5.

Selama perjalanan pulang ke kantor Aldo dan Lista yang duduk di jok mobil belakang tidak saling menyapa mereka canggung namun tangan Aldo secara tidak sengaja menyentuh p*ha Lista karena pak Barep mengerem dengan kuat saat melintasi sebracros penyebrangan.

Gadis itu terkejut, karena rok pendek yang ia kenakan sedikit tersibak keatas dan melihatkan p*ha yang putih mulus. Mata Aldo membelalak karena melihat setangah keindahan milik Lista jantung Aldo kembali berdetak, Lista menahan malu setengah mati.

"Sorry, ngak sengaja," ucap Aldo pelan.

Lista diam hanya menunduk karena dia tahu tadi sang pengemudi mobil melaju dengan kecepatan tinggi yang membuat break pada mobil kuat sekali. Sekilas Aldo melirik wajah Lista yang masih tertunduk mungkin malu fikir Aldo. Pria jaim itu tidak berani menegur Lista lagi dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan menatap bangunan gedung pencakar langit yang tertata apik pada pinggiran jalan.

Karena sangat macet, empat puluh menit baru sampai di halaman gedung kantor Lista rasanya lega karena dapat beristirahat siang dulu di kantin sebentar. Keduanya turun dari dalam mobil yang membawanya tadi. Lista memberanikan diri meminta izin untuk break sebentar untuk menenangkan diri setalah insiden tangan Aldo di mobil tadi.

"Pak Aldo," panggil Lista saat pria itu berjalan di depan menuju lift.

"Iya, ada apa Lista," jawab Aldo seraya melihat kebelakang.

"Saya permisi ke kantin sebentar boleh," ucap Lista pelan dan sopan.

"Boleh, tapi saya hanya mengizinkan sepuluh menit saja setelah itu kamu ke ruangan saya." papar Aldo.

"Baik pak," sahut Lista.

Kemudian gadis itu berjalan ke kantin, jalan menuju kantin di lorong lurus bersamaan dengan jalan menuju lift Aldo menyempatkan berdiri sejenak untuk memandangi pinggul bawah Lista yang bergoyang bagaikan biduan dangdut ketika gadis itu berjalan.

"Sialan buat anak buahku mengacung saja," ketus Aldo lalu memasuki lift yang sudah terbuka.

Tiga orang satpam mendengar ucapan Aldo barusan, mereka cekikikan geli karena CEO baru itu bisa humor.

"Bener - bener dah ntu CEO," kekeh Jenudin.

" Aku tebak nih, pak Aldo jatuh cinta sama mbak Lista itu." sahut Sitorus logatnya kental dengan bahasa Medan.

"Udah bisa di tebak," sela Mamat satpam yang satunya.

"Kagak usah di tebak, besok aje mereke itu jadian dan nger**m." ujar Jenudin.

"Ngeres otakmu lah kim*k" cetus Jaenudin.

Ketiga pria yang berseragam putih itu mereka tertawa sehabis melihat tingkah sang bos besar, tetapi mereka takut tidak berani menyapa Aldo wajahnya yang dingin membuat semua karyawan di kantor hanya bungkam.

••••••••••••••••••••

Ketika Lista sampai di kantin kantornya, dia langsung saja mencari keberadaan tiga temannya yang duduk di kursi kantin. Langsung saja Lista melangkah ke arah teman - teman gengnya, lalu dia mendarat pada kursi kosong samping Dewi.

"Eh, Lista kok baru nongol." sapa Dewi.

"Kirain ngak kerja loe Lis," imbuh Alya.

"Tadi gue kesiangan, begitu mau naik eh di pintu lift ketemu tuh ama cicak brewok terus gue di ajakin ketemu klayen." papar Lista,

"Hah, cicak brewok," seru Dewi, Alya dan Ana.

"Untung ya loe lista, di jadiin asisten pribadi pak Aldo," kilah Ana nadanya seperti orang iri dengki.

"Ck,apanya coba yang untung?" decak Lista seraya mengehembuskan nafas kesal.

"Jadi makin deket sama pak Aldo lah," ujar Ana.

Lista mengerutkan keningnya mendengar ucapan Ana, dalam hati kudua teman lainnya Dewi dan Alya tahu jika Ana memang naksir berat dengan pak Aldo CEO baru yang menggantikan kedudukan pak Rustam.

"Yah udah deh, gue naik ke atas duluan. Coz break time cuma lima belas menit," kata Lista seraya bangkit dari tempat duduknya, karena dia sedikit malas dengan Ana.

"Bentar banget Lista biasanya satu jam." sela Alya pada Lista.

"Iya nih, nanggung masih sepuluh menit lagi lho." tambah Dewi.

"Bilang aja kalau loe mau berduaan ama CEO baru itu," cetus Ana menyidir Lista tanpa menoleh kearah si Lista.

"Maksud loe apa ha! Gue ini kerja dan yang jadiin asisten pribadi itu beliau." cecar Lista pada Ana.

Ana diam tidak dapat menanggapi kekesalan Lista atas ucapannya barusan. Sedangkan Lista pergi meninggalkan ketiga temannya itu, tetapi di ikuti Dewi juga Alya.

"Gue mau naik juga ah," desah Alya seraya bangkit dari kursinya.

"Sama gue mau ke toilet atas," imbuh Dewi mengikuti Alya yang sudah berjalan dulu.

Sedangkan Ana masih duduk dia melihat keanehan Dewi dan Alya, sepertinya mereka tidak mendukung perasaannya kepada CEO baru yang tampan itu. Sumpah mati memang sejak pertama Ana jatuh cinta dia ingin sekali memberi perhatian kepada Aldo.

"Kalian ngak dukung gue juga no problem," kata Ana di dalam hati, dengan memincingkan mata satu.

"Gimana caranya gue akan tetap jatuhin Lista," fikir Ana sendiri.

Dia mempunyai maksud terselubung untuk menjebak dimanakah ke salahan Lista.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Departement bagian kelompok M1, semua para pekerja sudah masuk di office room namun kepala Ana belum nampak juga entah pergi kemanakah gadis itu karena setengah jam lagi Aldo akan memberikan breefing tentang ketentuan baru di kantornya.

Alya yang duduk di belakang Dewi langsung sibuk dengan komputer di depannya, sedangkan Dewi masih bermain dengan ponselnya dia senyum - senyum sendiri seperti orang baru jatuh cinta lalu Lista juga sibuk menatap komputer jemarinya menari lincah di atas keyboard berwarna hitam.

Di dalam office room itu terdapat dua puluh karyawan dengan posisi masing - masing, Lista mempunyai jabatan sebagai manager pemasaran.

Tampak Aldo keluar dari ruangnya seorang diri ia menatap office room sesata matanya tertuju pada kursi kosong sebelah kiri Anwar. Lalu Aldo mendekati kursi kerja kosong milik Ana dan bertanya pada Anwar.

"Di mana yang duduk disini?" tanya Aldo pada Anwar.

"Saya tidak tahu pak," jawab Anwar polos.

"Apa dia cuti atau .... " terpotong karena Aldo melihat kedatangan Ana.

Anwar menggelengkan kepala, dia juga menatap sengit Ana karena balik dari istirahat terlambat.

" Jam berapa ini, kamu tidak tahu aturan di kantor ini ha!" bentak Aldo pada Ana.

Wanita itu tertunduk ketakutan, tangannya meremas rok yang ia kenakan.

"Ta - tau pak, maaf saya tadi pergi ke klinik sebentar," jawab Ana badanya gemetar, jantungnya juga berdebar tidak karuan,

"Kamu sakit?" kelit Aldo.

Ana menggelengkan kepala, Aldo tidak peduli ia langsung memerintah Ana untuk duduk di mejanya.

"Tolong usahakan untuk tepat waktu, kalau besok lagi ada yang masuk terlambat saya akan poting gaji kalian." celetus Aldo mengancam para karyawannya.

Semua pekerja terdiam menyimak ucapan Aldo.

"Hari ini saya sudah melihat dua orang yang terlambat, besok tidak mau tahu." ucap Aldo datar pada seluruh karyawan yang ada di deparmentnya.

"Saya juga sudah mengangkat pangkat baru untuk kalian, sebentar lagi pihak HRD akan mengirim e - mail kepada kalian semua." ucap Aldo lagi,

"Kalau ada yang tidak bersedia dengan jabatan baru kalian, silahkan temui saya di ruang kerja," tunjuk Aldo pada pintu kerjanya yang masih terbuka.

"Paham semua," pungkas Aldo.

Sepertinya semua karyawan menyetujui Aldo, mereka tidak ada yang protes.

Jam kerja sudah usai tepat pukul lima, tetapi Lista masih saja ada pekerjaan untuknya teman lainnya susah pada pergi semua tinggal dirinya dan Aldo yang ada di ruang department itu.

"Lista, kalau sudah selesai semua tolong kirimkan ke e - mail saya ya," perintah Aldo.

"Baik pak, dua menit lagi selesai dan saya boleh pulangkan pak," pinta Lista, karena dia sudah sangat letih.

Aldo hanya mengangguk, lalu kembali lagi ke ruang kerjanya dan memeriksa di laptop kerja lalu dia bersiap untuk pulang.

"Selesai, hmmmm apa aku ajak dia pulang bareng aja ya. Eh, kayaknya bawa mobil sendiri," batin Aldo.

Pria itu keluar dari dalam ruangannya, matanya melihat Lista berjalan keluar ruangan Aldo segera mengikuti gadis itu. Di depan pintu lift mereka saling berdiri bersampingan namun Lista tidak menyapa Aldo ia segan kepada atasannya,

"Besok libur kerja kamu kemasi barang - barangmu," Aldo memulai percakapan sebelum masuk ke lift.

Lista mengerutkan kening.

"Maksud bapak saya," sahut Lista menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, ada mes untuk kamu tidak jauh dari sini." papar Aldo.

Gadis itu tersenyum kecil, tapi dia kebingungan mengapa sampai sang bos memberikan tempat untuknya. Lalu pintu lift terbuka mereka berdua masuk ke dalamnya. Lift melaju turun namun entah mengapa tiba - tiba berhenti mendadak.

"Astaga, liftnya mati pak," kata Lista ketakutan.

"Tenang, lift akan kembali nomal," ucap Aldo santai.

"Tapi pak, saya phobia dengan lift mati," gerdik Lista wajahnya sedikit memucat.

Dengan sigap, Aldo mendekati wanita itu.

"Jangan takut, ada saya yang jaga kamu." ucap Aldo pelan.

Jantung lista bergetar hebat, rasa panas di dalam lift jadi dingin ketika mendengar jelas ucapan Aldo. Pria itu semakin mendekat Lista pasrah dengan keadaan malah tak kuasa dengan tekanan di dalam dadanya ia langsung saja.

"P - pak , A - Aldo," Lista mulai gugup ketika Aldo menyentuh kulit tangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!