Shari bersandar di pohon, terdiam seribu bahasa. Dia melihat banyak siswa dan siswi yang berlalu-lalang. Shari mendengarkan pembacaan shalawat, lalu merasa lebih tenang.
"Astaghfirullah, jaga hatiku agar tetap terarah. Shari, Shari, bisa-bisanya kamu cemburu."
Shari masuk ke dalam kelas, lalu melihat Irul dan Nikna. Mereka sedang tersenyum sambil pandang-pandangan.
"Kamu makan sedikit saja, nanti kebobolan. Makanan ini pedas, bisa membuat sakit perut."
"Sungguh perhatian, aku suka sama kamu." jawabnya.
Nikna tersenyum memandang Irul, sambil mencolek pipinya dengan lembut. Shari malas melihat mereka pacaran, jadi memilih untuk keluar kelas.
"Eh Shari, siapa laki-laki yang kamu sukai dalam diam?" tanya Cekka.
"Tidak ada." jawab Shari.
"Lah, status Facebook kamu yang bertuliskan mencintai dalam doa, memangnya untuk siapa?" tanya Cekka, penuh selidik.
"Kepo!" jawab Shari, dengan spontan.
Shari memilih meninggalkannya yang terdiam, namun pikiran obsesi Cekka membuat dirinya frustasi. Cekka begitu penasaran, siapa orang yang telah memenangkan hati manusia beku tersebut. Jelas-jelas Cekka tahu, dia sulit untuk didapatkan. Seperti jinak-jinak merpati, yang jika ingin ditangkap malah kabur.
Pelajaran dimulai kembali, yaitu tentang jurnal umum. Ibu Aima sengaja mengulangnya, agar melekat di ingatan siswa dan siswi. Yutra duduk di sebelah Irul, dan Shari di sebelah Maria. Tadi Qusna hanya menumpang sementara, sebenarnya dia duduk dekat dengan Nuri.
"Ibu akan menguji kalian semua satu persatu." ucap Ibu Aima.
"Baik Bu." Semuanya menjawab serentak, sambil menutup buku.
"Shari, kas bertambah di mana?" tanya Ibu Aima.
"Didebit Bu." jawab Shari lirih.
"Wooo..." Para laki-laki sewot mulai menyorakinya, sambil lempar-lempar kertas.
"Kalian ini pintarnya menghina orang lain, kalau ditanya belum tentu tahu. Yang dikatakan Shari benar, kas bertambah didebit." Ibu Aima menegur para muridnya.
Mereka semua terdiam, namun masih ada yang cengengesan. Cekka yang paling tidak sadar diri, sengaja menjambak jilbab Shari dari belakang. Sungguh membuat risih saja, karena sibuk terus menerus.
"Diam kenapa Cekka, aku tidak nyaman mau belajar." celetuk Shari.
"Terserah kamu, aku tetap suka mengganggu." jawab Cekka.
"Aku bilang diam iya diam, aku susah mau memperhatikan guru mengajar." ujar Shari, dengan ketus.
"Jangan terlalu serius, nanti cepat tua loh." jawab Cekka.
Ibu Aima bergiliran menoleh ke arah Qusna, ingin bertanya tentang rumus persamaan dasar Akuntansi.
"Qusna, hutang bertambah di mana?" tanya ibu Aima.
"Bertambah didebit." Qusna menoleh ke banyak orang, karena dia tidak tahu.
"Hahah... hahah..." Cekka tertawa terbahak-bahak.
Gugus menahan tawa. "Haduh Qusna, lu belajar pakai karung iya. Sampai-sampai tidak bisa membedakan mana benarnya."
Nuri nyengir dan tertawa ngakak. "Hahah... parah sekali Gugus ini. Kamu, kamu itu pintar sekali mengejek."
Ibu Aima memukul meja dengan spidol. "Diam-diam Cekka, Gugus, kalian ini dari tadi sibuk terus. Nanti giliran ditanya tidak tahu, sibuk menoleh kanan dan kiri." Ibu Aima melihat ke arahnya.
Qusna malu karena disorak-sorak, namun tetap tersenyum. Anggap saja angin lalu pikirnya, memang begitu watak teman sekelasnya. Mereka terlalu heboh, ngomong tidak mikir dulu, terlalu menggila untuk memuaskan hati sendiri.
"Irul, piutang bertambah di mana?" tanya ibu Aima.
"Didebit Bu." jawab Irul.
"Yuli, hutang bertambah di mana?" tanyanya lagi.
"Dikredit Bu." jawabnya.
Ibu Aima menunjuk papan tulis dengan spidol, lalu semua menoleh ke arahnya. Ibu Aima menulis sebuah penjelasan mengenai Akuntansi.
"Anak-anak, jurnal umum ini adalah penyelesaian untuk transaksi perusahaan jasa. Jika tidak hafal rumus tadi, bagaimana kalian mau memulainya. Untuk itulah, teori dasarnya harus dikuasai." ujar ibu Aima.
"Iya Bu." jawab semuanya.
"Jangan iya iya saja, Ibu akan mengetes kemampuan kalian Minggu depan. Ini dimasukkan ke dalam penilaian, jadi harus benar-benar paham. Sekarang kalian kerjakan halaman empat puluh lima. Catat poin pentingnya saja." ujar ibu Aima.
"Iya Bu." Semuanya memegang pena, lalu fokus mencatat pelajaran.
Tidak lama kemudian, Cekka sengaja mengusik Shari. Dia menjambak jilbabnya lagi, tidak segan pula mengajak teman yang lain. Lempar kertas untuk membuat onar, entah apa yang ada di dalam kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments