Zhafira pikir setelah dia dijual dan berakhir menikah dengan Barra hidupnya akan sedikit lebih tenang. Zhafira berpikir jika Desy dan Winy tidak akan mengganggunya lagi, akan tetapi dia salah besar. Desy kembali menghubunginya, berbasa-basi menanyakan kabar.
"Ada apa, Zhafira?" tanya Kakek Taufik setelah Zhafira mengakhiri panggilan telepon dari Desy.
"Mami hanya bertanya kabar," jawab Zhafira seadanya.
Kakek Taufik merasa tidak yakin akan hal itu, dia sangat tahu hubungan Zhafira dan Desy buruk. Salah satu bukti nyata adalah Desy dengan tega menjual Zhafira, seolah gadis itu sebuah barang.
"Baiklah, Kakek mau beristirahat dulu. Lanjutkan saja obrolan dengan Mamimu." Kakek Taufik beranjak pergi meninggalkan Zhafira yang kini melamun.
Zhafira tahu ada yang diinginkan oleh Desy hingga menghubunginya seperti ini. Sebenarnya dia tidak ingin berhubungan dengan Desy lagi, akan tetapi rumah dan barang-barang peninggalan orang tuanya masih ada ditangan Desy.
Zhafira yakin Desy akan menggunakan hal itu untuk mengancamnya. Kecurigaan Zhafira terbukti setelah Desy mengirimkan sebuah pesan.
Mami butuh uang, hanya 50 juta. Suamimu orang kaya, jadi mintalah padanya. Mami butuh uang itu minggu ini juga!
Zhafira ingin berteriak frustasi menghadapi Desy yang kembali mengganggunya. Zhafira bingung di mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu 1 minggu. Meminta pada Barra tentu bukan solusi yang baik karena pasti pria itu akan menghinanya habis-habisan.
...☆ ☆ ☆...
Barra sudah dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Dalam perjalanan dia memantau aktivitas Zhafira lewat kepala pelayan di mansion. Hal ini dia lakukan untuk mencari tahu seperti apa sosok Zhafira. Sebenarnya Barra ingin mencari cela Zhafira dan membuat gadis itu dibenci oleh Kakek Taufik.
"Ada aktivitas mencurigakan?" tanya Barra pada Darto selaku kepala pelayan mansion.
"Tidak ada, Tuan. Nona saat ini berada di kamarnya, Kakek Taufik juga sudah beristirahat."
"Bagus, pantau terus dia selama saya tidak ada di mansion." Barra mengakhiri sambungan telepon dan kembali fokus pada dokumen ditangannya.
Sebelum berangkat ke Malaysia Barra memberikan 2 buah kartu pada Zhafira. Kartu pertama adalah kartu kredit dan kartu kedua adalah kartu debit yang berisi uang senilai 100 juta. Barra ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Zhafira dengan uang sebanyak itu.
Sementara itu, hingga malam tiba Desy masih sama meneror Zhafira. Memaksa gadis itu untuk segera mengirimkan uang yang dia minta.
Zhafira, jangan main-main! Cepat kirimkan uang itu atau kamu mau Mami bakar semua barang-barang orang tuamu?
Ancaman yang sama dan selalu berhasil mengganggu pikiran Zhafira. Dia tidak memiliki uang sebanyak itu, kecuali uang yang diberikan oleh Barra. Hanya itu satu-satunya yang saat ini terlintas dikepala Zhafira.
"Apa aku pakai uang itu saja? Aku akan menggantinya nanti." Zhafira bergumam gelisah sambil berjalan bolak-balik di dalam kamarnya.
Degan penuh pertimbangan akhirnya Zhafira membalas pesan dari Desy. Dalam hati Zhafira berkata bahwa ini terakhir kalinya dia menuruti keinginan Desy.
Zhafira akan berikan uangnya, tapi Mami juga harus memberikan barang-barang orang tua Zhafira.
Tidak lama balasan dari Desy datang, dia setuju memberikan barang-barang itu asal Zhafira memberinya uang. Mereka sepakat akan bertemu besok siang.
Esok harinya, pagi-pagi sekali setelah selesai menyiapkan semua keperluan Barra. Zhafira meminta izin untuk pergi keluar menemui Desy.
"Mas, boleh Zhafira pergi keluar?" tanya Zhafira dengan hati-hati.
Barra menoleh, menatap sesaat sebelum akhirnya mengangguk singkat.
"Terima kasih," ucap Zhafira lagi.
Barra tidak akan bertanya apa yang dilakukan Zhafira di luar sana karena itu bukan urusannya. Barra hanya perlu memastikan Zhafira tidak membuat hal buruk yang bisa mencoreng nama baik keluarga Al Hakeem.
Ketidakpedulian Barra berujung membuat pria itu merasa marah. Dia baru saja mendapat laporan jika Zhafira mengambil uang sebanyak 50 juta. Barra tidak mempermasalahkan nominalnya, tapi yang menjadi masalah adalah untuk apa uang sebanyak itu Zhafira habiskan dalam 1 hari.
"Rupanya dia mulai menunjukkan sikap aslinya," gumam Barra sinis.
Di tempat lain, Zhafira dan Desy bertemu secara pribadi. Zhafira membawa uang yang diinginkan oleh Desy dan sebelum memberikannya dia menagih janji pada Ibu tirinya itu.
"Mana barang-barang orang tua Zhafira?" taguh Zhafira sebelum memberikan uang yang berada ditasnya.
"Kamu semakin pintar ya, menikah dengan orang kaya buat kamu semakin pintar dan sombong." Desy menatap sinis pada Zhafira sambil menyerahkan sebuah kotak besar berisi barang-barang yang dimaksud oleh Zhafira.
"Zhafira cuma nggak mau terus dimanfaatkan. Mami harus ingat, saat Mami menjualku itu artinya kita nggak memiliki hungan apapun lagi. Tolong berhenti mengganggu Zhafira!" ucap Zhafira dengan tegas.
Desy tertawa melihat perubahan dalam diri Zhafira. Anak tirinya itu kini berani melawan membuat Desy ingin beri pelajaran untuk Zhafira, tapi untuk saat ini dia akan mengalah.
"Seharusnya kamu mengucapkan terima kasih karena berkat Mami, kamu bisa menikah dengan orang kaya ya walaupun suami kamu itu lumpuh." Desy tersenyum mengejek, merasa senang karena kini Zhafira tidak bisa mengacaukan hubungan Winy dengan pacarnya.
"Untuk apa berterima kasih pada seseorang yang sudah menjualku. Sudahlah, Zhafira capek menghadapi Mami. Ingat, ini terakhir kalinya Zhafira mau berurusan dengan Mami lagi!"
Zhafira segera pergi meninggalkan Desy yang berteriak marah karena sikap Zhafira yang dia anggap tidak sopan.
"Dasar anak tidak tahu diuntung!" teriak Desy marah yang tidak dipedulikan oleh Zhafira.
...☆ ☆ ☆...
Barra tiba di mansion dan disambut oleh Zhafira. Ini adalah peraturan di keluarga Al Hakeem, ketika suami pulang ke rumah sang istri harus menyambut dengan penuh senyuman. Meski kini Zhafira hanya mampu tersenyum kaku.
"Kita bicara di ruang kerja!" perintah Barra pada Zhafira.
Zhafira sebenarnya tidak ingin berbicara dengan Barra saat ini. Rasa bersalah karena mengambil uang pria itu seakan menghantui Zhafira.
Dengan langkah berat Zhafira mendorong kuris roba Barra menuju ruang kerja pria itu. Dia bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan oleh Barra.
"Ada apa, Mas?" tanya Zhafira saat mereka sudah berada di ruang kerja pria itu.
"Hari ini kamu menghabiskan uang sebanyak lima puluh juta. Untuk apa uang sebanyak itu? Apakah sekarang kamu menunjukkan sifat aslimu?" Barra bertanya dengan nada datar yang justru membuat Zhafira merasa takut.
"Maaf," ucap Zhafira menunduk malu.
"Saya sudah menduga kamu adalah gadis matre, saya tidak tahu di mana Kakek menemukan gadis sepertimu."
Ucapan Barra sungguh menyakiti hati Zhafira, akan tetapi gadis itu tidak bisa membela diri karena di sini dialah yang bersalah. Desy benar-benar selalu memberi masalah untuk kehidupan Zhafira.
"Mulai besok kamu akan saya awasi! Ingat jangan berpikir untuk berbuat licik di belakang saya!" ancam Barra membuat Zhafira hanya mampu menunduk sedih
...☆ ☆ ☆...
Rekomendasi novel untuk kalian 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
kasian zahfira😭😭
2023-08-14
0
Betty Berlianty
kasian Zhafira 😟
2023-03-27
1