Kenapa Pak Martin menelponya di saat hari libur seperti ini.

Febri segera menyambar ponselnya dan menyentuh layar yang berwarna hijau, lalu pangilan pun terhubung. 

Terdengar suara bariton Pak Martin yang langsung memerintahkannya untuk mengirim file yang diminta lelaki tersebut untuk dikerjakan besok, yang berarti hari ini.

"Tapi, Pak … ini hari—"

"Kirim lewat email saya!"

Tutty

Panggilan di putuskan secara sepihak, membuat Febri menepuk jidatnya. Belum, selesai dia menjelaskan. Panggiannya telah diputuskan dan terdengar perintah dari sang bos yang seolah  tidak boleh di bantah. 

Yusuf yang masih setia menunggu di depan istrinya, keingintahuannya tantang masalah pekerjaan yang istrinya kerjakan. Sampai, Pak Martin menghubungi. Tentu, ada hal yang penting. Namun, yang paling penting lagi. Yusuf merasa cemburu, tidak bisa dia pungkiri. Jika, merasa tidak nyaman. Ketika ada lelaki lain yang menghubungi sang istri, apa lagi ada dirinya. 

"Ada apa, Dek?" tanya Yusuf penasaran.

"Ini, Mas! Pak Martin meminta aku menyelesaikan pekerjaan yang kemarin," jelas Febri seraya masuk dan meninggalkan suaminya.

Sedangkan, Yusuf hanya mampu membuang nafas berat. Sudah menjadi resiko, memiliki istri yang bekerja. Sebab, wanita karir lebih mendahulukan. Urusan pekerjaan dari suaminya, hal itu harus Yusuf telan bulat-bulat.

Ketika, Yusuf duduk di luar seraya mengelus dada. Bersabar dan memberi pengertian akan pekrjaan sang istri. Di mana istrinya di tuntut oleh sang bos dan harus menomor dua–kannya.

Yusuf dikagetkan oleh suara sang ibu yang berteriak nyaring memanggil istrinya, "Febri! Dasar menantu durhaka!"

Ingin sekali, Yusuf menagis. Lain  kelakukan sang istri, lain pula ibunya. Hingga, Yusuf menegur sang ibu dengan lembut.

"Ada apa, Bu?"

"Suf! Lihat kelakuan istrimu yang malas! Ibu pikir dia telah menyelesaikan pekerjaan rumah. Tapi, nyatanya dia malah bermalasan di dalam kamar," terang Ibu Sella yang berpasaan dengan sang menantu dan melihat menantunya yang masuk ke kamar. Ketika dia keluar dan ingin berbelanja sayur. Ibu Sella, mendapati halaman rumah yang masih berantakan.

Yusuf akhinya menjelaskan, jika sang istri tengah melakukan pekerjaan. Di suruh oleh bosnya, karena Yusuf tidak ingin ribut-ribut. Dia mengatakan, jika akan menyanyikan pekerjaan s

sang  istri.

"Biar aku aja yang membersihkan halaman, Bu. Biarkan Febri bekerja," jelas Yusuf seraya mengambil sapu lidi.

Ibu Sella menjadi semakin kesal dengan sikap Yusuf yang membela Febri terang-terangan, tentu saja. Wanita itu mengomel-ngomel, seperti terompet yang berbunyi ketika tahun baru tiba.

"Bela terus! Istri kamu mau durhaka! Durhaka sama mertua! Durhaka dengan kamu suaminya!"

Namun, Yusuf tidak menanggapi apa yang keluar dari mulut ibunya itu dan mengaggap hanya angin lalu. Hingga, sang ibu berlalu.

"Dasar! Gak anak! Gak menantu! Bikin kesel! Dah, itu di kasih duit dikit! Katanya kerja? Tapi, nyatanya pelit! Memang mau di apakan tu duit?"

Ibu Sella, terus saja berbicara sendiri. Hingga, Ibu Eti yang sedari memperhatikan tingkah tetangganya itu menegur pelan.

"Bu Sella? Kenapa, pagi-pagi sarapannya ngomong sendiri?"

Ibu Sella yang di tanya seperti itu oleh tetangganya itu menjadi semakin bermuka suram, Ibu Eti yang terkenal sebagai tetangga yang super kepo.

"Saya dah sarapan nasi uduk, tadi! Saya cuma kesal sama istri Yusuf! Kerjaannya, bermalasan aja. Apalagi hari libur begini," keluh Ibu Sella dengan bumbu-bumbu pemedas yang membuat Ibu Eti dalam mode kepo naik secepat kilat.

"Memang gitu, Bu! Kalau menantu perempuan yang bisa cari duit sendiri! Kita, mah. Suami aja gak di hargai? Apalagi kita," terang Ibu Eti membuat Ibu Sella membernarkan apa yang di katakan oleh tetangganya itu dan berlanjut pada gosip dan gibah selanjutnya.

"Dulu, saya pikir Febri anak yang baik. Tapi, setelah menjadi istrinya Yusuf? Saya baru tahu belangnya," terang Ibu Sella.

"Kalau Febri, memang anak baik, Bu! Saya kenal betul dengan anak itu. Setelah, ibunya meninggal? Dia menjadi berubah, lebih pendiam dan tidak mau bergaul. Ya … seperti menutup diri," jelas Ibu Eti apa adanya. Sebab, memang mengenal Febri dan kedua orang tuanya dan dia tahu. Jika, Febri mengajak suami. Serta mertuanya tinggal di rumah milik Pak Brama.

Ibu Sella yang mendengar apa yang dikatakan oleh Ibu Eti merasa tidak nyaman, seolah dia hanya menumpang hidup pada menantunya.

"Iya … saya juga tahu hal itu! Tapi, gak seharunya juga dia melawan kepada saya!" terang Ibu Sella mengada-ada dan mulai menghasut Ibu Eti. Agar, berada di pihaknya.

Apa yang di lakukan oleh Ibu Sella terus berlanjut, setiap kali berkumpul dengan ibu-ibu lainnya. Jika, di tanya tentang Febri. Dia selalu menjawab bahwa Febri bukan anaknya dan dia tidak mau tahu akan urusan tentang menantunya itu. 

"Aku akan membuat namamu, menjadi hancur!"

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Hehee... namaprotagonis wanitanya sm dgn napen Kak Wilda..... sedihnya pny mertua begitu, apalagiserumah....

2023-03-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sarapan Pagi.
2 Bab 2 Hari Bekerja
3 Bab 3 Uang Gajian
4 Bab 4 Bukan Anakku
5 Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan
6 Bab 6 Rumah Berantakan.
7 Bab 7 Menantu Durhaka
8 Bab 8 Kerja Sampai Pagi
9 Bab 9 Suami Baru
10 Bab 10 Gemericik Rumah–Tangga
11 Bab 11 Mertua Kepo
12 Bab 12 Bau Busuk Tercium Wangi
13 Bab 13 Berdebat Pakai Syaraf
14 Bab 14 Darah M
15 Bab 15 PILIH IBU ATAU AKU
16 Bab 16 Pulang Kerumah Ayah
17 Bab 17 Menjadi Jembatan
18 Bab 18 Dewasa Pilihan
19 Bab 19 Fitnah Kejam
20 Bab 20 Pulangkan Aku Pada Ayahku
21 Bab 21 Simpanan Berondong.
22 Bab 22 Anak Maling Kundang
23 Bab 23 Dicari Mantan Suami.
24 Bab 24 Mencari Menantu Durhaka.
25 Bab 25 Sekali Busuk Tetap Busuk
26 Bab 26 Rujuk
27 Bab 27 Pulang
28 Bab 28 Menantu Atau Babu
29 Bab 29 Keturunan POV Yusuf
30 Bab 30 Healing POV Yusuf.
31 Bab 31 Masa Lalu POV Febri.
32 Bab 32 Kembali Lagi POV Febri.
33 Bab 33 Febri Berubah.
34 Bab 34 Tamat Sementara
35 Promosi
36 Istriku Diam
37 Uang Gajian
38 Bertemu Anastasya
39 Yusuf Kalap
40 Diajak Dewasa
41 Wanita mandul
42 Lelah
43 Berulah
44 Utang
45 Menyerah
46 POV Yusuf
47 POV Febri
48 POV Febri
49 Ibu Lagi
50 POV Yusuf
51 POV Yusuf
52 Meminta Izin
53 Dilema
54 Perubahan
55 Perasaan Febri
56 Mencari Tahu
57 Alasan Sesungguhnya
58 Kebenaran Terungkap.
59 Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar.
60 Istri Karier
61 Haruskah Menyesal?
62 Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar
63 Haruskah Buka Kartu?
64 Semangat Baru
65 Kebangkitan Yusuf.
66 Perpisahan
67 Tamat
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Sarapan Pagi.
2
Bab 2 Hari Bekerja
3
Bab 3 Uang Gajian
4
Bab 4 Bukan Anakku
5
Bab 5 Pengorbanan Anak Perempuan
6
Bab 6 Rumah Berantakan.
7
Bab 7 Menantu Durhaka
8
Bab 8 Kerja Sampai Pagi
9
Bab 9 Suami Baru
10
Bab 10 Gemericik Rumah–Tangga
11
Bab 11 Mertua Kepo
12
Bab 12 Bau Busuk Tercium Wangi
13
Bab 13 Berdebat Pakai Syaraf
14
Bab 14 Darah M
15
Bab 15 PILIH IBU ATAU AKU
16
Bab 16 Pulang Kerumah Ayah
17
Bab 17 Menjadi Jembatan
18
Bab 18 Dewasa Pilihan
19
Bab 19 Fitnah Kejam
20
Bab 20 Pulangkan Aku Pada Ayahku
21
Bab 21 Simpanan Berondong.
22
Bab 22 Anak Maling Kundang
23
Bab 23 Dicari Mantan Suami.
24
Bab 24 Mencari Menantu Durhaka.
25
Bab 25 Sekali Busuk Tetap Busuk
26
Bab 26 Rujuk
27
Bab 27 Pulang
28
Bab 28 Menantu Atau Babu
29
Bab 29 Keturunan POV Yusuf
30
Bab 30 Healing POV Yusuf.
31
Bab 31 Masa Lalu POV Febri.
32
Bab 32 Kembali Lagi POV Febri.
33
Bab 33 Febri Berubah.
34
Bab 34 Tamat Sementara
35
Promosi
36
Istriku Diam
37
Uang Gajian
38
Bertemu Anastasya
39
Yusuf Kalap
40
Diajak Dewasa
41
Wanita mandul
42
Lelah
43
Berulah
44
Utang
45
Menyerah
46
POV Yusuf
47
POV Febri
48
POV Febri
49
Ibu Lagi
50
POV Yusuf
51
POV Yusuf
52
Meminta Izin
53
Dilema
54
Perubahan
55
Perasaan Febri
56
Mencari Tahu
57
Alasan Sesungguhnya
58
Kebenaran Terungkap.
59
Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar.
60
Istri Karier
61
Haruskah Menyesal?
62
Promosi Novel Baru, Silahkan Komentar
63
Haruskah Buka Kartu?
64
Semangat Baru
65
Kebangkitan Yusuf.
66
Perpisahan
67
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!