Jika cinta itu ada dan nyata, tapi kenapa mereka tega membuangku? Ku rasa tak ada cinta yang tulus selain cinta dari-Nya.
- ***Tara*** -
Iya bu, makasih ya!" Setelah berucap Tara pergi meninggalkan warung Bu Susi.
"Selamat menikmati sebungkus nasi uduk cinta ya neng," Goda Bu Susi.
Tara tersenyum sambil menenteng kresek hitam berisi dua porsi nasi uduk. Mengingat kembali pertemuan nya dengan Awan. Lumayan ganteng dan baik, itulah yang ada di pikiran Tara.
Ceklek
Perlahan Tara masuk ke dalam kamar kost nya. Lagi-lagi helaan napas mengiringi langkahnya saat melihat sahabatnya berbaring tak berdaya di atas kasur busa miliknya.
"Mau sampai kapan lo kayak gini, Salma! Gara-gara cinta jadi kayak gini. Bangkitlah! Hidup kita terlalu indah untuk meratapi cinta. Untuk gue ngga bisa cinta sama manusia. Cukup aku cinta dengan Tuhan." Lirih Tara
"Tara, gue haus. Ambilin minum dong!" Pinta Salma.
"Udah sadar lo?" Tanya Tara, tangan kanan nya terulur memberikan segelas air putih kepada Salma.
"Udah, untung gue bisa pulang. Gue minum kebanyakan tadi malam," jawab Salma dengan sekali tegukan ia menghabiskan air dalam gelas yang di berikan Tara tadi.
Salma adalah sahabat Tara. Mereka bersahabat dari lama. Karena patah hati Salma sering menyiksa dirinya dengan minum - minuman keras dan menghabiskan waktu malam minggu nya di club malam sudah beberapa minggu terakhir.
"Lo untungnya apa sih kayak gini, Salma? Si Darren juga ngga lihat kondisi lo yang kayak gini kok. Udah sekarang tata hidup lo, masih banyak pria baik yang akan mencintai lo apa adanya."
"Gue ngga ada untung apapun, tapi gue seenggaknya bisa lupa masalah gue sejenak Tara. Gue merasa tidak layak buat siapapun setelah apa yang gue lakuin dengan Darren. Gue nyesel udah percaya ama dia. Gue nyesel Tara," teriak Salma. Sesaat ia tertunduk, menumpahkan tangisnya di hadapan Tara.
Mengatasnamakan rasa percaya karena di landasi cinta. Satu kesalahan di buat yang tertinggal hanya penyesalan semata. Yang Hilang tidak akan kembali, sakit adalah keharusan yang di rasa setiap saat. Tidak bisa lupa, tapi haruskah kita terpuruk? Bukankah semua orang pernah melakukan kesalahan?
"Lo, tetaplah lo . Masih Salma yang baik yang banyak di sayangi orang. Tidak ada yang hilang dari diri lo, Salma. Kalau lo terpupuk seperti ini apa Darren lihat lo? Apa dia akan balik lagi sama lo? Udah gue bilang dari awal ngga ada cinta tulus dari manusia. Hanya Tuhan yang tulus sama kita. Kasih sayang semua orang semu menurut gue. Dan lo masih nekat sama Darren."
Flash back on
Salma mendekat ke arah Tara yang sedang duduk di ujung kasur. Salma memeluk tubuh Tara dengan kuat. Rasanya ini adalah hal yang paling menenangkan untuk dirinya. Usia Tara tiga tahun lebih tua dari Salma. Jadi, bisa dibilang Tara adalah sosok seorang kakak bagi Salma. Sikap dan sifat Tara yang dewasa tidak semata terjadi begitu saja. Ia yatim piatu tumbuh besar di panti asuhan di caci dan di maki orang adalah hal bias untuknya saat ia memutuskan meninggalkan panti asuhan. Dan hidup di kota Jakarta tidaklah mudah. Bahkan suatu saat ia pernah menyalahkan Tuhan atas semua yang menimpa dirinya. Dibuang keluarga, di tinggal sahabat kecilnya yang pernah tumbuh bersama di panti asuhan. Di kucilkan di lingkungan kerja. Bahkan makan dengan garam pun pernah ia lakukan.
Sesat Tara terpuruk, tapi ia bangkit lagi karena di luar sana ada banyak yang lebih susah darinya. Tara tidak percaya siapapun dalam hidupnya. Orang tua yang seharusnya mencintai dan menyayangi sepenuh hati malah membuang dirinya. Lalu, cinta dari manusia mana yang Tara percaya? Menjadikan hati Tara tak tersentuh oleh siapapun. Waktunya dia habiskan untuk bekerja dan bekerja demi merubah nasibnya. Masih ingat dengan jelas saat ia dari Surabaya berangkat ke Jakarta untuk mencari sahabat kecilnya. Bermodal uang yang tidak seberapa dan selembar foto serta alamat yang tertera di daerah Kalideres Tangerang tapi ia tidak berjumpa dengan sahabatnya. Alamat yang di tuju ada tapi sahabatnya tidak tinggal di sana lagi.
Malam itu di sebuah angkot ia duduk di pojok paling belakang sambil tangan gemetaran dengan tangan membekap tas ransel warna hitam miliknya. Angkot dari Cimone Tangerang menuju ke Kalideres dan berhenti di daerah Rajek sudah sepi tinggal beberapa penumpang saja karena jam sudah menunjukkan pukul 20.00 wib. Tara hanya diam di sebuah angkot warna kuning ia pasrah kemana angkot itu membawanya.
"Neng, ngga turun? Ini udah pemberhentian terakhir angkot. Bapak akan kembali ke Tangerang lagi neng." Jelas supir angkot kepada Tara.
"Sa-ya, ngga tahu harus kemana pak. Tadi saya dari sana cari alamat teman saya tapi ngga ketemu." Air mata yang di tahan Tara pun tumpah seketika. Seorang diri di kota orang tidak ada sanak saudara.
Sopir angkot itupun merasa iba terhadap Tara. Ia berinisiatif menolong Tara.
" Yasudah, ikut bapak ya? Nanti bapak carikan kost di daerah Cimone dekat rumah bapak."
"Iya, pak. Makasih."
Antara percaya dan tidak Tara hanya menurut si bapak sopir angkot. Kalau turun di pinggir jalan pasti akan banyak penjahat. Kalau ikut pun belum tentu bapak sopir angkat adalah orang baik-baik. Tapi, Tara memilih ikut bersama bapak sopir angkot. Setidaknya ia ngga kehujanan karena di luar sedang gerimis.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam. Angkot berwarna kuning itu berhenti di sebuah gang yang cukup lebar. Berhenti di depan rumah yang cukup besar di antara rumah lainnya.
"Turun, nak! Ayo masuk!" Pinta bapak sopir angkot.
Masih diam di tempat Tara semakin gemetar. Pikiran jelek tiba-tiba bersliweran di kepalanya. Kedua tangan mencengkeram kuat tas warna hitam miliknya.
Bapak sopir angkot pun mengerti. Pasti gadis yang ada di dalam angkotnya ketakutan. Ia lantas masuk rumah dan memanggil sang istri.
Tara yang melihat bapak sopir angkot pergi hanya diam. Rasa takut lapar dan gerah karena dari pagi belum mandi dan makan. Bukan tidak ada uang sama sekali tapi ia tidak berselera untuk makan.
"Assalamualaikum nak, ayo turun! Jangan takut ada ibu dan bapak disini." Sapa seorang wanita paruh baya memakai hijab sungguh cantik dan terlihat meneduhkan.
Tara mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum melihat ibu paruh baya yang cantik tersebut.
"Waalaikumsalam, bu." Jawab Tara.
"Ayo, turun! Ini sudah malam bersihkan diriku di dalam. Jangan takut ada ibu dan bapak disini."
Tara turun dari angkot, ia berjalan mendekat ke arah ibu tersebut. Tangan Tara di gandeng untuk masuk ke dalam rumah. Langkahnya pelan mengikuti istri sopir angkot.
"Duduklah!"Pinta Ibu Nur.
"I-iya, bu," Tara duduk tapi pandangan tak henti menyapu setiap sudut ruangan yang berukuran 4x3 tersebut. Lukisan kaligrafi mendominasi serta foto sepasang suami istri yang saat di tanah suci. Dia adalah pak Rusli dan istrinya Nur. Sepasang suami istri paruh baya yang baik hati menolong Tara.
"Jangan takut, ibu dan bapak adalah pendatang dari Bojonegoro. Kita sama-sama dari Jawa. Bapak perhatikan logat kamu yang medok itu seperti orang Jawa nak. Nama kamu siapa?" tanya Pak Rusli yang ikut bersuara. Sudah dari angkot sebenarnya pak Rusli memperhatikan gerak-gerik Tara.
"Njih, pak. Kulo tiang Surabaya. Nami kulo Tara." Jawab Tara menggunakan bahasa Jawa.
"Oalah, Surabaya to. Yowes saiki ados kono nduk. Awakmu di resikki. Terus mengko mangan bareng."
"Sampean niku pak, awakke dewe rung siram kok ngangkon wong liyo."
"Iya, yo bu. Yowes bapak siram ndisek lah," Pak Rusli berlalu meninggalkan istri dan Tara di ruang tamu.
"Ayo, ikut ibu ke kamar atas. Nanti bisa mandi di sana. Karena ada kamar mandi di dalamnya."
Saat sudah di lantai atas Tara begitu terkejut melihat kamar yang ada di dia atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
martina melati
untung ktmu sm org baik... kalo org jahat bisa dibawa k club mlm y... eitsss bukan fitnah lho thor...
2024-09-28
0
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
wah Tara kisahmu kenapa hampir mirip denganku tapi q tidak dibuang tapi karena kedua orang tua q sudah pada meninggal sewaktu masih kecil jadi banyak kisah pilu di baliknya😭😭😭
2024-03-29
1
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ◉ᷜᴀͥɴͬᴅⷶʀᷠᴇⷶ𝓐𝔂⃝❥ᴳ᯳ᷢ
sopir angkot apa sopir angkat thorr? berat kalo di angkat.😂
2023-07-29
1