TPC (4)

Caroline gugup saat langkahnya semakin dekat dengan Raymond. Caroline menghentikan langkahnya, berdiri di sisi meja.

Raymond menatap Caroline, "Kemarilah," panggil Raymond.

Caroline kembali melangkah, lalu berdiri disamping Raymond. Raymond menarik tangan Caroline agar Caroline jatuh kepangkuannya. Meski merasa tak nyaman, Caroline tak bisa menolak. Bagaimanapun pria yang mendekapnya adalah suaminya sendiri.

"Ada apa?" bisik Raymond di telinga Caroline.

"Ti-tidak ada apa-apa. Hanya melihat sesuatu saja," jawab Caroline gugup.

"Oh ya? sesuatu apa?" tanya Raymond.

Caroline terdiam, ia ragu-ragu untuk bicara. Jika menjawab salah, ia takut membuat Raymond marah atau kesal.

Raymond kembali bertanya, "Sayang, kenaapa diam? katakanlah sesuatu," kata Raymond tidak sabar.

"Bagaimana ya, aku takut jika kamu tersinggung. Aku tidak ingin kamu kesal atau marah," jawab Caroline.

"Apa aku terlihat seperti seorang pemarah? kamu melihatku pria yang seperti apa?" tanya Raymond.

"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku melihat foto seseorang, seorang wanita yang cantik. Dia berfoto bersamamu," ucap Caroline dengan suara lirih hampir tidak terdengar.

"Oh, itu adalah Anhastasia." kata Raymond memberitahu Caroline.

"Anhastasia?" ulang Caroline.

Raymond mengangguk, "Hemm, Anhastasia. Istriku sebelum kamu hadir," jawab Raymond.

"Boleh aku bertanya?" tanya Caroline menatap Raymond.

"Tanyakan apa saja yang ingin kamu ketahui. Jika aku bisa menjawab, aku akan jawab," jawab Raymond.

"Boleh ceritakan tentangnya?" lirih Caroline.

Raymond terdiam sesaat. Sebenarnya berat untuk Raymond menceritakan tentang sosok istri pertamanya itu.

Melihat Raymond yang tiba-tiba diam, membuat Caroline panik dan cemas. Caroline takut jika permintaanya terlalu berat untuk dipenuhi.

"Jangan dijawab. Lupakam saja," kata Caroline.

Raymond mengeratkan dekapannya, ia mencium lembut pipi Caroline.

"Tidak apa, aku akan ceritakan. Siapa dan bagaimana Anhastasia," jawab Raymond.

"Tidak perlu, aku tidak ingin kamu menjadi terbebani. Lupakan saja," jawab Caroline.

"Diam dan dengarkan," kata Raymond.

Raymond pun mulai bercerita, ia menceritakan sosok Anhastasia pada Caroline. Siapa dia dan bagaimana dia, awal pertemuannya sampai akhir perpisahan dengannya. Semua di ceritakan tanpa ada yang ditutupi oleh Raymond. Raymond tak ingin ada rahasia diantara dirinya dan Caroline, Caroline sudah menjadi istrinya, bagian dari hidupnya. Ingin menjalani kehidupan yang baik dan bahagia bersama Caroline.

***

#Kilas balik#

Raymod sedang menghadiri sebuah jamuan makan malam. Seperti layaknya kebanyakan orang yang datang ke pesta, ia berpakaian rapi dan terlihat sangat menawan.

Di tengah-tengah pesta, ia berjumpa seorang rekan bisnis yang sudah cukup lama bekerjasama dengannya. Merasa menjalin hubungan baik itu penting, Raymond pun menyapa.

Perbincangan berlangsung, tanpa terasa perjamuan pun sudah sampai dipenggujung acara. Acara selesai, Raymond dan tamu-tamu yang lain pergi meninggalkan gedung pesta tersebut.

Dengan mengendarai mobil kesayangannya, ia melaju dengan kecepatan sedang. Menyusuri jalanan yang sepi, hujan rintik-rintik perlahan turun. Raymond memperlambat laju mobilnya demi keamanan.

Ditengah perjalanan, ia melihat seorang wanita yang sedang menangis dipinggir jalan. Dengan pakaian yang koyak dan penampilan yang acak-acakan, wanita itu berjalan tertatih. Merasa kasihan, Raymond menepikan mobil dan berhenti. Raymond keluar dari dalam mobil, ia bergegas mengambil payung lalu segera pergi menghampiri wanita itu.

Raymond setengah berlari, ia memayungi wanita itu. Membuat wanita itu menghentikan langkah dan menatap kearahnya. Wajah yang cantik penuh lebab seperti bekas pukulan, mata merah dan sembab. Keadaan wanita dihadapannya sungguh kacau.

"Kamu, siapa? mau apa? jangan pedulikan aku. Pergilah," kata wanita itu.

Raymond melihat dari bawah ke atas, "Kamu terluka, aku akan menolongmu. Ke mana kamu akan pergi? aku akan mengantarmu, Nona." kata Raymond berniat baik.

Wanita itu menggeleng perlahan, "Tidak perlu. Aku baik-baik saja," katanya menolak.

"Jika kamu berkata baik-baik saja, itu artinya kamu tidak dalam keadaan yang baik. Lukamu cukup parah," ucap Raymond, "Aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji," imbuh Raymond.

"Semua pria sama. Aku tidak percaya ucapanmu," jawab wanita itu.

"Kamu salah, tidak semua pria sama. Aku sungguh berniat baik, aku bukan pria yang tidak akan tepat janji." jelas Raymond.

Wanita itu merasa takut, ia pun tidak ingin mendengar ucapan Raymond. Dengan langkah cepat wanita itu berjalan, ia menyeret kakinya yang terluka sampai akhirnya ia terjatuh. Wanita itu menangis tersedu, ia merasa nasibnya sangat buruk saat itu.

Mendengar tangisan wanita itu, Raymond kembali menghampiri wanita itu. Kali ini ia sudah membulatkan tekadnya, ia langsung membopong wanita itu berjalan menuju mobilnya.

"A-apa yang kau lakukan. Turunkan aku," kata wanita itu meronta.

"Aku tidak tahan melihatmu begitu keras kepala. Terserah saja kamu ingin melakukan apa setelah ini. Tapi sebelum itu, izinkan aku mengobati luka-lukamu, ok?" ucap Raymond yang langsung membuat wanita dalam gendongannya terdiam.

Wanita itu sudah duduk di dalam mobil, Raymond langsung memasangkan sabuk pengaman dan menutup pintu mobil. Dengan cepat ia berlari ke sisi lain mobil untuk segera masuk ke dalam mobil.

Raymond menghela napas, jasnya dilepasnya dari badannya karena sedikit basah. Tanpa berpikir panjang, jas itu dilemparkannya kebangku belakang.

"Bagaimana bisa seorang wanita berkeliaran malam-malam seperti ini," gumam Raymond melonggarkan dasi dan membuka kancing kemeja paling atas.

"Itu bukan urusanmu. Jangan pedulikan aku," jawab wanita itu dingin.

"Ya ya ya, terserah kamu saja. Kita ke rumah sakit sekarang," kata Raymond.

"Tidak mau!" serunya tiba-tiba.

Raymond memalingkan wajah menatap wanita disampingnya, "Lalu? kamu akan kembali ke rumahmu? baiklah, katakan padaku, di mana rumahmu. Akan aku antar kamu pulang," kata Raymond.

Wanita itu menggeleng perlahan, "Tidak! aku tidak ingin pulang. Aku juga tidak ingin ke rumah sakit, aku ingin pergi. Ingin pergi!"  serunya terisak. Air matanya kembali berlinang.

Raymond bingung, "Wanita ini kenapa?" batinnya.

"Baiklah, jika kamu percaya padaku, aku akan membawamu pulang ke rumahku saja. Bagaimana?" tawar Raymond.

"Tidak mau. Kamu bukan orang baik. Kamu bahkan langsung memaksaku ikut bersamamu, kamu sama saja dengan mereka," lirih wanita itu.

Raymond menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan napas perlahan, "Baiklah, pilih salah satu. Rumahku, atau kantor polisi? jika rumahku, aku akan pastikan kamu aman, dan aku juga berjanji akan membantumu, apapun masalahmu. Jika ke kantor polisi, aku akan segera pergi setelah mengantarmu dan aku tidak akan membantumu apa-apa. Anggap saja kamu menumpang padaku, aku akan lupakan kita pernah bertemu." kata Raymond

Deg ... Deg ... jantung wanita itu bedetak kencang. Pilihan yang sulit, namun ia tidak mau mengambil resiko. Wanita itu meremat ujung bajunya, badannya gemetar. Entah apa yang ada dipikirannya, ia terlihat ketakutan dan gelisah.

"A-aku, a-aku akan ikut bersamamu. Tolong aku," dengan suara serak akhirnya ia membuka pembicaraan setelah beberapa saat bungkam.

"Keputusan tepat, kamu aman bersamaku. Jangan takut," ucap lembut Raymond.

Raymond kembali melajukan mobilnya, ia membawa wanita asing yang baru saja ditemuinya menuju rumah pribadinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!