4.

Sesampainya di kantor Lista langsung berjalan ke depan pintu lift, dia menekan tombol lantai tiga, karena tempat department Lista terletak di lantai tiga. Dan terbuka wanita itu langsung masuk.

Brukk!

Lista menabrak pria yang akan keluar dari lift.

"Kalau jalan pake mata!" tegur Aldo ketus, sesat dia melihat jelas kalau di depannya adalah Lista.

"P-pak Aldo, maaf ngak sengaja saya buru - buru." tukas Lista terbata.

"Jam berapa ini?" tanya Aldo pada Lista, rahangnya mengeras seperti menahan emosi.

"Sembilan pak," jawab Lista menundukan kepala karena ketakutan.

"Mau gantiin posisi saya ya, kenapa jam segini baru sampai ha!" cibir Aldo.

"Bukan gitu pak, karena saya bangun kesiangan dan perjalan dari rumah saya ke kantor sekitar satu jam lamanya. Itu belum termasuk macet." papar Lista pada big bosnya yang banyak bicara itu.

"Saya tidak mau tahu, sekarang kamu ikut saya." ajak Aldo langsung memegang tangan Lista.

Tiga satpam yang sedang berjaga melihat tingkah kedua insan itu, begitu juga si Beno yang tempo hari mengantarkan makanan untuk Lista. Beno sedang membersihkan kaca sampai lupa menyemprot dimana dia harus tempatkan, malah di wajahjya sontak Beno terkejut sendiri lalu berteriak membuat ketiga satpam juga Aldo dan Lista yang melintas di depan mereka langsung melihat ke arah Beno.

"Mas, Beno nape ntuh muke di semprotin pembersih kace?" kekeh satpam berkumis tebal kepada Beno.

Beno cuma terkekeh tidak menjawab karena dia melihat Lista dan Aldo bergandengan tangan. Sontak Lista yang tangannya di rangkul Aldo ia lepaskan begitu saja, dia takut terjadi fitnah di kantornya.

"Maaf pak, tangan bapak." ucap Lista memberi aba - aba agar Aldo melepas gengaman tangannya.

"Oh, anu eh, iyaaa kita akan ketemu seseorang." ujar Aldo terbata lalu melepas gengaman tangannya.

Beno juga tiga satpam yang berjaga cekikikan pelan melihat juraganya menggandeng perempuan cantik di kantor mereka. Aldo malu langsung saja dia berjalan ke arah mobilnya dan mengajak Lista masuk karena driver pribadi Aldo sudah membukakan pintu mobil untuk keduanya.

Di dalam kuda besi Aldo jadi kikuk kepada Lista, sebaliknya dengan Lista pula dia jadi teringat mimpi semalam dicium oleh pangeran Aldo Lista tidak berani melihat kearah Aldo dia memalingkan wajahnya ke luar mobil. Sang pengemudi bertanya hendak pergi kemana sang majikan.

"Den Aldo mau kemana?" tanya pak Berep saat tengah menyetir mobil.

"Den," panggil pak Barep lagi.

"Eh, iya pak. Ngomong apa tadi saya ngak dengar?" tanya balik Aldo.

"Hmmm, den Aldo mau pergi kemana ini?" dehem pak Barep mengulangi pertanyaan yang sama lagi.

"Oh, kita ke lestoran palm court pak. Mau ketemuan sama klayen kantor," ucap Aldo pada sang Driver.

"Baik den," ujar pak Barep.

Pria setengah baya kepercayaan keluarga Rustam itu langsung menempatkan mobil sang majikan ke arah lestoran yang di maksud, sembari mengisi waktu ketika di jalanan seperti biasanya dia menghidupkan radio kesukaan majikan mudanya. Lista mengernyitkan dahi karena dia juga suka mendengarkan radio di chanel yang sama ketika mengemudikan mobil.

Perjalanan menuju lestoran masih lumayan agak jauh, sepeti biasa kemacetan kota Jakarta yang membuat semua pengendara harus rela bersabar. Mobil yang di kemudikan oleh pak Barep berhenti di lampu merah ada dua orang anak kecil menghampiri mobil milik Aldo itu, mereka mengetuk jendela.

"Bukain jendela mobilnya pak," pinta Aldo.

"Baik den," ucap pak Barep memenuhi permintaan sang majikan.

Lalu Aldo mengulurkan dua lembar uang ratusan ribu kepada anak jalanan itu, tampak wajah kedua bocah bertubuh dekil itu bahagia dia mendo'akan Aldo agar lancar rezekinya juga jika belum menikah akan cepat mendapatkan jodoh. Aldo tersenyum lebar pada anak jalanan itu seketika ia sempatkan menoleh ke samping kirinya melirik wajah ayu Lista yang juga sama melihat ke arah Aldo.

Deg!

Di dalam dada Aldo dan Lista bergetar lagi, keduanya heran apakah mempunyai serangan jantung mendadak ketika bersama seperti ini menjadi parah detak jantung masing - masing. Jendela mobil di tutup oleh pak Bareb, lalu mobil kembali melaju meninggalkan lampu rambu - rambu. Dua puluh menit kemudian tampak bangunan lestoran diantara gedung pencakar langit dan pak Bareb membelokan mobil sang majikan ke lestoran yang dimaksud.

Sesampainya di tempat tersebut, Aldo mengajak Lista turun dari mobil dan masuk ke dalam lestoran lalu duduk pada kursi pesanannya.

"Lista, tolong kamu pergi ke meja pelayan. Pesan menu ini setelah itu kamu antarkan ke pak Bareb supir yang tadi," pinta Aldo.

"Baik pak," jawab Lista, lalu bangkit menuruti perintah atasannya.

Aldo memandangi Lista sesaat, tampak pinggul indah gadis itu bergoyang naik turun ketika berjalan ke arah meja pesanaan. Dulu ketika Aldo kuliah di Singapore dia adalah mafia para gadis - gadis cantik di kampusnya, Aldo cukup nakal namun dia masih mengimbangi nafsu sahwatnya. Kali ini berbeda jauh ketika dirinya bersama Lista seakan ada angin bertiup sahdu menerpa dirinya, juga jantungnya yang selalu berdesir cukup keras dan terkadang membuat salah tingkah Aldo sedikit kebingungan mengartikan semua itu.

Tas Lista masih di meja tempat Aldo duduk, begitu juga handphone yang tergeletak di samping tas cantik berwarna krem itu. Aldo memberanikan diri untuk mengambil benda itu dan ternyata dengan mudahnya ia mengsap layar karena Lista tidak mengunci, Aldo membuka galeri foto Lista dan mengirimkannya ke nomor milik Aldo sendiri melalui applikasi.

"Yes, dapat foto dia lagi. Hmmm, walaupun cara ini kuno tapi buat aku semangat untuk kerja," ucap Aldo sendiri.

Lalu dia buru - buru meletakan benda itu tadi di samping tas kembali seperti sedia kala, Aldo tersenyum sendiri melihat kedatangan Lista, lalu ia membuka laptop kerjanya dan jemari Aldo mengetik lagi. Setelah beberapa menit kemudian, seorang wanita bergaya lebih modis dari Lista menghampiri mereka dan berjabat tangan pada keduanya.

"Bianca," ucap perempuan itu memperkenalkan diri pada Aldo dan Lista.

"Aldo," sahutnya lalu mbalas jabatan tangan perempuan yang baru saja datang.

"Lista," alih wanita itu menjabat tangan dan tersenyum ramah.

"Maaf, sudah lama menunggu saya." celetuk wanita yang bernama Bianca.

"Tidak juga, silahkan duduk," ucap Aldo mempersilahkan wanita itu.

"Terimakasih," ucap Bianca.

Mereka bertiga duduk di kursi meja sama, tetapi Lista tidak nyaman karena ada Bianca. Walaupun itu sebenarnya adalah klayen sang big bosnya. Seorang pelayan lestoran datang mereka dan menawarkan sebuah menu andalan lestoran tersebut. Dan mereka memesan makanan sesui tujuan.

••••••••

Satu jam lamanya, negoisasi dia antara Aldo dan Bianca selesai begitu saja, langsung dia meminta izin untuk segera pergi dari Aldo juga Lista, wanita itu pergi meninggalkan mereka berdua. Kini tinggalah Lista dan Aldo.

"Lis, thanks ya." ucap Aldo.

"Untuk apa pak," kelit Lista mengerutkan jidatnya.

"Semuanya dan tugas tadi malam," imbuh Aldo.

."oh, memang itu sudah tugas saya pak." kata Lista menundukan wajah dan tersenyum penuh arti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!