Bab 2 -- Tangisan Zhafira

Zhafira hanya bisa menangis ketika pria tua dan asistennya itu pergi setelah melakukan kesepakatan dengan Desy. Zhafira tidak menyangka jika Desy akan berbuat sejauh ini.

“Mami, kenapa Mami bisa sejahat ini sama aku?” tanya Zhafira disela tangisnya.

“Nggak usah drama, apa yang saya lakukan ini demi menyambung hidup. Anggap saja ini bayaran sudah mengurus kamu selama delapan tahun! Nggak usah nangis, sana kemasi barangmu karena besok mereka akan menjemputmu!”

“Aku nggak mau, Mami! Aku nggak mau!” Zhafira berteriak marah, menolak untuk melakukan perintah Desy.

Winy yang tidak tahan langsung menarik paksa Zhafira dan mengunci gadis itu di dalam kamarnya. Zhafira menangis, menggedor pintu sambil berteriak.

“Mami, Kak Winy! Buka pintunya, aku nggak mau dijual!” Teriak Zhafira sambil terus menggedor pintu kamarnya.

Desy dan Winy memilih untuk pergi, mereka membiarkan Zhafira menangis hingga nanti lelah sendiri. Lagipula, percuma saja Zhafira menolak karena Desy sudah menandatangani kesepakatan dengan pria tua tadi.

“Mi, menurut Mami apa Zhafira akan dijual lagi?” tanya Winy penasaran.

“Mami nggak tahu dan nggak mau tahu. Biarkan saja, yang penting kita dapat uang banyak.” Desy menjawab dengan santai sambil mengelus sebuah cek yang tertulis nominal fantastis.

“Mami kenal pria tua tadi dari mana?” tanya Winy lagi.

“Mami nggak sengaja ketemu teman lama Mami, katanya dia bertemu dengan seseorang yang mencari gadis muda. Sudah banyak gadis muda yang dia datangi, tapi nggak ada satupun yang menarik perhatian. Mami nggak menyangka ketika menawarkan Zhafira, pria tua itu langsung tertarik.”

“Pesona cukup kuat juga,” gumam Winy tidak suka.

Winy tidak mau mengikuti jika Zhafira berkali-kali lipat lebih cantik darinya. Tentu saja Zhafira cantik, orang tuanya saja tampan dan cantik.

“Besok pagi pria tua itu pasti datang menjemput Zhafira, tugas kamu jaga Zhafira jangan sampai dia berhasil kabur!” perintah Desy pada Winy yang hanya bisa mengangguk pasrah.

Sepanjang malam Desy dan Winy mengawasi Zhafira agar gadis itu tidak kabur. Sementara Zhafira tertidur karena lelah menangis, gadis itu bahkan terlihat sangat menyedihkan.

...☆ ☆ ☆

...

Zhafira pikir yang terjadi semalam hanyalah mimpi belaka. Namun, ketika pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Winy yang berdiri angkuh membuat Zhafira sadar semua adalah kenyataan.

“Bangun dan bersiap, lo nggak bisa melawan atau Mami bertindak lebih jauh! Lo nggak mau ‘kan Mami jual rumah ini dan bakar seluruh barang-barang peninggalan ortu lo?” ancaman Winy membuat Zhafira pasrah.

Untuk sementara Zhafira akan mengikuti perkataan Desy dan Winy. Setelah dia keluar dari rumah ini, Zhafira berencana kabur. Dia tidak sudi dijual, dia bukan wanita murahan.

Tidak lama mobil yang menjemput Zhafira datang. Tanpa paksaan gadis itu masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumahnya.

Ketika sampai, Zhafira dibuat terkejut dengan rumah mewah di hadapannya. Puluhan pelayan menggunakan seragam berbaris rapi menyambutnya.

“Selamat datang di mansion, Nona!” seluruh pelayan dengan kompak memberi salam sambil membungkukan badan.

Zhafira dibuat tercengang, dia seperti seorang putri kerajaan yang disambut dengan sangat istimewa.

“Nona, mari ikut saya, Tuan besar sudah menunggu Anda.” Ucapan itu membuat Zhafira sadar bahwa ada hal lebih besar yang akan dia hadapi.

Zhafira dibawa menuju sebuah ruangan besar yang tertutup. Di dalam sudah menunggu pria tua yang membelinya kemarin.

“Silahkan, duduk!” perintahnya dengan nada datar.

“Tuan, saya—“ ucapan Zhafira terpotong ketika dia menyadari ada orang lain di dalam ruangan ini.

“Dia adalah cucuku, sekaligus pemilik mansion ini.” Ujar pria tua itu memperkenalkan pria yang lebih muda darinya.

Zhafira menatap pria itu, tampan dan dingin. Itulah kesan pertama yang Zhafira dapat.

“Seperti yang sudah kamu ketahui, saya membelimu dan itu artinya kamu adalah milik saya!” pria tua itu berkata dengan tegas.

“Tuan, saya nggak mau. Saya bahkan nggak tahu kalau saya dijual, tolong bebaskan saya.” Zhafira memohon dengan air mata yang sudah mengalir, gadis itu bahkan rela berlutut.

“Sebenarnya saya tidak berniat membelimu, tapi inilah yang bisa saya lakukan. Dengar gadis kecil, kita akan melakukan kesepakatan dan kamu tanda tangani surat perjanjian ini.” Zhafira menerima beberapa lembar kertas yang berisi perjanjian.

Mau tidak mau Zhafira membaca poin penting dalam perjanjian tersebut. Mata gadis itu melotot kaget membaca isi perjanjian tersebut.

“Tuan, ini—“

“Segera tanda tangani!” ucap pria tua itu dengan tegas memotong bantahan yang ingin diucapkan oleh Zhafira.

Dengan tangan gemetar Zhafira menandatangani surat perjanjian tersebut. Dengan ini, hidup Zhafira benar-benar berubah. Dia tidak punya pilihan lain, hidupnya benar-benar berantakan.

“Kepala pelayan akan mengantar ke kamarmu, ingat jangan membuat masalah. Minggu depan pernikahan akan dilangsungkan!”

Zhafira hanya bisa menunduk pasrah menuju kamar yang akan dia tempati selama tinggal di mansion mewah ini. Minggu depan dia akan menjadi istri dari pria asing yang bahkan tidak dia ketahui namanya.

Di dalam kamar, Zhafira hanya bisa menangis pasrah. Hidupnya benar-benar hancur, semua orang bertindak sesuka hari mereka tanpa peduli dengan perasaan Zhafira.

“Ayah-Bunda, Zhafira kangen. Zhafira capek, Zhafira nggak kuat lagi.” Zhafira menangis sembari memeluk dirinya sendiri.

Hidupnya yang malang, seolah Tuha sedang menghukumnya. Hukuman yang benar-benar menyiksa kehidupannya.

...☆ ☆ ☆

...

Winy menatap tidak percaya pada Desy yang baru saja menyampaikan kabar mengejutkan. Kabar tentang pernikahan Zhafira dengan cucu dari pria yang sudah membelinya.

“Mami nggak bercandakan?” tanya Winy memastikan dia tidak salah mendengar.

“Mami serius, Zhafira akan menikah minggu depan!” ujar Desy serius.

“Wah, enak banget Zhafira bisa dapat suami kaya!” Winy berseru merasa iri dengan keberuntungan Zhafira.

“Kamu harus tahu, calon suami Zhafira itu cacat. Dia lumpuh karena itulah nggak ada yang mau menikah sama dia.”

Winy kembali merasa terkejut dengan informasi baru ini.

“Tapi tetap saja Mi suami dia orang kaya!”

“Itu keuntungan buat kita, nanti setelah dia menikah kita harus peras dia. Kita akan ikut menikmati kekayaan suaminya yang cacat itu.” Desy tertawa dengan licik bersama Winy yang setuju dengan rencana Maminya.

Kedua orang itu bahkan sudah membayangkan akan hidup dalam kemewahan. Zhafira membawa berkah untuk mereka. Bagi Desy, ada untungnya dia membiarkan Zhafira hidup bersamanya selama 2 tahun ini.

Surat perjanjian :

Pihak pertama : Barra Al Hakeem

Pihak kedua : Zhafira Argani

Perjanjian yang TIDAK BOLEH DILANGGAR :

1. Pihak kedua harus bersedia menikah dengan pihak pertama.

2. Pihak kedua tidak boleh menuntut cerai tanpa alasan yang jelas.

3. Pihak pertama berhak atas pihak kedua.

4. Pernikahan dijalankan sebagaimana pernikahan pada umumnya.

5. Pihak kedua bersedia memiliki anak dan merawatnya dengan baik.

6. Tidak boleh ada perselingkuhan.

7. Pihak kedua harus mengikuti aturan keluarga Al Hakeem.

8. Pihak kedua tidak boleh melanggar aturan yang tertulis.

Tertanda,

1. Barra Al Hakeem

2. Zhafira Argani

...☆ ☆ ☆...

Terpopuler

Comments

Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat

lanjuuut

2023-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!