"Ayo, ikut ibu ke kamar atas. Nanti bisa mandi di sana. Karena ada kamar mandi di dalamnya."
Saat sudah di lantai atas Tara begitu terkejut melihat kamar yang ada di atas.
"Masuk neng, bersihkan dirimu!" Pinta Bu Nur.
Dengan takjub Tara memandang setiap lukisan yang terpampang di dinding. Kamar yang di dominasi warna pink, Tara bisa menyimpulkan kalau ini adalah kamar perempuan.
"Ini adalah kamar anak bungsu Ibu, dia sekarang di pondok pesantren. Pulang ke rumah tiga bulan sekali." Jelas Ibu Nur.
"Kalau anak ibu yang lain?" tanya Tara.
"Yang satu kerja di Bandung dan yang satu lagi sudah nikah, sekarang tinggal sama suaminya di Wonosobo." Jawab Ibu Nur.
"Bapak dan ibu sendiri dong setiap hari? Ke tiga anaknya kan sudah hidup jauh dari kalian."
"Yang di Bandung seminggu sekali pulang neng. Yang di Wonosobo jarang karena jarak jauh. Tapi setiap hari selalu berkabar dengan ibu dan bapak lewat telepon."
Tara menggangguk paham. Sepertinya harmonis sekali. Tidak seperti dirinya yang di buang orang tuanya. Tapi setidaknya Tara pernah merasakan kehangatan keluarga saat di panti asuhan. Dari suster-suster di panti dan dari saudara di panti asuhan.
Bu Nur menyadari diamnya Tara. Lalu ia berkata "Neng, mandilah dulu! Nanti kita makan malam bersama. Ibu tinggal ke bawah sebentar ya?"
"Iya bu."
Bu Nur pergi meninggalkan Tara sendiri agar lebih leluasa.
"Pasangan suami istri yang baik. Anak-anaknya pasti sangat bahagia memiliki orang tua seperti bu Nur dan pak Rusli." Lirih Tara.
Ada perasaan iri terbesit di hati Tara. Betapa bahagianya anak-anak Pak Rusli yang memiliki orang tua baik dan sayang kepadanya. Berbeda dengan Tara yang sejak bayi sudah di buang oleh orang tuanya.
Tidak mau larut dalam kesedihan masa lalu Tara segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Tidak butuh waktu lama Tara selesai dengan ritual mandinya. Ia turun dengan kaos oblong warna hijau dan celana panjang.
"Ayo, kita makan bersama neng!" Ajak Bu Nur.
Tara menggangguk setuju ia mendudukkan tubuhnya di samping tempat duduk bu Nur.
Mereka bertiga makan dengan lahap dengan menu oseng kangkung dan ayam goreng.
"Alhamdulillah," Ucap Pak Rusli di akhir makan nya.
"Alhamdulillah, malam ini masih di beri nikmat pak." Saut Bu Nur.
"Iya, bu. Neng Tara malam ini nginep di sini dulu! Besok pagi biar di temenin ibu cari kost di gang sebelah." Ucap Pak Rusli.
"Iya pak." Jawab Tara.
Keesokan paginya Tara di temani Bu Nur mencari kost di gang sebelah rumah pak Rusli. Dan sampai sekarang Tara tinggal di kost tersebut. Hubungan Tara dengan pak Rusli dan keluarga juga sangat baik. Berawal dari pertemuan mereka Tara yang sebagai penumpang angkot dan pak Rusli sebagai sopir dan pemilik angkot. Pak Rusli sebenarnya memiliki beberapa kamar kost tapi sudah penuh sehingga Tara harus mencari di tempat lain.
Flash back off
Tara masih setia mengusap punggung Salma. Kalau sudah seperti ini Tara seperti ibu bagi Salma. Sifat dan sikap Tara yang memang sangat peduli kepada adik-adiknya di panti menjadikan nya pribadi yang tulus dan saling mengasihi.
"Udah belum nangis nya?" Tanya Tara.
"Gue ngga nangis ya. Udah kering nih air mata." Kilah Salma. Ia tidak mau mengakui kalau sebenarnya dirinya sedang menangis.
"Yasudah, iya ngga nangis tapi ingus keluar semua bikin kaos gue basah."
"Mana ada kayak gitu, udah lah gue mau ke kamar mandi sebentar," Salma mengurai pelukannya. Ia beranjak dari tempat duduknya.
Melihat Salma yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. Tara segera menyiapkan piring untuk tempat nasi uduknya agar bisa di nikmati bersama Salma.
" Lo habis beli nasi uduk di depan ya? " Tanya Salma yang baru keluar dari kamar mandi.
"Ngga, ini tadi gue dibayarin mas yang kost
di depan." Jawab Tara.
"Wuih, siapa tuh? Jangan-jangan dia naksir lo ya? Lumayan lah, dari pada lo jomblo terus."
"Jomblo bahagia itu sesuatu ya Salma. Dari pada punya pasangan ujung-ujungnya di tinggalin kayak lo."
"Ngga semua pria itu brengsek Tara. Masih ada pria yang baik kok."
"Ngga ada cinta dari pria yang tulus. Gue ngga percaya cinta dari manusia. Cukup cinta gue sama Tuhan. Sayang iya, cinta dan buta karena suatu hubungan dengan seorang pria adalah hal yang mustahil buat seorang Tara."
"Dih, lo sekarang bilang gitu. Ntar lo bucin baru tahu rasa."
"Gue tahunya micin yang bikin masakan sedap."
"Percuma gue debat sama lo."
"Yasudah ngga usah debat. Emang gue ngga percaya cinta dari pria."
Salma lelah berdebat dengan Tara. Hati sahabatnya sudah membeku. Rasa sakit di masa lalu karena di buang orang tua, serta rasa percayanya kepada sahabat masa kecilnya membuat Tara jera akan suatu hubungan yang spesial dengan lain jenis. Terkadang satu atau dua peristiwa yang membuat orang terluka itu mampu mengubah semuanya.
Rasa takut yang berlebihan sakit hati dan kecewa membuat hati orang mengeras seperti apa yang di alami Tara. Tinggal percaya kepada orang lain begitu tipis seperti selembar tisu. Hidupnya tidak suka ikut campur urusan orang lain dan dia akan cenderung menyendiri.
"Udah, yok makan!" Ajak Tara.
"Habis makan gue istirahat di sini ya?"
"Iya, dan seperti biasa nyokap lo akan telepon ke gue buat nanyain lo. Dan gue bilang lo masih molor."
"Tara kau yang terbaik."
"Ingat jajan gue seminggu jangan lupa. Di dunia ini ngga ada yang gratis. Rugi aku dong udahan ngasih makan, tidur gratis pula."
"Ngutang dulu gue. Besok kalau gajian gue bayar. Tapi ntar gue sengaja lupa ngga bayar."
"Ck, teman luknat kau, tahu gitu ku biarkan saja kau tidur di luar."
Akhirnya mereka tertawa setelah perdebatan kecil tadi. Tara sudah mengenal baik keluarga Salma. Karena Tara sendiri di Jakarta dia sering berkunjung di rumah Salma. Selain pak Rusli dan Bu Nur orang tua Salma juga sangat sayang dan baik dengan Tara.
Bukankah selalu ada hal baik yang mengelilingi kita saat kita punya perasan yang tulus. Dan tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan pula itulah prinsip Tara. Jadi hidup sendiri mengandalkan diri sendiri tidak punya orang tua tapi masih ada beberapa orang yang tulus dan sayang padanya.
"Gue tadi pagi nabrak pak ustad deh pas jalan ke sini." Ucap Salma di sela makannya.
"Kok bisa? Ko jalannya meleng ya?"
"Ustad nya wangi banget dan kayaknya tampan deh." Puji Salma kepada Awan yang di tabrak nya tadi pagi.
"Namnya Awan, dia kost di depan."
"Ha, serius? Lo kenal sama dia?" tanya Salma yang semakin penasaran dengan sosok Awan.
"Nasi uduk yang lo makan di traktir sama dia."
"Apa! Lo serius?" Tanya Salma sambil berteriak.
"Dua kali serius ini nasi uduk dia yang bayar."
"Aduh gue jadi enak deh kalau gini." Ucap Salma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ◉ᷜᴀͥɴͬᴅⷶʀᷠᴇⷶ𝓐𝔂⃝❥ᴳ᯳ᷢ
Cinta dan Kasih Sayang yang tulus itu hanya TUHAN kepasa Umatnya.
jangan kek saya, cinta dan sayang sama manusia tapi diabaikan.. hiliiihhh asemm tenaaann🥲🥲
2023-07-29
0
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ◉ᷜᴀͥɴͬᴅⷶʀᷠᴇⷶ𝓐𝔂⃝❥ᴳ᯳ᷢ
lebih baik jomblo, kagak pusing, kagak baperan, kagak cemburuann. 😁😁😁😁
2023-07-29
0
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ◉ᷜᴀͥɴͬᴅⷶʀᷠᴇⷶ𝓐𝔂⃝❥ᴳ᯳ᷢ
derita memeluk orang yang lagi nangis pasti ingusnya nempel semua di baju kita.😑😑😫😫
2023-07-29
0