Sore harinya, mobil Andreas terparkir di halaman rumah. Ia turun, di sambut hangat oleh Fransiska.
"Sudah pulang Mas?" sambut Fransiska sembari mengambil tas dari tangan Andreas.
"Kamu sudah siapkan semua perlengkapan saya untuk pergi?"
"Sudah, semua sudah aku siapkan di dalam koper," sahut Fransiska.
"Sesuai janjiku, saya akan melayani kamu sebelum pergi ke Bali," ucap Andreas datar.
Andreas jalan masuk duluan. Fransiska menghela nafas, pandangan sendu menatap punggung Andreas sudah berada jauh dari pandangan.
Tidak ingin terkubur dalam pikiran buruk, Fransiska mulai melangkah masuk, mengikuti langkah Andreas menuju kamar mereka.
Di dalam kamar, Andreas terlihat berdiri, menyambut kedatangan Fransiska. Pelukan hangat, serta ciuman mendarat di bibir merah murah Fransiska. Ciuman yang bisa di hitung selama 15 tahun mereka menikah.
Rasa haus akan belaian dari sang suami, membuat Fransiska menerima semua perlakuan lembut Andreas.
Panasnya gejolak hasrat menumpuk di dalam tubuh, membuat Fransiska tak ingin kalah dengan Andreas. Fransiska menguasai setiap inchi tubuh Andreas. Andreas tak menolaknya, ia menerima setiap perlakuan Fransiska.
Merasa cukup melakukan perbuatan panas, Andreas mulai memasukkan miliknya ke gua sempit yang jarang di jamah.
2 insan itu pun melakukan pergerakan hebat dengan posisi berdiri. Tak sampai 20 menit, Andreas menyemburkan benihnya ke luar, membuang ke lantai.
Bola mata Fransiska membulat sempurna, ia benar-benar tak percaya dengan apa ia lihat. Berharap bisa memiliki keturunan dengan sekali melakukan, Andreas malah menghancurkan harapan itu.
Sia-sia aku berjuang untuk meningkatkan gairahnya.
"Apa kamu sudah puas?" tanya Andreas sembari menuju ke kamar mandi.
"Puas," sahut Fransiska datar. Tatapan kosong mengarah pada setumpuk cairan kental di atas lantai.
Ingin rasanya ia mengutip, memasukkannya ke dalam agar ia bisa mengandung. Tapi apalah daya, benih itu hanya bisa di tatap, dan di bayangkan.
Fransiska mengambil tisu, membersihkan cairan kental itu dengan tisu, membuang tanpa berharga ke tempat sampah.
1 jam berlalu, Fransiska mengantar kepergian Andreas sampai di depan gerbang rumah mereka. Wajah sendu, serta keputusasaan terlihat jelas di raut wajah cantiknya.
Fransiska masih terus menatap sendu mobil belakang Andreas sudah semakin jauh dari jarak pandangnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi Mas?" bergumam.
Dari arah belakang ada tangan pria menepuk bahu Fransiska. Tangan pria itu adalah milik Daniel.
"Suami kamu pergi?" tanya Daniel lembut.
Fransiska terjungkal kaget, kedua bahu menaik, dan spontan menoleh.
"Hampir saja jantungku lepas," Fransiska mengelus dadanya.
Daniel menggenggam tangan Fransiska, "Aku tadi masak banyak untuk makan malam. Gimana kalau kamu temani aku makan malam di rumah," pinta Daniel tanpa penolakan.
"Tapi...bibi di rumahku..."
"Kalau kamu menolak, aku akan marah padamu. Mau ikut, atau aku marah nih!" ancam Daniel.
"Iya deh, aku ikut," sahut Fransiska menyerah.
Daniel mengajak Fransiska ke rumahnya, masuk ke ruang makan, memberikan tempat duduk, dan melayani Fransiska dengan penuh kehangatan.
Perbuatan Daniel membuat Fransiska merasa nyaman. Selama 15 tahun menikah dengan Andreas, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus seperti apa yang di lakukan Daniel kepadanya.
Fransiska terus memandangi Daniel tanpa berkedip, debaran aneh di dadanya perlahan muncul.
"Siska ...Sis.." panggil Daniel melambaikan tangannya tempat di depan wajah Fransiska.
Fransiska terkejut, cepat-cepat ia kembali tersadar dari lamunannya.
"Maaf, aku melamun," ucap Fransiska.
"Apa kamu sakit?" tanya Daniel sembari menempelkan punggung tangannya ke kening Fransiska.
Fransiska tercengang, spontan memundurkan kepalanya ke belakang, menepis tangan Daniel.
"A-aku baik-baik saja," ucap Fransiska gugup.
"Jangan berbohong padaku Siska, keningmu sangat panas," mendudukkan dirinya, "Sebaiknya kamu makan dulu, habis itu istirahat di kamarku," lanjut Daniel tegas.
"A-aku punya rumah, lebih baik aku istirahat di rumah setelah makan," tolak Fransiska gugup.
"Jika kamu istirahat di rumah, tidak ada orang yang akan mengurus mu. Lebih baik istirahat di rumah ku saja. Aku harap jangan menolak kebaikanku untuk hari ini," ucap Daniel datar.
Fransiska tertunduk, lalu mengangguk.
Setelah selesai makan, Daniel mengajak Fransiska beristirahat di dalam kamarnya. Daniel merawat Fransiska dengan penuh kehangatan, seperti ada sisa cinta masih terpendam di dalam hatinya.
Fransiska kini sedang tertidur lelap, mungkin efek obat demam pemberian Daniel.
Daniel terus memandangi wajah cantik Fransiska tak pernah pudar meski termakan usia. Tangan tegap itu membelai lembut puncak kepala Fransiska.
"Sejujurnya aku masih mencintaimu, Siska. Maafkan perbuatanku dulu, memutuskan tanpa memberikan alasan yang pasti," gumam Daniel.
Merasa lelah seharian membersihkan rumah, dan menyusun barang-barang miliknya. Daniel merebahkan tubuhnya, memeluk Fransiska.
.
.
.
Di kota Bali.
Andreas berada di sebuah rumah cukup mewah di kota itu. Ia duduk di ruang tamu dengan seorang anak perempuan berusia 10 tahun bergelayut manja, memeluk lengannya.
"Papi, kenapa lama sekali pulang ke sini?" tanya anak perempuan itu, sebut saja Vika, kepada Andreas.
"Papi masih banyak pekerjaan, maafkan, ya," sahut Andreas lembut.
Wanita berusia 35 tahun keluar dari ruang dapur, membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan.
"Vika, Papi pergi ke luar kota untuk mencari duit buat kita," sambung wanita berusia 35 tahun, Anissa.
"Pasti badan Papi pegal-pegal, mau Vika pijitin?" tawar Vika, memijat lengan Andreas.
"Sebaiknya kamu pergi bermain sendiri dulu. Papi masih ada hal yang harus di bicarakan dengan Mama," pinta Andreas lembut, tangannya membelai rambut belakang Vika.
"Baik, Vika pergi dulu!"
Setelah Vika pergi, Anissa duduk di sebelah Andreas.
Andreas memijat keningnya, wajahnya berubah menjadi kusut.
"Kamu kenapa sayang? apakah wanita itu meminta anak darimu lagi?" tanya Anissa.
"Iya, saya sangat pusing melihat Fransiska terus meminta anak kepadaku. Saya hanya ingin punya anak satu, yaitu Vika. Haah...itu pun menerima kehadiran Vika dengan sangat terpaksa karena kamu tidak bisa menggugurkannya," sahut Andreas gusar.
"Maafkan aku yang tidak bisa menolak kehamilan waktu itu. Aku juga sebenarnya tidak ingin hamil dan melahirkan. Aku cukup tau diri, aku ini siapanya kamu. Aku hanya seorang wanita simpanan mu," ucap Anissa.
"Yang lalu biarlah berlalu, saya tidak ingin membahas kesalahan itu lagi saat ini," menatap Anissa, "Bagaimana dengan homeschooling Vika. Apakah berjalan dengan lancar?" tanya Andreas mengalihkan pembicaraan.
"Semua berjalan dengan lancar. Mmm...kapan kamu akan menikahi ku?"
"Apa! menikah?! sudah tidak waras kamu. Sampai kapan pun saya tidak akan pernah menikahi kamu, Anissa!" celetuk Andreas menekan nada suaranya.
"Jadi buat apa kita terus berpura-pura menjadi suami-istri. Bagaimana jika Vika tahu semua yang kita lakukan hanya sandiwara kita?" tanya Anissa lirih.
"Siapa suruh kamu tidak menggugurkan anak itu dulu!" cetus Andreas.
"Aku sudah berusaha, tapi memang Vika aja yang kuat. Oh....apa kamu takut ketahuan oleh Fransiska karena memiliki anak dariku?" tanya Anissa menyinggung Andreas.
Plaak!!
"Berani sekali kamu berkata seperti itu. Kamu harus ingat, kamu itu hanya wanita simpanan! sedangkan Fransiska adalah bidadari di mata saya. Fransiska adalah seorang wanita yang begitu sempurna dengan setiap inchi yang tak kurang dari apa pun. Sedangkan kamu, wanita tua yang tak bisa menjaga diri. Lihat anak itu, dia bahkan mulai tumbuh menjadi gadis remaja!"
"Hiks...hiks...kamu memang jahat. Kamu adalah lelaki yang tak bertanggung jawab!" teriak Anissa di kalimat terakhir dengan derai air mata.
"Kalau saya adalah pria yang tidak bertanggung jawab, buat apa saya bersusah payah datang ke sini untuk memberikan uang, dan melihat keadaan Vika. Meski saya tidak menyukai kamu, dan kehadiran Vika!" sahut Andreas tersulut emosi.
"Kamu pria egois!" teriak Anissa.
Lelah dengan teriakan Anissa, Andreas mengeluarkan beberapa gepok uang, meletakkannya di atas meja.
"Uang ini untuk satu bulan ke depan. Saya pamit pergi. Tolong bilang, 'kan pada Vika, jika Papinya masih ada pekerjaan lagi!"
Andreas pun pergi begitu saja, meninggalkan uang bergepok-gepok untuk membiayai kehidupan anak hasil hubungan gelapnya, dan uang tutup mulut untuk Anissa.
Anissa menatap kepergian Andreas, segaris senyum tercetak di wajahnya.
"Bodoh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
dita18
masih nyimak
2023-05-12
0
nowitsrain
mas, itu bini orang loh yang kamu peluk
2023-03-22
0
Romero Oreo
aku ga bisa berkata-kata
2023-03-21
1