Mekarlah dengan Sempurna

..."Oke, Om! Aku janji akan selalu inget perkataan, Om. MEKARLAH DENGAN SEMPURNA!" - Joey...

...🌸🌸🌸...

Kurang lebih tujuh jam Joey tak sadarkan diri, kini ia perlahan sadar dan mengedip-ngedipkan matanya menatap langit-langit yang asing dan tak pernah ia lihat selama ini. Tubuh ringkihnya remuk dan tak berdaya. Gadis kecil yang berusia empat tahun tersebut mengucek matanya agar dapat melihat dengan jelas apa yang ada disekitarnya.

"Joey? Benar nggak?" tanya Rain. Ternyata pemuda itu telah menemani Joey di rumah sakit. Wajahnya terlihat berantakan karena kelelahan dan belum tidur.

"Om yang di halte tadi ya?" Joey balik bertanya. Gadis kecil itu menggerakkan tangannya untuk menopang tubuhnya agar ia bisa duduk, namun terasa sakit karena jarum infus yang tertancap di pembuluh darahnya.

"Aww!" pekik gadis kecil itu.

"Hei, jangan gerak dulu!" tegur Rain. "Kamu itu kekurangan cairan tubuh, juga demam tinggi saat ke rumah sakit!"

Suara lantang Rain yang nyaring itu mengejutkan Joey. Sorot mata gadis kecil yang semula berbinar-binar karena melihat Rain kini menjadi redup. Bibirnya perlahan melengkung terbalik.

"Ck!" Rain berdecak sebal karena dia tak tau harus bagaimana menghadapi anak kecil. Ia bangkit dari duduknya dan menempelkan punggung tangannya ke dahi Joey. Demamnya sudah surut, pikir Rain. Ia menghela nafas pelan.

"Om, aku haus."

Tanpa menjawab sepatah katapun, Rain memapah tubuh kecil Joey untuk duduk. Ia merapikan bantal dan menyenderkan punggung kecil Joey ke bantal tadi. Sebenarnya dia bisa saja menekan tombol yang ada di ranjang pasien tersebut agar bagian atas ranjangnya terangkat dan Joey tak perlu duduk. Tapi karena tubuh Joey yang sangat kecil, ia memutuskan untuk menyangga menggunakan bantal saja sudah cukup.

Setelah itu, Rain memberikan gelas yang berisikan air putih dan menyodorkannya ke Joey. Tangan mungil itu meraih gelas yang lumayan besar untuk ukuran badannya. Ia memegang dengan sangat hati-hati menggunakan kedua tangannya. Rain yang tak tahan melihat gadis kecil itu kesulitan, ia membantu memegangkan gelas itu sambil Joey menyeruput air di gelas tersebut.

Gluk gluk gluk.

"Ahhh!" Gadis kecil itu keriangan hanya karena segelas air putih yang telah ia minum. "Makasih, Om!"

"Emangnya saya, Om-mu?" tanya Rain sengit tanpa melihat ke arah gadis tersebut.

"Kan Om jauh lebih tua dari aku?" ucap gadis kecil tersebut sambil nyengir.

"Berhenti panggil, Om! Emangnya tampang saya udah tua?" Rain mengatakannya dengan wajah yang datar.

"Terus, aku harusnya manggil apa?"

"Terserah," jawab Rain ketus dan dingin. Sebenarnya, pria ini hangat, hanya saja dia tak tau bagaimana cara mengekspresikannya.

"Oke, Om," Joey kembali memanggil pria tersebut dengan panggilan Om sambil cekikikan. Gadis kecil itu ternyata tau bagaimana cara membuat orang kesal.

Rain mendelik namun tak dapat merespon apa-apa. Tak ada gunanya buang-buang waktu berdebat dengan gadis kecil yang usianya terpaut jauh dengannya. Toh setelah hari ini, mereka tak akan bertemu lagi, pikir Rain saat itu.

Masih dingin seperti sebelumnya, Rain tak memberikan respon apa-apa. Ia meletakkan gelas tadi ke atas meja, lalu membenarkan selimut Joey. Setelah itu ia mengambil mangkok yang berisikan bubur di dalamnya. Rain duduk di sisi ranjang tersebut sambil menyuapi Joey makan.

"Aku udah gede, Om," ucap Joey sambil meraih mangkok yang ada di tangan Rain.

"Kalo udah gede, berarti semua tagihan rumah sakit ini, kamu yang bayar ya? Bubur ini juga tadi saya beli pake duit," ucap Rain sambil menaikkan alisnya sebelah. Entah dia serius atau tertawa, siapapun tak dapat menebaknya karena Rain mengatakannya dengan wajah datar tanpa eskpresi.

Joey hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis kecil itu terenyuh saat mendengarkan sesuatu yang berhubungan dengan uang.

"Aku nggak punya uang, Om." mata Joey berkaca-kaca. Tiba-tiba ia teringat kembali akan kelakuan kasar yang ia terima tadi karena ayahnya.

"Udah, makan aja dulu. Ini saya yang bayarin, tapi kamu harus janji satu hal sama saya."

"Apa, Om?" tanya Joey sambil mendongak dan menatap wajah Rain.

"Jangan berisik. Saya nggak suka anak kecil yang berisik," ucap Rain seraya menyodorkan sendok yang berisikan bubur ke mulut Joey. Mendengar permintaan tersebut, Joey hanya menganggukkan kepalanya dan menuruti dengan patuh.

"Nanti, kalo buburnya habis, saya anterin kamu pulang."

Mendengar ucapan Rain, mimik wajah Joey kembali menjadi suram. "Oke, Om."

Sepertinya, gadis kecil itu takut karena tau bahwa dia akan menghadapi kenyataan hidupnya yang pahit lagi.

...****************...

"Kamu yakin turun di sini?" tanya Rain sambil melihat sekelilingnya.

Saat itu jam menunjukkan pukul 7.00 WIB. Hari ini adalah hari Sabtu, di mana jalanan tak sepadat seperti hari biasa. Setelah semalaman Rain menemani gadis kecil itu di rawat sebentar di UGD, pagi ini ia mengantarkan gadis kecil itu pulang. Tapi yang anehnya, gadis itu bukan membawa Rain ke rumahnya melainkan ke halte kemaren.

"Iya, Om," jawab Joey dengan polos. Gadis kecil itu tersenyum sumringah saat tangan kirinya menenteng kantong plastik besar yang berisikan makanan dan camilan yang dibelikan oleh Rain untuknya. Dan yang paling membuatnya bahagia adalah tangannya yang sebelah lagi memegang sekitar 10 lembaran uang kertas berwarna merah yang bergambar utama pahlawan nasional Dr. (H.C.) Ir. Soekarno and Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta.

"Om?" panggil Joey dengan mata yang berbinar-binar.

Rain menatap gadis itu saat dipanggil.

"Uangnya buat aku?" tanya Joey sambil memainkan kakinya ke tanah, memelintir dengan gaya manja dan bertingkah imut layaknya anak kecil pada umumnya.

"Hmm...."

"Makasih ya, Om!" ucap Joey. Gadis itu tersenyum sumringah sehingga menampilkan gigi susunya yang masih utuh dan rapi.

"Yaudah, saya duluan."

Rain langsung memasuki sedannya yang dihantarkan oleh Pak Tono ke rumah sakit subuh hari tadi. Kemudian ia bergegas melaju meninggalkan halte di mana Joey diturunkan.

Gadis kecil itu mengantarkan kepergian Rain lewat tatapan matanya hingga mobil itu perlahan menghilang dan tak lagi terlihat. Ia memasukkan lembaran uang merah yang harum itu ke dalam kantong plastik yang berisikan camilan. Gadis itu duduk di kursi yang ada di halte tersebut, lalu mengeluarkan coklat dan memakannya sambil tertawa bahagia. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil mengayunkan kedua kakinya yang menggantung saat duduk di halte tersebut.

"Ck! Dapet dari mana?" tukas seorang pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Joey. Pria itu merampas plastik yang digenggam Joey.

"Ayah?" seketika mimik wajah Joey yang bahagia berubah menjadi panik dan ketakutan. Coklat yang ia genggam tadi jatuh ke atas lantai halte tersebut.

"Anjir! Lo dapet dari mana uang sebanyak ini?!" pria tersebut kegirangan melihat lembaran kertas berwarna merah yang ada di dalam kantong plastik tersebut.

Joey hanya diam tak bergeming. Ia menundukkan wajahnya.

"Woi! Jawab!" bentak pria itu sambil memegang dagu Joey dengan kuat.

"Ada Om-Om yang ngasih, Yah."

"Nah, gitu dong. Jadi anak yang berguna!" pria itu membuang wajah Joey ke kiri dengan keras. "Sekarang lo pergi ngamen lagi sono!"

"Tapi, Yah. Uangnya kan masih banyak?"

PLAKKKK!

Pria tersebut mengeplak kepala Joey dengan keras. "Baru dapet segini udah berani ngelawan lo ya! Sana ngamen! Kalo sampe lo nggak dapet uang hari ini, jangan harap lo bisa makan! Camilan lo gue sita, ntar gue kasih kalo lo dapet uang yang banyak!"

Pria tersebut bergegas pergi meninggalkan Joey sambil melihat-lihat isi camilan yang ada di dalam plastik tersebut. Joey menatap hampa jalanan yang perlahan mulai padat itu. Ingin rasanya gadis kecil itu menangis, tapi dia tak dapat melakukannya. Bibirnya seolah terkunci dan tak dapat ia buka. Entah kenapa, mungkin karena ia telah terbiasa diperlakukan seperti itu.

Di waktu yang sama, di dalam sedan mewahnya, Rain tak sengaja melirik tempat duduk yang ada di sebelahnya. Terdapat kerincing pengamen kecil tadi, sepertinya gadis itu lupa membawa kerincing tersebut karena terlalu bahagia dengan camilan dan uang yang ia dapati. Rain menepikan mobilnya, lalu membuka kaca mobilnya. Ia mengambil kerincing tersebut dan berniat ingin membuangnya ke luar, namun tangannya terhenti seolah-olah ada yang sedang menahan.

"Ntar dia ngamen pake apa?"

"Ah! Bukan urusan gue!"

"Tapi kasian juga tuh bocil."

Ia terdiam sejenak selama beberapa detik.

"Ah! Bodo amat! Nggak peduli!"

Kurang lebih lima belas menit kemudian, Rain kembali berada di halte di mana ia menurunkan Joey. Matanya menatap ke arah halte yang ada di sebelah kirinya, ia mencari-cari sosok bocil yang ada dipikirannya.

"Ke mana lagi tuh bocil!" gerutunya. Ia menurunkan rem tangan dan berniat ingin menginjak pedal gas, namun matanya terhenti di kaca spion saat mendapati gadis yang ada dipikirannya sedang ngamen. Kali ini ia ngamen tanpa alat musik, hanya dengan membawa gelas aqua bekas.

"Dasar bocil matre! Emangnya uang yang tadi masih kurang?!" umpat Rain. Ia menarik kembali rem tangan dan keluar dari mobilnya, lalu bergegas menuju halte.

Tak memakan waktu lama, seketika Joey langsung tersadar dengan sosok yang tak asing yang ia lihat sedang berdiri di halte menatap ke arahnya. Gadis itu melambaikan tangannya ke arah Rain. "Om!!!" ia berteriak kegirangan, wajah yang semula lesu, kini menjadi bersemangat. Ia bergegas menghentikan aktifitas ngamennya dan berlari dengan kencang ke arah halte.

"Om!" panggilnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Tubuhnya berkeringat karena terkena paparan matahari pagi dan juga polusi.

"Kenapa masih ngamen?" Rain langsung menanyakan hal yang ada dipikirannya saat itu. Pria muda itu berdiri sambil menyilangkang tangannya ke dada dengan tatapan yang dingin. "Camilan sama uang tadi mana?"

Joey tertunduk mendengar pertanyaan Rain. Ia menggigit bibir bawahnya sambil memainkan gelas aqua bekas itu dengan mata yang bimbang.

"O-om, m-maaf."

Rain menaikkan alisnya sebelah.

"A-aku menghilangkannya."

Rain berdecak sebal mendengar perkataan gadis kecil itu. "Hei, Dek. Kalo nggak bisa bo'ong, belajar dulu sana!"

Joey kembali terdiam.

"Hei!" suara lantang Rain mengejutkan gadis kecil itu sehingga ia tersentak dengan tubuh yang terangkat.

"Di ambil Ayah, Om," karena terkejut oleh suara lantang Rain, Joey tak sengaja menitikkan airmatanya. Ia ketakutan setengah mati saat orang yang ia anggap penolong membentaknya.

"Hah!" Rain mendengus kesal dengan kuat. Pria itu mondar mandir di depan Joey sambil memijat pelipisnya yang tak sakit itu, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu. Entah kenapa ia benar-benar peduli dengan apa yang terjadi pada gadis kecil itu. Mungkin karena simpati dan iba?

Tak lama setelah itu, Rain jongkok di hadapan gadis kecil yang sedang menangis terisak-isak itu.

"Pilih, mau di sini atau ikut?"

"Hah?" Joey menganga tak mengerti sembari menatap ke arah Rain.

"Kalo di sini, kamu akan terus seperti ini, tapi kalo kamu ikut, kamu nggak akan ngamen seperti ini lagi dan saya akan menyekolahkanmu."

Gadis polos yang saat itu tak mengerti apa itu hutang budi dan jasa, ia menatap Rain dengan tatapan yang mengiba. Dipikirannya saat ini, ia tak ingin ngamen lagi, ia tak ingin selalu menahan lapar dan ia juga sangat tak ingin bertemu ayahnya yang selalu menganiayanya, bahkan ia juga tak punya teman. Ia benar-benar anak yang kesepian.

"Emangnya boleh, Om?" tanya Joey polos.

"Hmm."

"Kalo aku ikut Om, aku ga akan kelaparan 'kan?"

"Hmm."

"Kalo aku ikut Om, aku punya banyak teman 'kan?"

"Hmm."

"Terus, kalo aku ikut Om, apa Ayah akan memukulku? Aku takut."

"Kamu masih mau ketemu Ayah kamu nggak?"

Joey menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yaudah, ntar saya cari cara supaya kamu ga bakalan ketemu lagi sama Ayah kamu."

"Om beneran?"

"Hmm."

"A-aku ... a-aku mau ikut Om," ucap Joey. Tekadnya sudah bulat dan ia tergiur dengan tawaran Rain.

"Tapi ada satu syarat!"

Joey mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya menatap ke arah Rain. "Apa tuh, Om?"

"Mekarlah dengan sempurna."

"Hah? Aku nggak ngerti."

"Benar, kamu nggak akan ngerti maksud saya sekarang. Tapi kamu harus inget baik-baik kata-kata saya yang satu ini. Mekarlah dengan sempurna," tanpa sengaja sebuah senyuman hangat terukir di wajah tampannya yang sering disanding-sandingkan mirip dengan Cha Eun Woo.

"Oke, Om! Aku akan mengingat kata-kata itu. Me ...." Joey terdiam tak dapat melanjutkan kata-katanya. Ia mengerutkan keningnya mencoba mengingat-ngingat lagi perkataan Rain.

"Ck! Baru juga dibilangin, tuh udah lupa," Rain tertawa kecil namun hanya sebentar. "Me-kar-lah de-ngan sem-pur-na."

"Oke, Om! Aku janji akan selalu inget perkataan, Om. MEKARLAH DENGAN SEMPURNA!" Joey memberikan penekanan saat mengucapkan kalimat 'mekarlah dengan sempurna.' Gadis itu tertawa lepas karena beban di hatinya selama ini akan segera memudar, lenyap dan tak lagi membelenggunya.

...****************...

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

si om gak tega juga

2025-02-27

0

lenong

lenong

gak papa juga sih Joey jodoh nya si Om😊

2023-10-26

1

HNF G

HNF G

Aaaaa..... oppa eun woo😍😍😍😍😍

2023-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Si Kupu-Kupu Malam
2 Mekarlah dengan Sempurna
3 Bukan Kupu-Kupu, tapi Nerium Oleander
4 Gadis Pemilik Racun Nerium Oleander
5 Bukan Sugar Baby Om-Om!
6 Gejolak dari Nerium Oleander
7 Untuk Dia yang Istimewa
8 Terciptanya sebuah Chemistry
9 Tak Ada yang Gratis di Dunia ini
10 Saksi Bisu Pertumbuhan Nerium Oleander
11 Oleander yang Dipetik Orang
12 Hama pada Oleander-ku
13 Obsesi Oleander Dimulai
14 Kelemahan Oleander-ku
15 Obsessive Love Disorder (OLD) Part 1
16 Obsessive Love Disorder (OLD) Part 2
17 Obsessive Love Disorder (OLD) Part 3
18 Obsessive Love Disorder (OLD) Part 4
19 Pria Sejati Milik Oleander
20 Secantik Oleander Kesukaanku
21 Aku Mencintaimu ... Oleander
22 Sekecil Apapun itu ...
23 Kisah di balik Kupu-Kupu Malam
24 Oleander-ku Harus Pasrah!
25 Pemanasan untuk Oleander-ku
26 Baju Dinas untuk Oleander-ku
27 Jangan Sentuh Oleander-ku!
28 Janji Semu yang Membelenggu
29 Bolehkah Aku Mencintainya?
30 Efek dari Obsesi yang Tertahankan
31 Layu Setelah Dipetik
32 Tak Bisa Mekar Lagi
33 Menjadi Kupu-Kupu Malam?
34 Bayaran untuk Si Kupu-Kupu Malam
35 Never Love Her Like I Love You
36 Selamat Tinggal ... Rain-ku Sayang
37 Bukan Cinta! Melainkan Obsesi!
38 Bakat Oleander-ku
39 Status Calon Istri Oleander
40 Siapakah Leons?
41 Sangar tapi Hello Kity
42 Lalat Hijau
43 Teori Weightlifting
44 Simbol dari Obsesi Oleander
45 Mendekati Oleander-ku?
46 Oleander Si Pencuri Hati
47 Relasi Pertama Oleander
48 INFO
49 Mata yang Tak Pernah Berbohong
50 Jangan Pernah Berfikir untuk Pergi
51 Nyonya Rain Ravindra
52 Kupu-Kupu yang Dikurung
53 Terima Kasih Oleander-ku Sayang
54 Sebuah Tujuan dalam Hidup
55 Mawar Putih untuk Oleander
56 Will You Marry Me?
57 Melawan Akal Sehat
58 Kenakalan Oleander-ku
59 Tempat Ternyaman
60 Permainan Hati
61 Tak Akan Menahanmu Lagi
62 Membunuh Secara Perlahan
63 Membalas Perasaan
64 Hak untuk Melarangku!
65 Kupu-Kupu Liar
66 Sugar Baby Kale?
67 Ingin Kuungkapkan Rinduku
68 Joey Ainsley Kelemahan Terbesar Rain
69 Waktu yang Singkat
70 Rela Terkena Gosip demi Dia
71 Permainan Semesta
72 I'm Here, Sweetheart~
73 Aku Akan Selalu Menemukanmu
74 Rumah Untukku Pulang
75 Cinta Saja Tak Cukup
76 Luka yang Mendarah Daging
77 Menangislah Jika Sakit
78 Deep Talk dengan Oleander
79 The Real Lady Boss
80 Di Dekatmu Aku Baik-baik Saja
81 Jangan Lupa Pulang, Rain-ku Sayang
82 Hal yang Tabu
83 Memutar Waktu
84 Mungkinkah Percaya?
85 Oleander-ku yang Berharga
86 Sebuah Titik Terang
87 Semua Karena Gadis Itu
88 Obsesi yang Membara
89 Menyerahlah!
90 Jalan Terbaik Untuk Oleander-ku
91 Rasa Sakit Oleander-ku
92 Darah Harus Dibalas Darah!
93 Cepatlah Sadar ... Oleander
94 Semua Ini Salahku
95 Cinderella di Zaman Modern
96 Salahku, Bukan Salahmu
97 Cinta Tanpa Pamrih
98 Menerima Perjodohan
99 Santapan Makan Siang
100 Give Me Another Baby
101 Menjadikanmu Seutuhnya Milikku
102 Sampai Tutup Usia
103 New Update nih ges! Just Info. Hehehe
104 Oleander Ini Milikmu
105 Panggil Aku 'Sayang'
106 Sebatas Cinta Satu Malam
107 Om Harry...
108 Jangan Salahkan Aku, Zea
109 Terpesona pada Oleander Milikku
110 Ayo! Berpacaran dengan Tujuan Menikah
111 Menikahi dan Menafkahimu~
112 Gadis Nakal
113 Olahraga Malam
114 Ini Perintah!
115 Miskin Sekali Hatinya...
116 Apapun Yang Terjadi...
117 Hanya Aku Yang Berhak Berada Di Sisinya!
118 Rasa Ingin Tahu Om Rain
119 Kabar Bahagia dari Zea
120 Pria Dewasa Lebih Menggoda
121 Lanjutkan Perjodohan Ini
122 Gadis Yang Membuatku Bertekuk Lutut
123 Sara Walters Si Wanita Gila!
124 Aku Harus Memilikinya!
125 Perawan Tua
126 Pria Yang Kamu Cintai
127 Membayangkannya Saja Membuatku Kesal
128 Pergi Tanpa Sepatah Kata
129 Alasan Ingin Menikahiku
130 Kebenaran Perlahan Terbongkar
131 Oleander yang Ku Cintai
132 Mama Muda
133 Kabar Yang Mengejutkan!
134 Selamat! Tuan CEO!
135 Bersyukur Karena Kita Dipertemukan
136 Dia Tetaplah Seorang Ayah
137 Tergila-gila Padanya ...
138 Aku Tak Bahagia dan Aku Tersiksa
139 The Biggest Love from You
140 Kau Juga Ingin Meninggalkanku?
141 Keluarga Yang Hangat
142 Izinkan Aku Menyayangimu
143 Obsesi Oleander - TAMAT
144 Kegilaan Hot Daddy
145 Ayah Darurat Untuk Janinku
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Si Kupu-Kupu Malam
2
Mekarlah dengan Sempurna
3
Bukan Kupu-Kupu, tapi Nerium Oleander
4
Gadis Pemilik Racun Nerium Oleander
5
Bukan Sugar Baby Om-Om!
6
Gejolak dari Nerium Oleander
7
Untuk Dia yang Istimewa
8
Terciptanya sebuah Chemistry
9
Tak Ada yang Gratis di Dunia ini
10
Saksi Bisu Pertumbuhan Nerium Oleander
11
Oleander yang Dipetik Orang
12
Hama pada Oleander-ku
13
Obsesi Oleander Dimulai
14
Kelemahan Oleander-ku
15
Obsessive Love Disorder (OLD) Part 1
16
Obsessive Love Disorder (OLD) Part 2
17
Obsessive Love Disorder (OLD) Part 3
18
Obsessive Love Disorder (OLD) Part 4
19
Pria Sejati Milik Oleander
20
Secantik Oleander Kesukaanku
21
Aku Mencintaimu ... Oleander
22
Sekecil Apapun itu ...
23
Kisah di balik Kupu-Kupu Malam
24
Oleander-ku Harus Pasrah!
25
Pemanasan untuk Oleander-ku
26
Baju Dinas untuk Oleander-ku
27
Jangan Sentuh Oleander-ku!
28
Janji Semu yang Membelenggu
29
Bolehkah Aku Mencintainya?
30
Efek dari Obsesi yang Tertahankan
31
Layu Setelah Dipetik
32
Tak Bisa Mekar Lagi
33
Menjadi Kupu-Kupu Malam?
34
Bayaran untuk Si Kupu-Kupu Malam
35
Never Love Her Like I Love You
36
Selamat Tinggal ... Rain-ku Sayang
37
Bukan Cinta! Melainkan Obsesi!
38
Bakat Oleander-ku
39
Status Calon Istri Oleander
40
Siapakah Leons?
41
Sangar tapi Hello Kity
42
Lalat Hijau
43
Teori Weightlifting
44
Simbol dari Obsesi Oleander
45
Mendekati Oleander-ku?
46
Oleander Si Pencuri Hati
47
Relasi Pertama Oleander
48
INFO
49
Mata yang Tak Pernah Berbohong
50
Jangan Pernah Berfikir untuk Pergi
51
Nyonya Rain Ravindra
52
Kupu-Kupu yang Dikurung
53
Terima Kasih Oleander-ku Sayang
54
Sebuah Tujuan dalam Hidup
55
Mawar Putih untuk Oleander
56
Will You Marry Me?
57
Melawan Akal Sehat
58
Kenakalan Oleander-ku
59
Tempat Ternyaman
60
Permainan Hati
61
Tak Akan Menahanmu Lagi
62
Membunuh Secara Perlahan
63
Membalas Perasaan
64
Hak untuk Melarangku!
65
Kupu-Kupu Liar
66
Sugar Baby Kale?
67
Ingin Kuungkapkan Rinduku
68
Joey Ainsley Kelemahan Terbesar Rain
69
Waktu yang Singkat
70
Rela Terkena Gosip demi Dia
71
Permainan Semesta
72
I'm Here, Sweetheart~
73
Aku Akan Selalu Menemukanmu
74
Rumah Untukku Pulang
75
Cinta Saja Tak Cukup
76
Luka yang Mendarah Daging
77
Menangislah Jika Sakit
78
Deep Talk dengan Oleander
79
The Real Lady Boss
80
Di Dekatmu Aku Baik-baik Saja
81
Jangan Lupa Pulang, Rain-ku Sayang
82
Hal yang Tabu
83
Memutar Waktu
84
Mungkinkah Percaya?
85
Oleander-ku yang Berharga
86
Sebuah Titik Terang
87
Semua Karena Gadis Itu
88
Obsesi yang Membara
89
Menyerahlah!
90
Jalan Terbaik Untuk Oleander-ku
91
Rasa Sakit Oleander-ku
92
Darah Harus Dibalas Darah!
93
Cepatlah Sadar ... Oleander
94
Semua Ini Salahku
95
Cinderella di Zaman Modern
96
Salahku, Bukan Salahmu
97
Cinta Tanpa Pamrih
98
Menerima Perjodohan
99
Santapan Makan Siang
100
Give Me Another Baby
101
Menjadikanmu Seutuhnya Milikku
102
Sampai Tutup Usia
103
New Update nih ges! Just Info. Hehehe
104
Oleander Ini Milikmu
105
Panggil Aku 'Sayang'
106
Sebatas Cinta Satu Malam
107
Om Harry...
108
Jangan Salahkan Aku, Zea
109
Terpesona pada Oleander Milikku
110
Ayo! Berpacaran dengan Tujuan Menikah
111
Menikahi dan Menafkahimu~
112
Gadis Nakal
113
Olahraga Malam
114
Ini Perintah!
115
Miskin Sekali Hatinya...
116
Apapun Yang Terjadi...
117
Hanya Aku Yang Berhak Berada Di Sisinya!
118
Rasa Ingin Tahu Om Rain
119
Kabar Bahagia dari Zea
120
Pria Dewasa Lebih Menggoda
121
Lanjutkan Perjodohan Ini
122
Gadis Yang Membuatku Bertekuk Lutut
123
Sara Walters Si Wanita Gila!
124
Aku Harus Memilikinya!
125
Perawan Tua
126
Pria Yang Kamu Cintai
127
Membayangkannya Saja Membuatku Kesal
128
Pergi Tanpa Sepatah Kata
129
Alasan Ingin Menikahiku
130
Kebenaran Perlahan Terbongkar
131
Oleander yang Ku Cintai
132
Mama Muda
133
Kabar Yang Mengejutkan!
134
Selamat! Tuan CEO!
135
Bersyukur Karena Kita Dipertemukan
136
Dia Tetaplah Seorang Ayah
137
Tergila-gila Padanya ...
138
Aku Tak Bahagia dan Aku Tersiksa
139
The Biggest Love from You
140
Kau Juga Ingin Meninggalkanku?
141
Keluarga Yang Hangat
142
Izinkan Aku Menyayangimu
143
Obsesi Oleander - TAMAT
144
Kegilaan Hot Daddy
145
Ayah Darurat Untuk Janinku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!