Godaan Sugar Daddy
"Selamat Tasya buat kelulusan kamu."
"Makasih, Sayang. Oh ya kamu jadi kuliah di Oxford?"
"Tentu, karena Papa sudah mendaftarkan aku di sana."
Tasya memegang tangan Enzo, seorang lelaki blasteran Eropa-Indonesia yang sudah tiga tahun ini dekat dengannya. Ia memang akan kembali lagi ke Inggris untuk melanjutkan studi. Maka dari itu Tasya sama sekali tidak ingin menganggu. Lagi pula ia juga akan kuliah di Paris, jika kangen mungkin nanti mereka akan janjian ketemu di sana.
"Oke, selamat tinggal. Sampai ketemu lagi."
Hanya itu kata yang mampu Tasya ucapkan. Di tambah lagi Enzo dan keluarganya sudah menyiapkan tiket kepergiannya hari ini juga. Tidak ada pelukan ataupun kecupan kasih sayang. Tasya memang berpacaran tetapi ia tidak mau bersentuhan secara fisik kecuali hanya sebatas pegangan tangan.
"Jaga dirimu baik-baik, ya Sya. Gue yakin sebentar lagi kita akan ketemu lagi."
Tidak perlu menunggu lama, mobil yang membawa Enzo pergi sudah tidak terlihat lagi di hadapan Tasya. Sementara itu ia sedang menanti keluarganya di halaman sekolah.
"Kapan papa sampai?"
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Tasya, hingga membuatnya hampir terjingkat. Ia melongokkan wajah untuk mengintip mobil yang belum pernah dilihatnya itu. Rupanya, mobil itu milik Papa Mama Karen, gadis cantik yang biasa gangguin Tasya di sekolah.
Sebenarnya mereka adalah sepupu, sayang kedua orang tua Tasya jauh lebih berhasil dan hal itu membuat Karen iri. Maka dari itu ia melampiaskan semua kekecewaannya dengan mengerjai Tasya.
"Papi ... Mami ... akhirnya kalian datang, buat Karen," ucapnya seolah menyindir Tasya yang sendirian.
Karen tampak senang memeluk kedua orang tuanya secara bergantian. Sengaja pamer, itu pasti.
Seolah ingin menjaga jarak dari mereka, Tasya melangkah pergi. Sambil sesekali melirik jam tangan hanya untuk memastikan apakah kedua orang tuanya akan segera datang ke sekolah atau tidak.
Di sisi lain, tepatnya di salah satu ruas jalan tol, terlihat sebuah kemacetan panjang karena salah satu mobil mengalami kecelakaan tunggal. Mobil yang dikendarai sepasang suami istri itu tiba-tiba saja meledak dan membuat kepulan asap tebal membumbung tinggi.
"Cepat hubungi pihak keluarganya! Dari plat mobil yang dipakai sepertinya ini nomor Tuan Matteo."
Nomor plat mobil yang digunakan oleh Keluarga Matteo memang memiliki nomor seri khusus yang memudahkan semua pihak untuk mengenalinya. Di tambah lagi Keluarga Matteo sangat terkenal di kota itu.
Ponsel di saku Tasya berdering, tidak perlu menunggu lama ia segera mengangkatnya.
"Hallo, maaf apa dengan Nona Tasya Matteo Rahardian?"
"Iya, ini betul saya, maaf Anda siapa?"
"Kami dari pihak kepolisian ingin mengatakan jika mobil yang dikendarai kedua orang tua Nona mengalami kecelakaan dan bisa dipastikan keduanya sudah meninggal di jalan tol."
"Apa! Kalian jangan berbohong, ya! Baru sepuluh menit lalu Mama mengirim pesan, ini tidak mungkin."
Rasanya Tasya tidak bisa menerima kenyataan pahit ini.
"Harusnya hari ini, Papa dan Mama akan bangga dengan pencapaian ini!"
Tasya masih memegang piagam penghargaan yang menyatakan jika ia siswa paling berprestasi di sekolah itu. Seorang siswi dengan nilai kelulusan terbaik. Kedua matanya memanas, menahan gejolak air mata yang akan membanjiri kedua pipinya yang mulus.
"Tasya Sayang, teruslah tersenyum, meskipun nanti kehidupan tidak seindah anganmu. Berbuat baiklah kepada siapapun meski mereka menyakitimu. Tuhan akan selalu menunjukkan jalan terbaik untuk setiap hambanya yang beriman."
Tasya seolah tidak mampu membaca situasi. Langit yang semula cerah kini justru menggelap. Menyibak hamparan langit yang tadinya membiru kini berubah menjadi gelap gulita. Langit seolah menangisi nasib Tasya yang seketika akan menjadi gelap. Hujan pun turun membasahi bumi dan juga tubuh Tasya.
Kini gadis yang baru saja berusia delapan belas tahun itu harus menangis di depan dua pemakaman kedua orang tuanya yang masih basah. Ya, kemarin harusnya menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidup Tasya Matteo. Akan tetapi, justru berita kematian kedua orang tuanya membuat dunia Tasya seketika hancur.
Lebih parahnya lagi, kini semua aset kekayaan Keluarga Matteo dikuasai oleh Keluarga Albert. Saat ini di depan matanya sendiri, Karen seolah tersenyum akan kemenangan yang diraih oleh keluarganya.
"Mampus lo! Dikira enak seketika jadi miskin. Sekarang kamu bukan lagi menjadi seorang putri melainkan hanyalah orang asing yang numpang tidur di rumah gue!"
Tasya yang sudah biasa ditindas oleh Karen tampak membiarkan temannya itu menindasnya. Ia ingin tahu apakah keluarganya mampu mendidik putrinya atau tidak.
Ya, Tasya terpaksa tinggal di rumah Keluarga Albert sejak rumahnya disita. Dari kabar yang beredar rupanya ayahnya terlibat bisnis gelap dan saat ini polisi sedang menyelidiki kasusnya. Sementara itu, perusahaan lainnya justru dialihkan kepada Tuan Albert seusai amanah Tuan Matteo Rahardian.
Tanpa Tasya sengaja, saat ia melewati ruang kerja Tuan Albert ia justru mendengar percakapan kedua orang di dalam sana.
"Mama tidak mau jika Karen dijadikan alat buat bayar hutang Papa. Sebaiknya Papa minta si Tasya saja yang melakukan semuanya."
"Tapi, Ma. Kamu tahu sendiri ia baru saja berduka. Lagi pula saat ini semua aset keluarganya kita yang pegang. Sepertinya hal itu sangat tidak manusiawi jika kita melakukan hal itu padanya."
"Terserah, pokoknya Mama nggak suka jika Karen yang Papa pilih. Ingat sebentar lagi Karen akan menyusul Enzo ke Inggris buat kuliah bareng dia. Bagaimana bisa kita kehilangan besan yang begitu potensial?"
Kedua mata Tasya tampak membola ketika mendengar nama Enzo juga disebut di sana. Rupanya ada sebuah permainan hati yang tidak diketahui Tasya selama ini.
"Gue nggak nyangka kamu bisa sejahat itu Enzo. Padahal cinta gue tulus ke elo!"
Tidak mau air matanya luruh dengan percuma, Tasya segera melangkah pergi menuju kamarnya. Sementara itu Nyonya Albert keluar dari ruangan suaminya.
"Bayangan siapa ya tadi? Ah, sudahlah mungkin ART yang ingin mengantarkan susu ke kamar Karen."
Ia langsung kembali ke lantai satu dan menuju kamarnya. Sementara itu Tasya sedang menyusun rencananya. Bagaimanapun ia harus kuliah di Paris dengan segera.
"Tapi gimana cara gue dapat uang? Sementara semua aset dipegang Om Albert?"
Sebenarnya ia bisa dengan mudah meminta hal itu pada pamannya, sayang kedua wanita yang berada di sisi Albert membuat Tasya tidak dapat mengatakan dengan mudah keinginannya.
"Baiklah, sebaiknya gue ikut kerja di Bar sama Raya. Lagi pula ia selalu dapat uang banyak dengan mudah dalam satu malam."
Tasya yang masih polos tentu saja tidak tahu bagaimana kejamnya dunia luar. Kedua orang tuanya selalu memanjakan dengan semua hal. Sehingga Tasya menjadi anak rumahan dan bagaikan seorang putri.
Tasya meraih ponsel dan segera mengetikkan pesan pada Raya. Raya yang kebetulan sudah selesai membersihkan diri di toilet segera menyambar ponselnya.
"What's? Tasya pengen kerja bareng gue! Mana bisa ia kerja di sini? Dia 'kan anak orang paling kaya di negeri ini?"
Raya yang tidak tahu kabar terkini tentang sahabatnya itu hanya menganggap angin lalu pesan yang dikirim oleh Tasya. Lalu ia pun meneruskan pekerjaannya.
"Om, aduh ... pelan-pelan dong ...." rintih Raya dengan suara merdunya.
Sementara itu Tasya uring-uringan karena Raya mengabaikan pesannya.
"Kenapa nggak dibalas sih? Apa dia sibuk? Lalu kenapa masih sempat baca pesan!"
Belum sempat Tasya menekan tombol call, pintu kamarnya terbanting dengan keras.
"Tasya, cepat kemari!"
"Karen! Ada apa?"
"Argh! Sa-sakit!"
Tangan kecil itu justru menjambak rambut Tasya dengan kencang. "Kamu mau tahu kesalahan kamu, hah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Noh kenapa Tasya gak ngerakam bukti, Tasya mending kabur aja deh,biarkannKaren jadi penebus hutang mereka..
2024-09-01
0
Qaisaa Nazarudin
Ckk swpupu apaan kek gini,Harta dan kekayaan HASIL NGERAMPAS Hak orang lain aja Bangga,Bikin malu aja..
2024-09-01
0
Riyanti
Waaahhh.. karyanya sudah banyak. Tq ya sudah singgah di novel perdanaku. Aku juga akan segera singgah dinovel²mu yang lainnya. Semangat juga untukmu. Sukses terus 👍
2023-05-09
2