Sementara ditengah laut pagi itu, Summer semakin lemas dan membaringkan dirinya di batu itu. Suara kerucuk perutnya semakin sering terdengar. Tentu saja, sedari kemarin siang Summer belum makan apapun. Belum badan yang penuh lebam dan kaki luka luka menambah rasa lemah dibadannya.
Mara kaget mendengar suara perut Summer yang semakin jelas. Lalu dia menyelam sebentar dan muncul tiba-tiba dengan ikan ditangannya dan dilepaskannya di batu hingga menggelapar di sebelah Summer.
Summer bingung dan mencoba mencerna maksud Mara. Ikan tersebut terus menggelepar hingga hampir jatuh ke air, Mara dengan sigap mendorong ikan itu ke arah Summer, dan mengisyaratkan makan dicontohkannya dengan tangannya menyuap ke mulut.
Summer terbelalak “No way!” Ujar Summer yang akhirnya mengerti kalo Mara sedang memberinya makan. Summer menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendorong ikan itu hingga jatuh ke air.
Mara pun bingung. Dia kemudian menyelam lagi. Sebentar kemudian dia muncul dengan memegang ikan besar, sebesar paha Summer. Mara berpikir mungkin ikannya kurang besar.
“Arrrgghhh!” Teriak Summer mendorong ikan itu hingga terjatuh.
Mara makin bingung.
“Selera makannya… pilih-pilih sekali.” Pikir Mara.
Akhirnya Mara kembali menyelam dan membawa Udang, kerang, cumi-cumi, banyak jenis ikan bahkan ular.
“Aaaaaaarrrggghhhhhhhh!!!!” Teriak Summer sekeras mungkin melihat ular di tangan Mara. Entah dari mana kekuatan teriak itu berasal.
Mara tak habis pikir, kenapa manusia susah sekali makannya. Dia menolak semua makanan yang dia tawarkan. Wajah Mara terlihat sangat berpikir apa lagi yang harus ditawarkan.
“Manusia makan apa ya? Manusia makan ikan juga kan? Ada istilah makanan laut yang sepertinya aku pernah dengar manusia bicarakan.” Pikir Mara mengingat-ingat.
“Ah entahlah.” Mara menyerah berpikir.
“Api.” Ujar Summer buka suara.
Mara melihat Summer dan menunggunya berbicara.
“Aku gak makan makanan mentah.” Ujar Summer sambil membuat tanda silang dengan jarinya.
Mara mengerti apa itu api. Dia makin bingung bagaimana cara membuat api di laut.
Mara tanpa basa-basi menyelam pergi.
Summer sudah tidak heran lagi dengan sikap Mara yang tiba-tiba menyelam dan tiba-tiba muncul. Hanya saja, akan lebih baik jika Mara ada bersamanya. Agar pikiran kalut di otaknya berkurang sedikit.
Summer belum memutuskan apa dia akan melanjutkan hidup atau bagaimana. Summer belum punya rencana apapun.
Dia diam tertergun di atas batu itu sambil melihat laut. Hari ini sepertinya bakal panas karna cahaya matahari mulai sangat terang.
Dia melihat ke atas, beruntung bukit hanya berjarak 20cm dari batu tempat dia duduk, sehingga dedaunan menutupinya dari terang matahari. Kemudian dia mencoba menarik nafasnya dalam-dalam, angin berhembus hingga menggerakkan rambutnya yang berantakan. Dia bergerak dan melihat ke arah air sambil menyeret badannya. Baru itu dia melihat refleksinya. Bercermin di air membuatnya sadar seberapa berantakannya dia. Rambutnya sampai menggumpal-gumpal. Dia kemudian menyisir rambutnya dengan jarinya, lalu menggulung rambut itu agar tidak terurai.
Sedangkan Mara sedang berusaha pergi mencara cara untuk bisa membuat api. Dia mencoba mengintip di daerah tempat wisata manusia sering datang. Berharap bisa menemukan sesuatu di sana.
Namun dia tidak bisa mendekat karna dia harus melewati pantai dulu, sedangkan dia tidak punya kaki. Mara akhirnya berbalik karna cara itu tidak akan berhasil, terlalu banyak manusia.
Mara berenang berniat ke tempat dia mengumpulkan barang-barang yang dia temukan di laut. Mara melihat Sara adiknya sedang berenang bersama teman-temannya.
“Sara.” Teriak Mara sambil menghampiri adiknya.
Teman-teman Sara terlihat membelalak dan memperbaiki rambut dan perhiasan atau entah apalah yang bisa diperbaiki agar dilihat cantik oleh Mara.
Mara sangat populer di kalangan para mermaid, karna ketampanan dan kegagahannya. Begitupun badan Mara yang lebih besar dari pada merman lainnya, membuatnya dianggap sangat sexy.
“Apa.” Sahut Sara dengan wajah jutek melihat sikap teman-temannga yang langsung berubah setelah ada Kakaknya Mara.
Mara menarik tangan Sara dan membawa Sara menjauh dari temannya.
“Tolong aku.” Ujar Mara memohon pada adiknya.
“Ahhh apalagi kali ini kak! Dan lagi Kakak dicari Uma sedari semalem. Kemana saja? Uma sangat murka.” Ujar Sara kesal.
Karna kakaknya ini memang selalu buat masalah. Sehingga sangat dikhawatirkan jika tak pulang ke rumah seharian.
“Kamu tau cara bikin api?” Tanya Mara.
“Hah???” Ekspresi Sara sangat heran.
“Kalo aku sudah jadi manusia, aku akan membeli banyak baju manusia yang bagus untukmu.” Ujar Mara mulai bernegosiasi.
Dia tau Sara sangat suka fashion manusia. Tak seperti Sara yang hanya bisa berganti ganti Bra karna mereka tak memakai baju. Dan baginya itu sangat membosankan.
“Sepatu juga. Heels.” Ujar Sara menambahkan syarat.
“Iya iya.” Sahut Mara.
Sara lalu menemani Mara ke tempat yang ingin di tuju Mara, yaitu tempat dia menyembunyikan barang-barang yang ditemukan.
“Tapi untuk apa api?” Tanya Sara.
“Memasak?” Sahut Mara.
“Memasak apa?” sahut Sara
“Ikan?” Sahut Mara.
“Hahahahhahaaha.” Ketawa Sara meledak.
Mereka sampai di tempat itu, lalu dengan sigap mengorek tumpukan barang.
“Hei. Ini seharusnya bisa membuat api. Tapi, entahlah. Sudah lama di dalam air.” Ujar Sara setelah menemukan sebuah pemantik.
Mara langsung mengambilnya dan ingin pergi berenang. Lalu tiba-tiba dia berhenti.
“Tapi… Kamu mau kemana?” Tanya Mara pada adeknya. Dia baru ingat menanyakan itu sedari tadi.
Sara terdiam sebentar dan langsung berenang menemui temannya.
Mara menemukan kejanggalan dan berenang mengikuti adiknya.
“Hei. Kamu mau mencuri baju manusia lagi?” Tanya Mara.
Sara makin mempercepat berenang dan masih terus diikuti Mara. Mereka sangat dilarang bertemu manusia karna itu sangat berbahaya. Sedangkan Sara dengan ketertarikannya terhadap pakaian manusia membuatnya sering mencuri baju manusia.
Sara akhirnya menemukan tiga temannya tadi dan langsung menarik tangan mereka mengisyaratkan bergerak cepat.
“Aku tidak akan beritahu Uma.” Teriak Mara.
Sara sejenak berhenti berenang karna kata-kata kakaknya.
Di atas batu Summer masih terus berpikir sambil tertidur dan menutup wajahnya dengan kedua lengannya. Dia memikirkan awal kejadian sampai saat dia berada di batu itu. Hampir saja dia menangis lagi tiba-tiba dia mendengar suara ada yang berenang mendekatinya.
“Ikikikikkkk.” Ya itu suara yang dia kenal, seperti suara lumba-lumba.
“M?” Ujarnya bangkit dan duduk.
Mara berdiri di sebelah Summer dan mengangkat sebuah kerang besar sebesar koper kecil dan ditaruhnya kerang itu di atas batu.
Sekali lagi Summer menggelengkan kepalanya, ada rasa tak enak karna dia terus menolak tawaran Mara yang berusaha memberinya makanan.
Kemudian Mara membuka kerang itu, ah ternyata hanya cangkang. Dan di dalam cangkang itu ada baju dan kain.
Dan roti yang diberikan teman-teman Sara pada Mara.
“Ini makanan manusia, cobalah Mara.” Ujar mereka saat memberikannya.
Summer terpelongok sambil tersenyum.
Darimana merman ini menemukan barang seperti ini.
Tentu saja Mara habis memalak adiknya. Sara juga memiliki tempat tersembunyi, tempat dia menyimpan barang-barang yang tak boleh diketahui Uma.
Karna itu terpaksa Sara memperbolehkan Mara mengambil dua pasang baju.
“Ah padahal celana jeans itu favorit aku!” Sara menggerutu setelah kakaknya pergi membawa bajunya.
Sementara di sebuah rumah besar, terlihat dua orang duduk di sofa.
“Tapi apa di mobil Rudi tidak ada sama sekali tidak ada sd card di black box?” Ujar seorang wanita yang bernama Yura. Yura Wicaksono adalah adik bungsu dari Rudi Wicaksono.
“Ya. Orang-orangku yang lertama menemukan mobil itu. Tapi memang tidak ada.” Sahut Harit suaminya.
“Summer, anak itu. Kebetulan sekali ikut menghilang.” Ujar Yura sambil menyentuh gelang berliannya.
Sementara anak mereka sedang menguping di dekat ruang tamu sambil tersenyum.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Fadel Mustafa
kakak adek namanya mirip
2023-03-17
0