TPC (5)

Mobil memasuki halaman sebuah rumah dan berhenti. Raymond menatap wanita disampingnya, yang duduk di bangku sisi kemudi. Ternyata wanita itu terlelap tidur. Cukup lama Raymond memandangi wajah wanita asing yang baru dijumpainya itu. Ada rasa sedih terbesit dalam benak Raymond. Melihat wajah wanita itu lebam, tangan juga kakinya banyak luka memar.

"Malang sekali, jika tidak bertemu entah dia akan berakhir seperti apa di jalanan sana. Aku pasti akan membantumu wanita keras kepala," batin Raymond.

Dengan gerakan perlahan, Raymond membangunkan wanita itu. Sampai akhirnya wanita itu terbangun dan sadar jika ia sudah ketiduran.

"Maafkan aku," ucapnya.

"Ya, tidak apa-apa. Ayo masuk, agar aku bisa cepat mengobali luka-lukamu," ajak  Raymond.

Raymond membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil, wanita itu mengikuti Raymond. Dengan langkah perlahan berjalan mengikuti Raymond masuk kedalam rumah. Wanita itu mengamati sekeliling, dengan penuh kewaspadaan ia terus mengikuti Raymond.

Pintu rumah terbuka, Raymond pun mempersilakan wanita asing itu untuk masuk dalam rumahnya.

"Masuklah, aku tinggal sendiri disini. Anggap saja ini adalah rumahmu sendiri," kata Raymond.

"Kau tak punya keluarga? tanya wanita itu, mengikuti Raymond Masuk ke dalam.

"Tentu saja punya. Hanya saja aku tidak suka berkumpul bersama keluargaku. Tinggal satu rumah bersama seperti berada dalam jeruji besi." jawab Raymond.

Diruang tamu, wanita itu berkeliling melihat beberapa foto dan lukisan yang menarik perhatiannya.

***

Raymond meminta wanita asing itu duduk di sofa ruang tengah. Dengan segera Raymond menyiapkan minuman hangat juga kotak obat, dibawanya ke ruang tengah.

"Angkat kakimu naik ke sofa," kata Raymond yang meletakan cangkir diatas meja, diikuti kotak obat.

Wanita itu hanya mengangguk, menuruti perkataan Raymond. Segera ia mengangkat satu persatu kakinya untuk naik ke sofa. Melihat wanita itu menurut, Raymond menjadi lega. Ia segera pergi ke dapur untuk mengambil wadah dan mengisinya dengan air hangat, juga handuk kecil.

Buru-buru Raymond melangkah kembali menuju ruang tamu. Diletakannya wadah itu di atas meja, dekat kotak obat. Ia melepas kedua kancing lengan kemejanya kemudian menggulung lengan kemeja sampai dibawah siku agar ia merasa leluasa memggerakkan tangan. Tak lama, ia pun duduk di samping wanita itu, mengatur posisinya lebih nyaman untuk mengobati wanita itu.

"Biar aku lihat luka-lukamu," ucap Raymond yang segera duduk.

Dilihatnya kaki wanita itu, lalu tangan dan wajahnya juga. Raymond merendam handuk dalam air hangat, lalu memerasnya, handuk itu kemudian disekakan pada wajah wanita itu

"Katakan jika sakit, aku akan lebih lembut." kata Raymond.

Dengan sangat hati-hati dan pelan, Raymond menyeka. Wanita itu sedikit bergerak, ia merasa sakit juga nyeri.

"Ssshhh," lirih wanita itu merintih

"Maaf, aku akan lebih pelan." kata Raymond.

"Tidak apa, lanjutkan saja. Aku bisa menahannya," jawab lembut wanita itu.

Raymond menatap wanita dihadapannya, wanita itu menatap Raymond lalu menatap arah lain. Setiap gerakan sangat lembut dan

berhati-hati. Dengan sabar Raymond menyelesaikan, menyeka seluruh bagian wajah dari wanita itu.

"Selesai, sekarang akan aku oles obat," kata Raymond.

Kotak obat dibuka. Raymond pun mengeluarkan krim pereda nyeri untuk memar. Dioleskannya perlahan-lahan ke wajah wanita itu, sampai selesai. Bagian wajah selesai, selanjutnya Raymond merawat luka bagian tangan dan kaki.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya Raymond selesai dengan perawatannya. Raymond menatap kembali wanita itu, ia lalu meminta wanita itu untuk meminum minuman hangat yang ia buat.

"Krim akan meresap dan kering, kamu bisa ganti pakaianmu setelah kamu minum ini. Hangatkan tubuhmu dulu," kata Raymond. Memberikan cangkir padanya.

Lagi-lagi wanita itu hanya mengangguk, dan langsung menerima cangkir dari Raymond.

"Aku akan rapikan ini.  Minumlah perlahan-lahan saja. Aku juga akan siapkan kamar dan pakaian ganti untukmu," kata Raymond yang langsung pergi membawa kotak obat dan wadah berisi handuk dan air bekas sekaan menuju dapur.

Mata wanita itu mengikuti arah ke mana Raymond pergi, ia merasa jika Raymond memang orang yang baik. Meski terlihat dingin dan suka memaksa, namun ia tahu jika itu hanya untuk menolongnya. Raymond sudah membantu merawat lukanya juga menyelamatkannya dari orang jahat.

"Dia sungguh tidak melakukan apa-apa selain merawat dan mengoles obat. Memang bukan pria jahat seperti mereka," batin wanita itu mulai merasa aman.

***

Raymond selesai merapikan kamar, ia membawa wanita itu ke kamar setelahnya.

"Aku tak punya pakaian wanita, ada kemeja baruku. Kamu bisa pakai itu dulu untuk malam ini. Aku akan belikan pakaian baru besok," kata Raymond.

"Ya, tidak apa-apa. Terima kasih, kamu sudah mau menolongku dan juga membantuku." kata wanita itu.

"Karena kamu terlihat tidak berdaya. Aku melihatmu berjalan tertatih malam-malam, membuatku merasa tidak nyaman. Maksudku, aku menjadi tidak tega," jelas Raymond.

Wanita itu tersenyum, ternyata pria dihadapannya yang sempat keras kepala sebelumnya bisa berbicara dengan nada lembut dan bersikap baik padanya.

"Ganti pakaianmu dulu, aku akan siapkan makanan untukmu. Kamu pasti lapar," kata Raymond berbalik dan ingin pergi. Namun, wanita itu menahan Reymond.

"Tunggu, boleh aku tahu, siapa namamu? aku Anhastasia, kamu bisa memanggilku Anha," katanya menatap Raymond dan memperkenalkan diri.

Reymond berbalik, "Raymond. Kamu bisa memanggilku, Ray." jawab Raymond.

"Ok, Ray." kata Anhastasia.

"Aku keluar dulu," kata Raymond yang langsung pergi.

***

Raymond menyiapkan makanan untuk Anhastasia. Tidak butuh banyak waktu untuk Raymond menyiapkan makanan sederhana yang mudah dan cepat untuk dimasak. Dengan segera Raymond membawanya ke kamar Anhastasia. Sebelum masuk kamar, terlebih dulu ia mengetuk pintu kamar.

Raymond membuka pintu dan mengintip, "Anha, boleh aku masuk?" tanya Raymond meminta izin.

"Ya, masuklah." jawab Anhastasia.

Mendapat izin, Raymond langsung masuk membawa nampan berisi makanan yang ia masak. Langkahnya yang cepat, membawanya mendekat pada Anhastasia yang sedang duduk ditepi tempat tidur.

"Makanlah," pinta Raymond. Memberikan piring berisi makanan pada Anhastasia.

"Ya, terima kasih." jawab lembut Anhastasia.

Anhastasia mengaduk makanan perlahan dan menyuap makanan dipiring masuk dalam mulutnya. Dikunyahnya perlahan, ia merasakan masakan yang dimasak Raymond.

"Bagaimana? enak tidak?" tanya Raymond, duduk disamping Anhastasia.

Anhastasia mengangguk, "Enak, sangat enak. Kamu pandai memasak," puji Anhastasia.

"Tidak juga. Aku hanya bisa memasak beberapa masakan sederhana saja. Makanlah perlahan, jangan buru-buru." kata Raymond.

Raymond melihat Anhastasia begitu lahap makan, juga dengan gerakan yang sedikit terburu. Dengan sabar, ia menunggu Anhastasia selesai makan. Ia ingin mendengar penjelasan mengenai kejadian yang menimpanya.

Anhastasia selesai makan dan minum. Raymond pun memberanikan diri bertanya.

"Boleh aku bertanya, Anha?" tanya Raymond.

Anhastasia menatap Raymond, "Kamu ingin tahu apa yang terjadi padaku? atau ingin bertanya hal lain?" tanya Anhastasia balik.

"Ceritakan saja apa yang ingin kau sampaikan. Jika kamu ingin aku menolongmu, tentu saja aku harus tahu bagaimana keadaanmu, bukan?" jawab Raymond.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!