Part 5. PERHATIAN KECIL

Bagaimanapun Tasya bisa bekerja di bar itu berkat Raya. Malam itu ia memang menghabiskan waktunya di bar. Sebuah pengalaman yang tidak pernah bisa dilupakan, karena setiap harinya ia selalu berdiam diri di rumah dan kini harus berjuang mencari uang sendirian adalah sebuah hal yang sangat tidak pernah terbayangkan.

Bersyukur saat ini ia bisa sampai di tempat kost Raya dengan selamat. Meskipun pada ujung-ujungnya ia harus kembali berjuang esok hari, tetapi Tasya tidak pernah menyesal pernah bekerja bersama Tasya.

Selepas mandi, Tasya bergegas mendekati tempat tidur Raya. Dilihatnya sahabat karibnya itu yang sedang tidur terlelap.

"Mengapa semua orang selalu mengambil resiko? Kini aku sudah bisa mengetahui semua alasannya," gumam Tasya sambil melihat sahabatnya tertidur lelap.

Siapa sangka jika Araya, nama lengkap gadis yang menjerumuskan Tasya ke dalam pekerjaan gelapnya justru membawanya tidur di tempat kost sahabatnya. Alih-alih menyembunyikan keberadaan Tasya, Araya justru akan tertimpa sebuah masalah.

Pagi itu tanpa persetujuan dari pemilik tempat kost, Raya membawa Tasya untuk tinggal sekamar dengannya. Tidak ada pilihan lain kecuali ikut dengan Raya. Meski pekerjaan yang diambilnya semalam penuh resiko, tetapi hanya dengan jalan itu Tasya akan mencari uang.

Tasya sama sekali tidak tahu jika pekerjaannya semalam sangat banyak resiko. Sehingga mau tidak mau Tasya harus beradaptasi dengan baik. Semakin cepat ia beradaptasi dengan bar, maka akan banyak cara untuk lebih dapat banyak uang.

"Terima kasih sudah membantuku mencari pekerjaan," ucap Tasya sebelum mengikuti sahabatnya itu terlelap.

Rasa kantuknya perlahan menyelimuti tubuh Tasya, perlahan tapi pasti akhirnya kedua gadis bau kencur itu terlelap dan menyelami indahnya mimpi. Memang tidak banyak hal yang terjadi karena ternyata beberapa saat setelah Tasya tertidur, Raya bangun dan pergi meninggalkan dirinya.

"Sorry, Sya. Gue harus cabut dari sini. Om ganteng maunya kamu dijagain langsung sama dia."

Raya mengecup pucuk kepala Tasya. Beberapa saat setelah Dave melepaskan Tasya, rupanya ia mengutus Brodi untuk mencari tahu siapa yang membawa Tasya untuk bekerja di bar itu. Setahu Dave, tidak mungkin gadis selugu Tasya bisa bekerja di tempat seperti itu.

Hanya dalam beberapa waktu, Raya berhasil bernegosiasi dengan Dave. Setelah mengetahui jika dirinya sangat dekat dengan Tasya, maka Raya pun diminta menyerahkan kost miliknya agar bisa ditempati secara langsung oleh Tasya tanpa harus berbagi bed tempat tidur.

Di sisi lain, di dalam kediaman Albert. Karen merasa menang karena sebentar lagi ia akan kuliah di luar negeri. Baginya ia akan baik-baik saja karena telah berhasil membuat Tasya tersingkir.

"Sudah nggak sabar banget buat menyingkirkan anak itu. Biar sekalian menyusul dengan ortunya bukankah akan lebih bagus lagi."

Karen berjalan ke sekeliling kamarnya sambil membawa minuman kesukaan. Baginya ia ingin sekali membuat Tasya tersingkir untuk selamanya, tetapi ia juga tidak ingin mengotori tangannya sendiri.

"Oke, aku akan buat dia menderita secara perlahan. Bukankah itu justru lebih asyik, ha ha ha."

Setelah bermonolog sendirian, Karen menghubungi Enzo. Ia sangat merindukan kekasih blasterannya itu saat ini.

Apalagi saat ini hubungan cinta Karen dengan Enzo masih berlanjut. Meski Enzo tahu jika kedua orang tua kekasihnya meninggal, ia sama sekali tidak mengucapkan bela sungkawa. Tentu saja hal itu ia lakukan demi rasa cintanya terhadap Karen.

"Apakah kamu yakin, jika semua hal yang berkaitan dengan keluarga Tasya akan aman?"

"Tentu saja, kenapa tidak? Bukankah semua hal yang terjadi sudah suratan takdir?"

"Ya, jika itu yang terbaik untuk hubungan kita kenapa tidak?"

"Sayang, nggak usah bahas tentang Tasya, dong. Gue nggak suka."

"Sorry, oh ya kapan kamu jadi datang menyusul? Mommy sangat merindukan kamu."

Karen tersenyum bahagia, "Sebentar lagi, Sayang."

"Oke, aku menunggu hal itu, Sayang."

"Love you."

"Love you too, Karen."

Setelah beberapa saat berbincang, keduanya memutuskan sambungan telepon. Sementara Tasya terbangun karena perutnya yang lapar.

Dengan mengenakan kaos kebesaran dan celana hot pants, Tasya mengitari ruangan kamarnya. Mencoba mencari apakah ada Raya atau tidak. Rupanya tidak ada jejak Raya disana.

"Lah, dimana Raya?"

"Bukankah semalam masih satu kamar?"

Tasya tampak mengusap kepalanya beberapa kali dan mengerjabkan kedua matanya secara berulang.

"Beneran nggak ada. Ya, sudah kalau begitu sebaiknya aku mandi dulu."

Saat Tasya hendak mandi, secara tidak sengaja tangannya menyenggol kertas di atas meja.

"Apa ini?"

Dengan cepat Tasya memungutnya dan membaca isi tulisan di atasnya. Ternyata ada sebuah pesan singkat untuk Tasya dan satu buah paper bag berisi sarapan untuknya.

"Sarapan? Tau banget kalau aku lapar."

Matahari terlihat sudah meninggi, panasnya sudah terasa terik. Kalau dibilang sarapan tentu saja sudah terlambat karena waktunya sudah hampir memasuki jam makan siang.

"Pantas saja cacing di perut sudah berdemo, rupanya sudah jam maksi!"

Setelah membaca pesan tersebut, Tasya segera mengeluarkan beberapa menu makanan dari Raya untuknya. Padahal hal itu terjadi bukan karena Raya, melainkan dikirim khusus oleh asisten Dave yang telah berhasil menemukan kost Raya.

Asisten Dave pula yang mengusir Raya dan membuat Tasya tidur sendiri di tempat kost Raya. Meskipun awalnya menggerutu, tetapi pada akhirnya ia beranggapan jika Tasya sudah mendapatkan Sugar Daddy.

Lagi pula, kepergian Raya juga bukan tanpa alasan. Satu gepok uang telah ia kantongi sebagai bukti jika Raya telah menjual kost miliknya dan memberikan pada Tasya. Sementara itu ia pergi bersenang-senang dengan kekasihnya.

Mungkin saja saat ini ia sedang sibuk bertukar saliva, dan berbagi peluh di atas empuknya tempat tidur di salah satu kamar hotel. Bagi Raya tidak ada hal yang lebih menyenangkan dibanding pekerjaannya. Maka dari itu ia lebih memilih menyembunyikan hal itu dari teman baiknya.

Bukan karena malu, tetapi Raya masih mempunyai pikiran jika seburuk apapun dia, tidak boleh mencoreng nama baik Tasya Matteo. Di sisi lain, Dave merasa bahagia karena perhatian kecilnya diterima dengan baik oleh Tasya.

Asisten pribadi begitu bahagia ketika melihat senyum atasannya kembali.

"Meski yakin jika Nyonya tahu akan hal ini pasti marah besar, tetapi senyum Tuan jauh lebih penting demi kesehatan jantung ini. Apapun yang bisa membuat Tuan Dave bahagia, pasti dilakukan dengan sepenuh hati."

"Selamat menemukan kebahagiaan seutuhnya Tuan Dave," doa asisten Dave dengan kedua mata berkaca-kaca.

.....................

Bukankah jika sudah menikah itu sewajarnya harus menjaga hati dan saling berbagi. Jika tidak, maka jangan salahkan bila ada salah satu pasangan yang mencoba mencari pelabuhan hati yang lainnya.

Jangan lupa sambil nunggu up, mampir ke karya teman othor ya, ditunggu.

Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!