Shari menyapu lantai kelas yang kotor, lalu Cekka sengaja menginjak sapu tersebut. Cekka tersenyum mengejek ke arahnya.
"Shari, kamu dekil sekali iya. Seperti orang kubu, yang tidak pernah mandi." Memandang rendah.
Shari memilih untuk mengacuhkannya, dan pergi begitu saja. Dia duduk di kursinya sendiri, lalu membaca buku untuk menghilangkan bosan.
Bara, Babay, Ande, Gundi, Tommi, dan Gugus melihat ke arahnya. "Wooo..."
Mereka melempar plastik api menyala ke kepalanya, lalu tertawa bersamaan. Shari emosi karena mereka membully sampai fisik. Shari meninju lengan Gugus, dengan tatapan sinis.
"Lah, seperti tidak suka melihat orang saja." Gugus bergidik ngeri.
"Perempuan sombong, dekil, jelek." ejek Gundi.
"Dia tidak berkaca, bisa-bisanya menaksir seorang laki-laki." Cekka mempermalukannya.
"Lalu, apa hal itu merugikanmu." Shari melawan mereka.
"Nanti dia nangis bro, mengadu lagi." Tommi mengejek.
"Nah iya, berlagak gaul sekalinya menangis." Cekka memasang ekspresi prihatin dibuat-buat.
Gundi mengambil botol di atas meja, lalu menyiram Shari hingga basah kuyup. Shari yang notabenenya lembut, langsung menangis saat dikeroyok.
Shari tidak ingin menunjukkan sakit hati depan mereka. Dia memilih berlari ke belakang kelas, lalu menangis tersedu-sedu. Irul kebetulan lagi di belakang kelas, lalu segera mendekat ke arahnya.
"Kamu kenapa Shari?" tanya Irul.
"Tidak apa-apa." jawab Shari, sambil menundukkan kepalanya.
"Lihat lawan bicara." ujar Irul.
Shari menoleh ke arahnya. "Tidak harus juga 'kan?"
"Harus menoleh, apa perlu senyum jika melihatku." Irul merogoh saku celananya, lalu memberikan tisu.
"Tidak perlu, aku bisa mengusapnya dengan tangan." Shari menunduk malu.
Irul masih melihatnya. "Apanya yang tidak perlu, tisu ini berguna menghapus air matamu."
"Baiklah." jawab Shari, sambil menerimanya.
Irul mempraktikkan gaya hewan kingkong. "Apa seperti ini wajahku menyeramkan, hingga kamu takut?"
"Tidak takut padamu, aku hanya seram. Di sekolah ini banyak iblis tidak terlihat, lebih baik kita ke emperan saja." jawab Shari.
”Aku bukan takut denganmu, tapi aku tidak mau rasa ini diketahui olehmu. Nanti kita tidak bisa berteman lagi. Aku sedang butuh bantuan, aku di-bully sama teman-teman kamu Irul.” batin Shari bicara.
Shari dan Irul berjalan ke emperan, lalu mengambil buah berwarna hijau. Awalnya Shari duluan, tapi Irul ikut-ikutan. Dia melihat Shari yang membuat rujak dari buah yang biasa dipanggil mangga tersebut.
"Tidak apa-apa memangnya, nanti ada yang marah kita makan ini." ujar Irul.
"Kamu ketinggalan info, aku sudah tanya pada penjaga satpam sekolah. Buah ini bebas dimakan, karena yang menanam siswa dan siswi yang sudah lulus." jelas Shari.
"Iya juga si, ditanam pada lahan sekolah artinya milik sekolah." ujar Irul.
"Aku sudah izin kok sama kepala sekolah." Shari tersenyum ke arahnya.
"Berarti, kamu sudah terbiasa menjadi monyet." canda Irul.
"Tidak begitu Irul, aku biasa menyelipkan diri pada ketiak monyetnya." Shari menutup mulutnya, yang hendak tertawa.
Di kelas, pelajaran tidak dimulai. Sedang ada rapat di kantor, jadi sekarang waktunya bermain. Jam kosong menjadi seru, karena mereka bercanda bersama.
"Woy Bara, kamu mau aku cubit ginjalnya." ujar Nikna, sambil tegak pinggang.
"Ampun Nikna, kamu jangan galak dong." jawab Bara.
"Sudah jadian belum sama Irul?" tanya Ande.
"Sudah, tapi dia tidak mau diajak jalan." Nikna menjadi sebal.
"Irul memang seperti itu Nikna, dia 'kan anak rumahan." ujar Bara.
"Hmmm... mana betah aku, diajak foto berdua saja tidak mau. Orangnya sensitif, sulit mau menegurnya." Nikna sedikit keberatan.
Mereka semua keluar dari kelas, setelah mengucapkan kata sabar pada Nikna. Cekka heboh melihat Shari dan Irul di bawah pohon.
"Jangan-jangan, orang yang Shari suka Irul. Lihat deh, respon tinggi sekali." ujar Cekka.
"Sembarangan makan boleh, tapi jangan sembarangan bicara." jawab Shari
"Shari mengajak Irul menikah. Oy, sungguh terlalu dia." ujar Cekka.
"Hahah... hahah... rusak juga, masih zaman sekolah." timpal Gugus.
"Kebelet nikah tuh pantas dipasung." sahut Tommy.
"Yaelah, jahat sekali kamu." Cekka geleng-geleng kepala.
"Kamu juga jahat!" Gundi ingin tertawa terbahak-bahak, sambil memegangi perutnya.
"Dih, ingin aku masukkan ke dalam karung kalian." Shari tersenyum, namun kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Kaila
Kasian Shari
2023-06-16
1