Bab 02

Author POV

Abraham Wilson, atau yang lebih akrab disapa Bram, adalah anak kedua sekaligus menjadi anak tunggal bagi pasangan Darren dan Samara Wilson. Awalnya, ia bukanlah satu-satunya anak. Kakaknya telah lama menghilang tanpa jejak dan tak pernah kembali.

Namun, Bram sebenarnya tahu bahwa kakaknya yang ia benci masih hidup. Lebih dari itu, kakaknya kini adalah saingan bisnis terbesarnya.

Sejak dulu, Bram memiliki sifat nakal. Ia sulit mengendalikan sisi gelapnya, bahkan tanpa diketahui Flora—istrinya—Bram telah berselingkuh.

Wanita itu bernama Claudia, seorang wanita yang jauh lebih muda darinya, sekaligus mantan anak magang di kantornya. Hubungan terlarang mereka telah berlangsung selama dua tahun, tepat sejak Flora mengalami keguguran anak pertamanya.

Saat Flora hamil anak kedua, Bram semakin larut dalam hubungan gelapnya. Ia memanjakan Claudia dengan harta, menghabiskan waktu dengannya dalam permainan panas yang terus berulang.

Ketika Flora mengalami keguguran lagi—kali ini lebih serius dari sebelumnya—Bram tak berada di sisinya. Ia justru tengah bersenang-senang dengan Claudia.

Saat akhirnya mengetahui hal itu, Bram terpuruk. Ia melihat Flora yang terguncang jiwanya, menyesali keputusannya. Namun, ada suatu alasan yang membuatnya tak bisa melepaskan Claudia begitu saja. Bram membutuhkan Claudia untuk sebuah rencana besar yang hanya ia sendiri yang tahu.

Author POV End

---

Keesokan Harinya

Flora terbangun lebih dulu dari suaminya. Ia menyamping, menghadap Bram yang masih tertidur pulas. Senyum lembut terukir di wajahnya saat menatap pria yang sangat ia cintai.

Flashback On

Malam itu, Flora berdiri sendirian di balkon, menatap bulan. Matanya terpejam, tapi air matanya menetes tanpa bisa ia tahan. Ia tak bisa tidur. Hatinya begitu sesak dengan perasaan yang tak bisa ia ungkapkan.

Tanpa suara, Bram datang dari belakang dan memeluknya erat. Ia mengecup lembut leher dan bahu Flora, lalu menyandarkan kepalanya di sana.

“Kau bersedih, ya?” tanyanya dengan suara lembut.

Flora menggigit bibirnya, menahan tangis yang hampir pecah. Meski ia diam, Bram tahu istrinya sedang menangis.

“Bram…” panggil Flora lirih.

“Ada apa?” Bram bertanya lagi.

Flora melepaskan pelukan suaminya dan membalik tubuhnya, menatap Bram dengan mata berkaca-kaca.

“Aku… maaf,” ucapnya.

“Untuk apa?” Bram mengernyit.

“Maaf karena aku tak bisa menjadi istri yang baik untukmu. Aku tidak sempurna...” bisik Flora dengan suara bergetar.

Bram tersenyum kecil, lalu mengelus lembut rambut istrinya. Ia mengecup kening Flora dan menangkup wajahnya.

“Kamu adalah istriku, dan tidak ada yang sempurna di dunia ini. Aku mencintaimu apa adanya,” ucap Bram dengan penuh ketulusan.

Tangis Flora akhirnya pecah, tapi di antara air matanya, ia tersenyum. Ia memeluk Bram erat, menyembunyikan semua luka dan kesedihan yang ia pendam sendirian.

Bram membalas pelukannya, tapi ia masih tak mengerti kenapa Flora bersikap seperti ini.

Flora kemudian melepaskan pelukannya dan menatap suaminya lekat-lekat.

“Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya padamu, Bram…” bisiknya.

Bram mengernyit. “Ada apa?”

Flora tersenyum tipis. Ia meraih tangan Bram dan menempelkannya di perutnya, lalu menyatukan hidung mereka.

“Aku benar-benar tak tahu bagaimana mengatakannya padamu. Aku takut… aku takut akan gagal lagi,” ucap Flora, menangis.

Bram terkekeh pelan, tapi matanya juga memerah. Ia mengerti maksud istrinya. Dengan penuh kebahagiaan, ia mencium Flora.

“Jangan takut,” bisik Bram sambil menghapus air mata di pipi istrinya. “Aku akan selalu bersamamu. Aku akan menjagamu, dan aku takkan pernah menyakitimu.”

Mereka kembali berciuman, penuh kelembutan dan harapan.

Flashback Off

Pagi itu, Flora bangkit dari ranjang dan segera menyiapkan pakaian suaminya serta sarapan.

Bram terbangun tak lama setelah itu. Ia memeluk istrinya dari belakang dan mengecup lehernya.

“Mandi dulu sana,” ujar Flora.

Bram pun tersenyum, melepas pelukan, lalu masuk ke kamar mandi. Sementara itu, Flora turun ke dapur untuk mempersiapkan sarapan bagi suaminya.

Setelah selesai, Bram turun dan menikmati masakan istrinya sebelum akhirnya berangkat ke kantor.

---

Di Kantor

Setibanya di ruangannya, Bram terkejut melihat seorang pria tengah duduk di kursi kepemilikannya.

“Siapa kau?” tanyanya tajam.

Pria itu memutar kursinya perlahan, memperlihatkan wajahnya.

Harish.

Bram membeku. “Harish…”

Pria itu tersenyum menyeringai. “Halo, Bram.”

Bram masih menatapnya dengan penuh keterkejutan. “Harish…?”

Harish tersenyum, bangkit dari kursinya, dan berjalan mendekati Bram. Ia menepuk bahu adiknya dengan ringan.

“Sudah lama sekali,” ucapnya santai.

Tatapan mereka bertemu.

Bram mengepalkan tangannya. “Apa maumu, Harish? Kenapa kau ada di sini?”

Harish tersenyum tipis, lalu menatap foto Flora dan Bram di meja kerja adiknya.

“Istrimu cantik sekali,” pujinya.

Bram tersulut emosi. Ia hampir menghantam wajah Harish dengan tinjunya.

“Hentikan!” bentak Harish sebelum pukulan Bram mengenai wajahnya.

Dengan cepat, Harish menangkap tangan Bram, lalu menghajarnya lebih dulu.

BUGH!

Sebuah pukulan keras mendarat di perut Bram.

“Itu akibat kau ingin menyakitiku, Abraham. Lain kali, kau bisa kehilangan tanganmu,” ucap Harish dingin.

Setelah itu, Harish berbalik dan meninggalkan kantor Bram dengan senyum penuh kemenangan.

---

Di Dalam Limusin Harish

Harish duduk di dalam limusinnya, menatap keluar jendela dengan ekspresi puas.

Di sampingnya, sekretaris pribadinya, Lucifer, menyerahkan sebuah amplop besar padanya.

“Sudah aku siapkan semuanya,” kata Lucifer.

Harish tersenyum, membuka amplop itu, dan menatap isinya—dokumen lengkap tentang Bram, beserta foto Flora dan suaminya.

Permainan baru saja dimulai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!