Beberapa bulan berlalu, tak terasa pernikahan Mira dan Indra sudah berjalan hampir 10 bulan lamanya. Mira dan Indra merasa sangat bahagia atas pernikahan mereka. Mira selalu bersyukur karena dia mendapatkan suami yang baik dan sangat menyayanginya.
Namun sayang, Indra yang belum memiliki rumah terpaksa harus tinggal bersama ibunya, Mona. Mau tidak mau, Mira terpaksa harus tinggal bersama ibu mertuanya. Tak ada pilihan lain bagi Mira selain mengikuti perintah suaminya.
Sebagai seorang istri, Mira harus mengikuti kemanapun suaminya pergi. Rumah yang cukup megah namun entah akan betah atau tidak jika Mira tinggal bersama mertuanya. Karena sering kali kita mendengar jika menantu dan mertua terkadang selalu bertengkar.
"Mas sudah siang," ujar Mira saat membangunkan suaminya yang masih tertidur.
"Iya Mira, mas bangun," tukas Indra dengan suara yang parau karena masih mengantuk. Tak lama kemudian Indra segera bergegas menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri dan segera melaksanakan shalat subuh.
Sementara itu selesai membangunkan suaminya, Mira segera bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Meski di rumah ada seorang asisten rumah tangga tapi Mira harus tetap melaksanakan tugasnya.
Sesampainya di dapur, Mira segera membuka kulkas dan melihat stok makanan yang tersedia. Beruntung masih ada sedikit bahan makanan yang bisa di masak. Meski sederhana tapi ini sudah cukup bagi Mira.
Mira segera memasak masakan sesuai dengan bahan yang tersedia yaitu sayur sop, ikan tongkol bumbu hijau, tempe goreng serta tidak lupa kerupuk ia masak juga.
Hampir satu jam berkutat di dapur akhirnya Mira menyelesaikan masakannya.
"Wah wangi sekali," ujar Indra saat duduk di meja makan.
"Makan dulu mas," tawar Mira yang segera memberikan piring di hadapan suaminya.
"Iya, kamu juga ikut makan ya!" ajak Indra.
Mira sengaja tidak memberikan nasi agar suaminya bisa mengambil sendiri porsi nasi yang dia inginkan. Indra segera mengambil nasi dengan lauknya sendiri. Tak berapa lama, Mona datang segera duduk di kursi.
"Makan dulu mah," tawar Mira.
"Iya," jawab Mona yang segera membalikan piring yang ada di hadapannya.
Mereka bertiga makan bersama karena memang hanya ada 3 orang berada di rumah itu. Sementara ayah dari Indra sudah meninggal beberapa tahun lalu karena struk.
Beberapa menit kemudian, Indra sudah selesai makan dan segera bersiap untuk pergi ke kantor.
"Aku pergi dulu Mira," pamit Indra yang sebelumnya mencium kening Mira terlebih dahulu.
"Iya mas hati-hati di jalan," tukas Indra.
Indra sendiri bekerja di perusahaan milik ayahnya. Perusahaan Indra bergerak dalam bidang ekspor impor barang interior. Sejak ayahnya meninggal, Indra lah yang mengurus semua perusahaannya.
Sementara setelah kepergian suaminya, Mira segera membereskan meja makan bekas makan tadi. Meski ibu mertuanya tidak menyuruhnya secara langsung tapi Mira harus tahu diri saat tinggal di rumah mertuanya.
Memiliki seorang asisten rumah tangga tidak membuat Mira bermalas-malasan. Dia justru mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti rumahnya sendiri. Sedangkan ibu mertuanya hanya duduk manis saat menyaksikan menantunya melakukan pekerjaan rumah.
"Tolong buatkan teh Mira," titah Mona.
"Baik bu," jawab Mira yang segera bergegas menuju dapur.
Sejak saat pertama kali bertemu, Mira sudah merasa jika ibu mertuanya kurang menyukai Mira. Namun walau bagaimanapun ia harus tetap menghormati ibu mertuanya. Beberapa menit kemudian, Mira segera membawakan segelas teh hangat lengkap beserta kuenya.
"Ini bu silahkan," ujar Mira sambil meletakan teh tersebut di atas meja. Sementara Mona sibuk menonton televisi kesukaannya.
"Oiya Mira, apa sudah ada tanda-tanda kehamilan?" tanya Mona.
"Belum mah, sekarang justru saya sedang haid," jawab Mira canggung.
"Apa sudah 10 bulan tapi belum ada tanda-tanda kehamilan?" pekik Mona sinis.
"Soal anak hanya kehendak Tuhan mah, kita tidak pernah tahu kapan rezeki itu akan datang," timpal Mira.
"Maksud kamu bicara seperti itu apa? Kamu sedang menggurui saya!" tukas Mona yang merasa tersinggung karena Mira berkata seperti itu.
"Maaf mah, bukan maksud saya menggurui mamah. Tapi saya juga tidak pernah kapan saya akan diberikan kepercayaan untuk segera hamil," ujar Mira lagi.
"Sudahlah saya malas berdebat dengan kamu, pergi sana saya tidak mau melihat wajah kamu," pekik Mona yang merasa begitu kesal.
"Baik bu," ujar Mira yang menundukkan kepalanya sebelum ia pergi.
Mira pun segera bergegas ke dalam kamarnya. Di dalam kamar Mira merenungi kata-kata ibu mertuanya tadi. Meski Mira berusaha untuk tidak memikirkannya tapi kata-kata itu begitu menusuk.
Mendengar kata-kata ibu mertuanya membuat Mira merasa sakit hati. Sebagai seorang manusia biasa, kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan memberikan keturunan kepada kita.
Namun sebagai manusia kita di wajibkan untuk senantiasa berusaha dan berdoa. Menyerahkan seluruh hidup dan mati kepada Sang Maha Pencipta. Meski mulai berkaca-kaca tapi Mira berusaha untuk tidak memikirkan kata-kata ibu mertuanya.
Tak terasa karena terus memikirkan perkataan ibunya akhirnya Mira tertidur dikamar.
Tok.. tok..
"Mira kamu sedang apa? Apa kamu sedang tidur hah!" pekik Mona dari luar kamar.
"Astaga aku ketiduran," gumam batin Mira yang terperanjat saat mendengar ketukan pintu dari luar.
"Iya mah maaf saya tadi ketiduran," ujar Mira saat membukakan pintu kamarnya.
"Kamu ini mau jadi nyonya di rumah ini, cepat sana siapkan makan malam!" pekik Mona.
"Tapi mah, sudah tidak ada stok makanan untuk di masak di dalam kulkas," timpal Mira.
"Kenapa ga beli dulu ke pasar atau ke supermarket kek! Makanya kalau punya otak itu di pake!" pekik Mona sambil bergegas meninggalkan Mira yang masih diam mematung.
Mira yang merasa bingung akhirnya bergegas pergi ke sebuah supermarket yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Beruntung dia masih memegang uang pemberian dari Indra kemarin.
Mira pergi menggunakan angkot yang ada di depan rumahnya. Meski bingung harus belanja apa, tapi setidaknya Mira bisa memilih beberapa bahan makanan yang ada disana.
Beberapa menit kemudian akhirnya Mira sampai di supermarket. Dia memilih beberapa bahan makanan yang bisa di masak. Tidak lupa dia juga sekalian membeli bahan makanan untuk di masak besok pagi.
Setelah dirasa cukup, Mira segera membayar dan segera bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Mira segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Kamu pergi kemana aja kok lama banget!" pekik Mona saat Mira sedang membereskan belanjaannya.
"Maaf mah saya tadi pergi ke supermarket dan memilih beberapa jenis makanan untuk di masak. Terus di jalan juga sedikit macet makanya saya telat sampai rumah," jawab Mira yang mencoba menjelaskan.
"Ah sudah, sudah saya tidak mau mendengar penjelasan kamu! Cepat masak sebentar lagi anak saya pasti pulang," pekik Mona.
Tanpa berkata apa-apa, Mira hanya bisa mengusap dada dan membuang nafasnya secara kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments