..."Bunga yang indah, tapi sangat beracun. Hanya dengan memakannya saja dapat membuat air liur berlebih dan detak jantung tak karuan. Anehnya, saya belum memakan bunga itu, tapi saya sudah merasakan racunnya." - Rain...
...✍🏻✍🏻✍🏻...
“Kamu ke prom night dengan pakaian seperti itu?” tanya Rain dengan nada yang terdengar menakutkan namun ekspresi yang datar. Pria yang berbalut piyama hitam dengan tiga kancing atas terlepas mengekspos dada bidang itu menyilangkan kedua tangannya ke dada.
Joey mendadak menelan salivanya, tatapan dingin Rain yang selama ini tak pernah terfikirkan olehnya, kini muncul di depan matanya. Seperti seorang ayah yang ingin tahu ke mana anak gadisnya pergi di malam hari. “I-iya, Om.”
“Dengan siapa?” tanya Rain lagi.
“Kak Ace, Om.”
Mendengar Joey menyebut nama pria, Rain mendadak mengernyitkan keningnya. Banyak hal yang terlintas dipikirannya. Dulu, sewaktu ia mengakhiri masa SMA-nya, ia hanya menikmati kelulusan dengan coret-coret seragam. Ia tidak dapat menghadiri prom night saat itu karena harus meninggalkan Indonesia dan terbang ke Amerika.
Tapi, meskipun dia tak hadir saat prom night, dia tetap mendapatkan cerita dari teman-temannya. Prom night itu di akhiri dengan pesta miras dan pesta ***. Banyak pria yang memanfaatkan prom night untuk mendapatkan gadis-gadis incarannya.
“Om?” panggil Joey sambil melambaikan tangannya ke wajah Rain yang sedang melamun itu. “A-aku berangkat ya? Kasian Kak Ace nungguin di lobby.”
“Acaranya di mana?” tanya Rain lagi.
“Di Hotel Z,” jawab Joey. Gadis itu terlihat gelisah dan sesekali melirik jam dilayar ponselnya, ia takut terlambat.
Tanpa berkata-kata, Rain merampas ponsel Joey, lalu ia mengetik nomor ponselnya dan membuat sebuah panggilan. Selang beberapa detik, panggilan tersambung dan ponsel milik Rain berdering. Joey terperangah dengan kelakuan aneh Rain yang sulit ia mengerti.
“Save nomer saya, kabarin kalo ada apa-apa,” ucap Rain. Lalu ia bergegas masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.
Joey tercengang tak dapat berkata-kata. Selama empat belas tahun hidupnya dibiayai oleh pria ini, ini yang pertama kalinya ia melihat sikap aneh pria tersebut. Tak ingin membuang waktu memikirkan hal yang sulit ia mengerti itu, Joey bergegas menuju pintu dan keluar menuju lift.
Di saat yang sama, setelah mendadak menutup pintu kamar, Rain menyandarkan tubuhnya ke pintu dan menjambak rambutnya sendiri mengingat kelakuan anehnya yang memalukan itu. Setan apa yang merasukinya sampai ia harus berbuat aneh di depan anak gadis yang terpaut usia empat belas tahun dengannya itu.
“Ck! Ngapain gue pikirin sih? Not my business!”
...****************...
“Hai, Kak!” sapa Joey sambil memasuki sedan BMW pacarnya itu.
Ace tak bergeming saat menatap penampilan gadis yang ia cintai itu. Balutan dress hitam dan sentuhan makeup yang sedikit menor, menonjolkan aura gadisnya yang sedang beranjak dewasa.
“Kak?”
“Kamu cantik banget malam ini,” ucap Ace sambil meraih tengkuk Joey dan mengecup lembut dahi gadis itu. Seketika wajah Joey mendadak memerah seperti udang rebus karena malu. Ia hanya tertunduk diam tak menanggapi ucapan Ace.
Ace menginjak pedal gas sedannya dan mobil yang ia kendarai melaju menuju Hotel Z. Kurang lebih 20 menit, mereka akhirnya tiba di lobby Hotel Z. Joey dan Ace turun dari mobil memasuki hotel tersebut menuju aula di mana prom night mereka diselenggarakan.
...****************...
Jam telah menunjukkan pukul 11.30 malam. Sejak tadi, Rain tak dapat memejamkan matanya. Ia masih memikirkan Joey yang tak kunjung pulang. Dia hanya khawatir jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan pikirnya. Ia menelentangkan tubuhnya dan merentangkan tangan sambil menatap lepas ke langit-langit kamar. Tak dapat ia pungkiri, bayangan wajah dan tubuh Joey terus menghantuinya.
Rain menghela nafas panjang merasa kesal karena naluri lelakinya kembali memberontak dan ingin meledak saat teringat lekukan tubuh Joey tadi. Jarang sekali ia menahan dirinya seperti ini. Sejak dulu, jika naluri lelakinya mulai memberontak, ia selalu melampiaskannya menggunakan tangannya. Hanya saja, sekarang ia merasa enggan karena benar-benar tertarik dengan gadis kecil yang ia hidupi itu.
“Sial! Gue nggak tahan lagi!”
Rain langsung duduk dari tidurnya, pria itu menurunkan kakinya dari kasur dan menapaki lantai. Dia bergegas mengganti pakaiannya, mengenakan celana jeans hitam, kaos hitam dan jaket hitam. Pria itu sangat mencintai warna hitam sejak dulu.
Ia bergegas meraih kunci mobilnya dan menuju lift untuk turun ke basement. Setibanya di basement, pria itu masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesin, menurunkan rem tangan dan menginjak pedal gas. Dia melaju dengan kecepatan tinggi menuju Hotel Z.
“Hah!” Rain melirik jam yang ada di dashboard. “Dua belas kurang.”
Tak memakan waktu lama, hanya dalam sepuluh menit, mobilnya tiba di lobby Hotel Z. Pria itu melemparkan kunci mobilnya ke arah security yang ada di sana, lalu ia bergegas lari memasuki aula hotel tersebut. Saat ia memasuki aula tersebut, dentuman-dentuman musik yang memekakkan telingan membuatnya tak peduli, hanya saja yang membuatnya risih adalah tatapan-tatapan gadis remaja yang menatapnya dengan seribu satu pertanyaan.
Siapa pria mature ini? Ada urusan apa dia hadir ke acara seperti ini?
Namun ada juga yang terpana dengan ketampanan dan kharisma yang terpancar dari diri Rain. Bahkan ada yang berani mendekat ke arahnya. Ia tak mempedulikan godaan tersebut, gadis-gadis ingusan itu belum cukup umur untuk menaikkan gairahnya.
“Di mana sih dia?!” mata Rain berkeliling mencari sosok gadis yang menjadi alasan kenapa dia berada di tempat itu saat ini. Tak memakan waktu lama, dalam beberapa detik saja ia telah menemukan sosok gadis yang ia cari.
Joey terlihat sedang berdansa dengan Ace, tangan Ace melingkar di pinggul ramping milik Joey, sedangkan kedua tangan Joey melingkar di tengkuk Ace, mata mereka saling bertatapan. Melihat hal tersebut, cukup membuat darah yang ada di tubuh Rain mendidih. Pria itu mengepalkan kedua tangannya sambil mengeram. Ia bergegas berjalan ke arah Joey. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, pria itu langsung menarik tangan Joey dan menyeret gadis itu keluar. Seluruh mata yang ada di sana terfokus ke arah Joey dan Rain.
"Hei!" teriak Ace saat melihat gadis kesayangannya di seret paksa dari lantai dansa. Suara lantangnya menggema dan menghentikan langkah kaki Rain. Pria bertubuh tegap itu berdiri dan mendekat ke arah Ace. Wajahnya mereka saling berhadapan kurang dari satu jengkal.
"Lepasin tangan lo dari Joey!" bentak Ace.
"Hei, Cil! Lo ga usah ikut campur sama urusan gue dan Joey!" mata elang milik Rain benar-benar membuat takut lawan yang menatapnya.
Ace yang semula terlihat garang, ia terdiam sesaat setelah mendengarkan ucapan Rain. Siapa pria ini? Ada urusan apa dia dengan gadis kesayangannya, begitu pikirnya.
Joey menatap ke arah Ace dengan tatapan yang nanar, ia sudah terlanjur malu dengan tatapan orang yang sedari tadi melihat ke arah mereka bertiga. "Kak, maaf aku pulang dulu."
Rain melanjutkan langkahnya tanpa melepaskan genggaman tangannya dari lengan kurus milik Joey. Pria itu berjalan melintasi lantai dansa dan mata-mata yang menatap penasaran. Sedangkan Joey hanya mengekori dengan wajah yang tertunduk.
Rain membuka pintu sedan Merci hitamnya dan membiarkan Joey masuk ke dalam, lalu ia menutup kembali pintu tersebut. Setelah itu ia bergegas masuk ke dalam mobilnya. Melihat Joey belum mengenakan sabuk pengaman, Rain mendekatkan tubuhnya ke tubuh Joey untuk meraih sabuk pengaman.
Deg deg deg!
Debaran aneh yang berdetak dengan kencang membuat Joey semakin bergidik. Entah itu rasa takut karena melihat wajah garang Rain yang tak pernah ia lihat atau karena aroma tubuh Rain yang tercium olehnya karena jarak tubuh mereka yang terlalu dekat.
"O-om, aku bisa memasangnya sendiri."
Ucapan Joey sukses membuat Rain menggerakkan kepalanya menatap ke arah gadis itu. Mata mereka saling bertemu saat jarak wajah mereka kurang lebih hanya setengah jengkal. Joey menahan nafasnya.
Ctek!
Sabuk pengaman telah terpasang. Rain menjauhkan tubuhnya dari tubuh Joey dan bergegas menurunkan rem tangan lalu menginjak pedal gas tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Pria itu benar-benar berdarah dingin. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu.
"Om," panggil Joey lirih. Gadis itu menunduk memain-mainkan jarinya. "Aku nggak kenapa Om marah. Apa karena aku pulang telat?"
"...."
Hening. Tanpa ada jawaban yang dapat menenangkan hati Joey. Gadis itu dibuat gelisah karena tak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat. Apalagi kecepatan mobil yang ia tumpangi melebih kecepatan rata-rata. Ia semakin ketakutan.
Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya mereka tiba di apartemen. Joey segera melepaskan heels hitam kesayangannya. Niat hati ingin segera masuk ke kamar setibanya di apartemen, tapi terpaksa ia urungkan saat Rain menahan tangannya dari belakang.
"Mampus dah gue! Gue salah apa sih!" gerutunya dalam hati.
Gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Rain. Tanpa jeda, Rain mencondongkan tubuhnya dan menempelkan wajahnya ke arah Joey sehingga tubuh gadis itu menegang dengan darah yang seolah-olah terhenti saat itu juga.
"O-om," Joey ketakutan dengan mata yang terbelalak. Gadis itu merem as bajunya mencoba menghilangkan rasa takut.
"Kamu tau Nerium Oleander?" tanya Rain tiba-tiba.
Joey mengernyitkan keningnya lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak tau.
"Bunga yang indah, tapi sangat beracun. Hanya dengan memakannya saja dapat membuat air liur berlebih dan detak jantung tak karuan. Anehnya, saya belum memakan bunga itu, tapi saya sudah merasakan racunnya."
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Maria Tuhalauruw
😲😲😃😃😃😃❤️❤️❤️
2024-02-07
0
lenong
dahsyat banget donk Rain🤭🤭
2023-10-26
1
Qaisaa Nazarudin
Takutnya si Ace akan ngambil kesempatan ninke Joey mlm ini..
2023-07-27
0