Pagi-pagi sekali Mira sudah bangun dan segera pergi menuju dapur untuk melaksanakan tugasnya. Beruntung kemarin Mira sudah membeli beberapa stok makanan.
Meski bingung harus membeli apa, tapi Mira mencoba membeli makanan yang umum di sukai banyak orang seperti daging ayam. Mira membuat ayam goreng beserta sayur lodeh serta tidak lupa kerupuknya.
Hari ini merupakan hari Minggu. Itu artinya hari ini Indra berada di rumah. Seperti biasa Indra dan mamah nya berkumpul untuk sarapan pagi.
"Silahkan di makan mas, mah," tawar Mira.
"Sayur apa ini? Saya ga suka makan beginian,"pekik Mona sambil memuntahkan makanannya.
"Maaf kalau mamah ga suka, habisnya saya kurang tau makanan kesukaan mamah," lirih Mira yang merasa bersalah.
"Sudahlah mamah jadi ga nafsu makan!" pekik Mona sambil melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan.
"Tapi mah," ujar Mira yang mencoba menghentikan langkah kaki ibunya.
"Sudahlah biarkan saja, sekarang kamu ikut makan ya. Mas suka kok dengan masakan ini," timpal Indra yang mencoba menenangkan istrinya.
Sebagai suami yang baik seharusnya Indra bisa mendamaikan ibunya dan juga Mira. Meski mereka tidak bermusuhan namun seharusnya Indra berusaha untuk tidak mengecewakan salah satu diantara mereka.
"Tapi mas mamah belum makan, aku jadi ga enak," lirih Mira.
"Sekarang kamu makan aja dulu, soal mamah biar nanti mas yang bujuk mamah biar mau makan," ucap Indra.
Mendengar kata-kata Indra membuat Mira merasa lebih tenang. Akhirnya Mira makan berdua bersama suaminya. Meski sedikit tidak tenang tapi Mira berusaha untuk menuruti suaminya.
Entah mengapa rasanya mulai tidak betah berada disini. Tapi Mira tidak berani mengatakan tentang perasaannya kepada Indra. Rasanya bibir Mira terlalu berat untuk mengatakan semua yang di rasakannya.
Padahal sebenarnya Mira ingin sekali berbagi perasaan dengan suaminya. Tapi rasanya begitu berat dan sulit bagi Mira untuk mengatakan segalanya.
"Ada apa Mira?" tanya Indra yang sejak tadi memperhatikan istrinya terdiam.
"Ti, tidak mas," jawab Mira gagap.
"Tapi sepertinya ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan," timpal Indra lagi.
"Ah itu cuma perasaan mas saja," tukas Mira yang lagi-lagi berbohong tentang perasaannya.
"Ya sudah kalah begitu, mas mau ke kamar mamah dulu ya," pamit Indra.
"Iya mas, tolong sampaikan maafku," lirih Mira.
"Iya Mira," jawab Indra yang segera bergegas menuju kamar ibunya.
Tok.. tok.. tok..
"Mah, buka pintu nya mah ini aku," ujar Indra sambil mengetuk pintu.
"Mamah sedang tidak ingin di ganggu, mamah sedang ingin sendiri," teriak Mona dari dalam kamar.
"Tapi mah, mamah harus makan dulu. Aku pesankan makanan ya," tawar Indra.
"Ya sudah kalau begitu mamah sedang ingin makan pizza, pesankan itu saja," jawab Mona yang segera bergegas keluar dari kamarnya.
"Baik mah akan aku pesankan khusus buat mamah," timpal Indra.
Indra segera memesan 2 porsi pizza di aplikasi khusus pesan makanan. Dan tak berapa lama akhirnya makanan yang di pesan Indra datang juga. Indra segera membuka makanan itu di atas piring dan segera membawanya ke kamar ibunya.
"Mah," panggil Indra.
"Masuklah," jawab Mona yang sudah duduk di tepi ranjangnya.
"Ini makan dulu mah," tawar Indra yang segera memberikan piring berisi pizza pesanan mamahnya.
Dengan lahap Mira segera memakan makanan yang dipesannya. Setelah selesai makan barulah Indra berbicara kepada ibunya tentang masakan Mira tadi.
"Mah, Mira minta maaf soal masakan tadi. Dia memang tidak tahu makanan kesukaan mamah apa," ujar Indra membuka pembicaraan.
"Tapi kan seharusnya dia tanya dulu," timpal Mona sinis.
"Indra tau mah, tapi tolong maafkan Mira karena dia tidak tahu."
"Sudahlah mamah tidak mau membahas ini lagi," tegas Mona.
Setelah pembicaraan itu selesai akhirnya Indra pergi keluar kamar. Mira yang sejak tadi menunggu suaminya dari kamar ibunya pun merasa sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaan ibunya yang sebenarnya.
"Jadi gimana mas? Apa mamah sudah makan?" tanya Mira.
"Sudah, mamah tadi makan pizza. Katanya dia sedang ingin makan pizza. Oiya mas belikan juga buat kamu, itu pizzanya ada di dapur," ujar Indra.
"Wah seharusnya tidak usah repot-repot segala mas," timpal Mira.
"Ah tidak apa-apa sekalian mas pesan juga," ujar Indra.
"Lalu mamah gimana mas? Apa mamah sudah memaafkan aku?" tanya Mira.
"Sudah, mamah sudah memaafkan kamu," jawab Indra yang terpaksa harus berbohong.
"Syukurlah," ujar Mira.
Merasa lega karena ibu mertuanya sudah memaafkannya akhirnya kini Mira memakan pizza yang di pesan suaminya. Mereka memakan pizza itu bersama.
"Gimana enak ga?" tanya Indra.
"Enak mas," jawab Mira sambil mengunyah pizza yang sudah dilahapnya.
"Oiya mas mau tanya, apa kamu betah tinggal di sini?" tanya Indra disela-sela makannya.
Mira yang mendengar pertanyaan itu seketika tersedak.
uhuk.. uhuk..
"Kamu kenapa? ini cepat minum dulu," ujar Indra sambil memberikan segelas air putih kepada Mira.
"Makasih mas, aku udah ga apa-apa," timpal Mira yang kini sudah merasa lebih baik.
"Kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan pertanyaan mas?" tanya Indra balik. Dia merasa heran karena pertanyaannya tiba-tiba Mira tersedak.
"Mmh, gimana ya mas. Sebenarnya aku sudah tidak betah berada disini. Aku ingin kita cari kontrakan saja," lirih Mira.
"Tapi kenapa kamu ga betah disini?" tanya Indra yang menautkan kedua halisnya.
"Kalau kalian mau pergi meninggalkan mamah ya pergi aja. Ga usah mikirin mamah disini. Biar mamah hidup sendiri aja," timpal Mona yang tak sengaja melewati mereka dan mendengar pembicaraan mereka.
Terkejut dengan suara yang di dengarnya, Mira pun enggan menceritakan masalah yang sebenarnya. Mira kira ibunya tidak akan keluar kamar, padahal tadinya Mira ingin berbagi perasaan kepada suaminya.
Tapi setelah kedatangan ibu mertuanya membuat Mira enggan menceritakan masalahnya.
"Engga mah bukan seperti itu, aku hanya ngobrol biasa saja dengan Mira," ujar Indra sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Mira.
"I, iya mah kita hanya ngobrol biasa saja," jawab Mira yang seolah mengerti dengan tanda yang diberikan Indra.
"Syukurlah kalau begitu, mamah kira kalian mau pindah dari sini," tukas Mona lagi.
"Engga mah, kita akan tetap tinggal disini. Iya kan Mira?" tanya Indra kepada istrinya.
"I, iya mas," jawab Mira dengan terpaksa.
Meski sebenarnya Mira sudah tidak betah berada di rumah mertuanya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan suaminya untuk tetap tinggal bersama ibunya. Padahal selama ini Mira selalu sakit hati dengan perkataan ibunya.
Namun Mira juga tidak bisa berbuat apa-apa selain taat pada perintah suaminya untuk tetap tinggal berada dirumah ibunya.
"Baguslah kalau begitu!" ujar Mona sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments