Cekka Punya Niat Buruk

Keesokan harinya, Irul masuk ke dalam perpustakaan. Shari melihatnya dari kejauhan, saat dia sedang bercanda bersama Yutra. Ada rasa tertarik, saat tindakannya menyentuh hati Shari.

”Mengapa dia baik sekali denganku, sifatnya juga tulus dalam berteman.” batin Shari kagum.

Pelajaran Ibu Mihayu dimulai, semua siswa dan siswi disuruh mencatat. Mereka mengerjakan tugas mengelola buku besar. Ibu Mihayu sudah memberikan kesan pertama untuk Shari, sebagai anak yang pendiam, tidak banyak bicara.

"Kode akun diletakkan di sisi kanan, dan nama akun diletakkan di sisi kiri. Setelah itu, kalian isi saldo dengan menyesuaikan debit dan kredit. Sudah mengerti belum?" tanya ibu Mihayu memastikan.

"Mengerti Bu." jawab semuanya serentak.

"Ibu akan kasih kalian tugas, silakan kerjakan iya." ujar ibu Mihayu.

"Iya Bu." jawab Yutra, suara mewakili paling kuat.

Ibu Zainab masuk ke kelas, mengajar pelajaran Bahasa Inggris. Dia melihat ke seluruh siswa dan siswinya. Ada hal yang ingin disampaikan olehnya.

"Ibu mau memberitahu, bahwa di kelas tidak boleh ada yang mengadu. Sedikit-sedikit ditarik lengan bajunya, panggil-panggil guru. Ibu malas, melihat hal seperti itu terulang." ucap ibu Zainab.

"Biasanya perempuan, yang bersikap seperti itu Bu." jawab Gugus.

"Iya Bu, perempuan kebanyakan lebay." Bara nyengir, menahan diri tidak cengengesan.

"Tidak juga, kami tidak seperti itu Woo..." Yani menyoraki Bara.

"Hahah... hahah..." Ratia tertawa.

Yuli dan Ningsih duduk berdua, hanya tersenyum melihat mereka sibuk. Shari diam saja, begitupula dengan Maria. Baru saja punya inisiatif untuk mengatakan yang dirasakan, namun mengurungkan niat dalam hati. Kalau mengadu tidak digubris percuma saja, tidak semua mengerti apa yang orang lain rasakan.

"Sekarang kalian baca cerita bahasa Inggris halaman 66."

"Iya Bu." jawab semuanya.

Di dalam kelas Gugus melemparkan kertas dan plastik, yang telah dibakar korek api bersama dengan Tommi. Sengaja dibentuk bulat-bulat, agar mudah untuk dilempar.

Shari menjadi tidak fokus, saat ibu Aima menjelaskan. Shari memarahi mereka semua, karena mengganggu konsentrasi. Masih tidak mengakui perbuatannya, padahal di belakang Shari hanya ada mereka.

"Kesal sekali si lihat mereka, pelajaran sulit ditambah berisik. Bagaimana aku mau konsentrasi, mendengar penjelasan Ibu Aima. Belum lagi mata minus, duduk di belakang." monolog Shari.

Bara hendak menyiramnya dengan air, lalu Irul menghalangi kepala Shari dengan jaket. Shari menoleh ke orang yang membelanya, dan Irul juga melihat ke arahnya. Sekilas saja, lalu segera menyingkir.

"Aduh Shari, Shari, nasib kamu ini benar-benar malang iya." ucap Bara.

"Tidak baik Bara, jangan seperti itu." Irul membelanya.

Kurang mendapatkan simpati disaat terkena tekanan batin, membuatnya merasa sangat sedih. Teringat bahwa SMK Pelangi Senja tidak ada menerapkan larangan bully. Banyak menganggap yang dirasakannya sepele, hanya candaan semata.

Sore harinya, Shari duduk santai. Dia membuat sebuah puisi, lalu memposting di sosial media. Teman-teman sekelasnya ada yang membaca, dan juga siswa dari jurusan lain yang berteman di akun pribadinya.

"Mau menonton televisi malas, mau belajar jenuh, mau jalan tidak ada temannya. Bosan dibully terus menerus di tempat tinggal sendiri." Shari melangkahkan kakinya ke belakang rumah, memilih bermain ayunan.

Keesokan harinya, Shari kembali ke rumah kedua. SMK Pelangi Senja, sebenarnya tempat yang membuat tidak bosan. Bisa bertemu teman-teman, lalu berkumpul bersama. Namun dibully dan dipermalukan di depan umum, sungguh bukan hal yang menyenangkan.

"Ayo kita sengaja permalukan dia." ajak Cekka.

"Lebih menyenangkan kalau dia berhasil dikerjai." Gugus ikut nimbrung.

"Dia orangnya cuek pun, kalau dibully saja kurang ekstrim. Cari tahu siapa laki-laki yang dia sukai, tampaknya Shari selalu bertemu." Cekka hanya menebaknya.

Tommi senyum sambil memiringkan bibirnya. "Kurang kerjaan saja."

Bara ikut bergabung. "Kami ikut sajalah."

Cekka merokok diam-diam, dari pengawasan para guru. "Aku ingin Shari sampai menangis, lebih seru bro."

Babay angkat tangan sambil senyum. "No, nanti malah dapat masalah. Dia mengadu ke guru, kita bisa apa."

"Kita beramai, sedangkan dia sendirian. Posisi dia tidak kuat, palingan temannya Qusna dan Maria." Cekka mulai menganggap remeh Shari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!