Memulai Pencarian Calon Istri

Setelah sang ibu lebih baik, Kevin kembali ke Jakarta lebih dulu. Ia berencana untuk mencari wanita yang menghabiskan waktu bersamanya.

Kevin memulai dengan meminta orang suruhannya untuk mencari rekaman CCTV di hotel saat ia berada di Lombok. Sayangnya, pada saat kejadian rekaman CCTVnya telah dihapus. Sepertinya sudah ada orang yang mendahului Kevin untuk menghapus rekaman CCTV.

Bahkan mencari di data tamu pun yang didapatkan hanyalah pemesan dengan identitas palsu dan pembayaran dilakukan dengan tunai.

" Sial... Lalu bagaimana aku bisa mencari siapa wanita itu ? " gumam Kevin saat menerima laporan dari orang suruhannya.

Satu-satunya petunjuk adalah destinasi yang dituju saat itu adalah Jakarta. Tapi masalahnya darimana Kevin mulai mencari ? Jakarta kota besar. Apalagi Kevin tidak tahu identitas wanita itu.

Kevin menggebrak meja kerjanya, pasalnya sudah hampir satu bulan ini usaha pencariannya belum membuahkan hasil. Jangankan mendapat hasil menggembirakan, titik terangnya saja masih belum ada tanda.

Ponsel Kevin berdering, ia menatap layar ponselnya namun tak segera menjawab panggilan yang ada. Sampai akhirnya panggilan itu berhenti sendiri.

Dan kemudian kembali ponselnya berbunyi masih dengan penelpon yang sama. Kevin mengambil nafas panjang dan menghembusnya sebelum akhirnya menjawab panggilan.

" Iya, Mi... " ucap Kevin saat mengangkat panggilan.

" Kamu sedang sibuk ? " tanya Mami Sita.

" Iya, Mi. Kevin lagi banyak pekerjaan " bohong Kevin. Padahal sedari tadi kerjanya hanya melamun saja.

" Minggu depan Mami pulang ke Jakarta " ucap sang ibu yang tentunya membuat Kevin begitu kaget.

" Apa ? Mami mau pulang minggu depan ? Memangnya Mami sudah sembuh ? " reflek Kevin.

" Sudah, Mami sudah jauh lebih baik. Lagipula dokter sudah membolehkan Mami pulang. Mami hanya perlu kontrol satu bulan sekali kesini " jawab sang ibu.

" Mami sama Papi sudah tidak sabar bertemu calon menantu kami " tambah sang ibu begitu bersemangat.

Kerongkongan Kevin begitu kering, ia menelan salivanya susah payah.

" Nanti kalau Mami pulang, Mami mau kamu sama calon menantu Mami yang jemput di bandara ! " seru sang ibu lagi.

Kevin tak menjawab apapun. Ia bingung bagaimana caranya menjelaskan pada sang ibu. Tak mendengar jawaban dari sang anak membuat Mami Sita mengernyit heran.

" Kev, Kevin... Kamu dengar apa yang Mami bilang barusan kan ? " tanya Mami Sita kemudian.

" I, iya Mi. Kevin dengar semuanya " jawab Kevin.

" Ya sudah, Mami cuma mau ngomong itu saja. Ingat, nanti kalau Mami pulang kamu harus jemput Mami sama calon menantu Mami ! " tegas Mami Sita lagi lalu menutup panggilan telepon.

Astaga... ! Ya Tuhan... Aku harus bagaimana ?

Batin Kevin sambil mengusap wajahnya.

Awalnya, Kevin begitu yakin akan mendapatkan identitas wanita itu. Namun, setelah pencariannya selama ini tak membuahkan hasil ia sepertinya tahu jika wanita itu sendiri yang menghilangkan jejaknya agar tak bisa ditemukan. Tapi untuk apa ? Mengapa ia harus meninggalkan jejaknya ? Siapa wanita itu sebenarnya ?

Pikiran Kevin terus bertanya-tanya tanpa ada sebuah jawaban logis yang bisa memberi titik terang permasalahan yang dihadapinya. Hingga Kevin mengingat ucapan yang disampaikan oleh wanita itu saat bertemu di bandara. Wanita itu menyatakan jika ia tak membutuhkan tanggung jawab apapun darinya bahkan jika dia hamil sekalipun.

Mengapa dia tak menginginkan pertanggungjawaban dariku ? Apa dia sudah menikah ? Astaga, berarti aku sudah merusak pernikahan orang lain jika dia ternyata memang sudah menikah.

Kevin mengurut pangkal hidungnya sambil memejamkan matanya. Hingga kemudian terdengar suara ketukan pintu.

Tok Tok Tok...

" Ya, masuk ! " seru Kevin.

Tak lama kemudian asistennya masuk dan berjalan ke arahnya.

" Ada apa ? " tanya Kevin melihat pria muda yang berdiri di depannya.

" Maaf Kak... Hari ini ada meeting dengan PT Newest untuk membicarakan proyek kita yang ada di Lombok " jawab Ryan, asisten yang juga merupakan sepupunya.

" Jam berapa ? " tanya Kevin.

" Nanti malam jam 8 di Club X " jawab Ryan lagi.

Alis Kevin saling bertaut,

" Kenapa harus di Club ? " tanya Kevin heran.

" Ownernya memang menyukai hiburan malam. Kalau Kak Kevin tidak suka, biar aku reschedule jadwal meetingnya " jawab Ryan lagi.

Kevin menghela nafasnya,

" Tidak perlu. Kita pergi saja, nanti kau pergi denganku ! " sahut Kevin

" Siap Kak " ucap Ryan.

Ryan tak segera pergi, ia memperhatikan wajah kakak sepupunya yang terlihat kusut dan banyak masalah.

" Kakak sedang ada masalah ? " tanya Ryan sembari menatap Kevin.

" Hem... " jawab Kevin singkat tanpa melihat Ryan.

" Mungkin aku bisa membantu kakak ? Ceritakan saja ada masalah apa " ucap Ryan lagi yang membuat Kevin menatap adim sepupunya itu.

" Masalah biasa, Mami memintaku membawa calon istriku saat menjemputnya minggu depan " ucap Kevin.

Ryan manggut-manggut.

" Kalau begitu kakak bawa saja wanita yang sedang kakak cari itu " jawab Ryan yang sudah mengetahui masalah yang menimpa kakak sepupunya itu.

" Masalahnya, sampai sekarang aku belum bisa menemukannya " ucap Kevin menghembus kasar nafasnya.

" Hah ? Jadi masih belum ketemu ya ? " tanya Ryan lagi.

" Kalau begitu, wanita itu mungkin bukan jodoh Kak Kevin. Anggap saja itu bonus untuk Kakak karena sampai sekarang belum pernah menyentuh wanita " ucap Ryan lagi sambil tergelak.

Kevin langsung memelototkan matanya membuat Ryan seketika menghentikan tawa dan menutup mulutnya.

" Maaf Kak... " ucap Ryan sambil mengusap tengkuknya.

Merasakan hawa membunuh dari Kevin membuat, Ryan segera undur diri.

" Ah, aku baru ingat ada yang harus aku kerjakan. Aku pergi kembali ke ruanganku ya, Kak " ucap Ryan berusaha menyelamatkan dirinya dari amukan Kevin.

" Ryan... " teriak Kevin dengan geram.

Namun Ryan sudah menutup pintu.

" Hah, selamat... " ucap Ryan saat sudah berada di luar. Tangannya mengelus dadanya saat berhasil lari dari amukan Kevin.

Ryan pun segera menuju ruangannya.

Sementara itu Kevin masih uring-uringan, apalagi saat mendengar ucapan dari Ryan tadi. Bisa-bisanya adik sepupunya itu dengan mudahnya mengatakan jika apa yang menimpanya adalah bonus, walaupun harus ia akui jika memang ia seharusnya menganggapnya bonus karena itu bukan keinginannya sendiri bahkan ia pun sebenarnya telah dibebaskan dari tanggung jawab oleh wanita itu.

Tetapi Kevin bukanlah pria yang tak bertanggung jawab. Ia akan berusaha terus mencari wanita itu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya apapun yang terjadi nanti. Bahkan jika ia ternyata memiliki anak dari hubungan satu malamnya, maka ia akan mengakui keberadaan anaknya.

Kevin sudah bersiap untuk pulang saat Ryan datang ke ruangannya.

" Kak, kita pulang sekarang ! " ucap Ryan saat melihat Kevin sudah berdiri dari kursinya.

Tak menjawab apapun, Kevin hanya melirik sinis adik sepupunya itu. Ryan menghela nafasnya, jika ia tidak melakukan sesuatu dapat dipastikan akan berbuntut panjang.

" Kak, aku minta maaf " ucap Ryan.

" Untuk ? " tanya Kevin datar.

" Untuk ucapanku tadi. Maaf, tapi sepertinya ucapanku tadi tidak sepenuhnya salah... " jawab Ryan membela diri.

Kevin menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi dingin.

Astaga... Aku pasti salah bicara lagi ! Dasar kebiasaan lémés. Ryan bodoh !!

Rutuk Ryan dalam hatinya, bahkan tangannya sampai menepuk mulutnya.

Kevin menghela nafasnya, lagipula ucapan Ryan tidaklah salah.

" Sudahlah, aku memaafkanmu ! Sekarang kita pulang, kita harus bersiap untuk bertemu klien nanti malam " seru Kevin.

" Baiklah, Kak. Siapa tahu nanti Kakak akan menemukan calon istri Kakak di Club " seloroh Ryan yang langsung membuat Kevin menoyor jidatnya.

Astaga... Lagi-lagi salah bicara !!

Terpopuler

Comments

Elviraaprillia Vira

Elviraaprillia Vira

semangat terus buat upnya thor

2023-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!