Flashback off
Hampir setengah jam Desri menimang sebuah kartu nama di tangannya, namun tak kunjung juga dia menghubungi wanita itu. Ya, kartu nama yang sempat diberikan oleh wanita yang mengunjungi ibunya pagi kemarin. Wiwit hanya memperhatikan tingkah anaknya itu sambil berharap agar anaknya mengurungkan niat untuk menerima tawaran tersebut.
"Nak, kemari lah..." Panggil Wiwit pelan penuh kehangatan sambil menarik pundak anaknya ke dalam dekapannya. "Kamu tidak perlu menjual kebahagiaan kamu, Nak." Ucap Wiwit lagi dengan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya itu.
"Maafkan Desri, Bu... Desri sebenarnya juga bingung." Ucapnya lirih sambil memeluk ibunya semakin erat.
"Desri harus tetap menghubunginya..." Ucap Desri lagi dengan mantap sambil melepas dekapannya terhadap ibunya itu.
"Tapi, Nak..." Protes Wiwit memelas dan memandangi Desri dengan cemas.
"Tidak apa-apa, Bu..." Ucap Desri menenangkan hati Wiwit.
Desri mengambil ponsel yang sedari tadi terletak di atas meja di hadapannya, lalu mulai menyalin nomor yang tertera di kartu nama itu. Tanpa ragu lagi ia menekan tombol hijau di layar ponselnya itu.
Tut... Tut... Tut...
"Halloo..." Sapa orang dari seberang.
Seketika hening tanpa suara.
"Halloooo..." Kembali dari seberang mengulangi sapaannya.
"I-iya... Hallo.." Desri tersentak dari lamunannya.
"Apa ini Desri...?" Suara dari seberang mencoba menerka kebenaran.
"I-iya, betul saya Desri... Apa tawaran yang Anda sampaikan kepada ibu saya kemaren masih berlaku?" Tanya Desri gugup dan tubuh yang gemetaran.
Terdengar percakapan dari seberang dan Desri hanya mengiyakan. Entah apa itu, hanya Desri yang tahu.
****
"Oh Tuhaaan... Apa ini sebuah kesalahan?" Gumamnya sambil menghempaskan napas dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Tidak sampai sejam dari sejak dia menghubungi orang itu, terdengar suara mobil berhenti di depan pagar rumahnya.
Ternyata orang itu ingin menemui Desri rupanya.
"Assalamu'alaikum..." Terdengar suara wanita paruh baya dari luar rumahnya yang turun dari mobil yang baru saja terparkir di depan pagar rumahnya itu.
"Wa'alaikum salam.." Jawab Desri dan ibunya hampir bersamaan. Dan segera menjabat tangan wanita itu sembari mempersilakan untuk masuk.
Wiwit berlalu ke dapur untuk membuatkan minum dan mengambilkan cemilan seadanya.
"Ternyata kamu cantik... Hanya di tambah sedikit polesan saja akan membuatmu lebih mempesona." Ucap wanita itu memecahkan kesunyian di antara mereka kala itu.
"Terima kasih, Bu.." Jawab Desri polos dan masih dengan wajah menunduk.
"Begini, Desri.. Emmm... Pasti ibumu sudah menceritakan kepadamu tentang kedatangan saya kemarin, bukan?" Tanya wanita itu lagi yang hanya disahut anggukan kecil dari Desri.
"Sebelumnya perkenalkan, nama saya Nur...
Begini, kamu hanya sebatas menikah dengan putra saya yang lumpuh. Kamu tidak perlu memikirkan apa pun sebagai istri, karena keluarga kami hanya ingin menutupi malu. Putra saya mengalami kecelakaan minggu lalu, sementara pernikahannya akan di adakan tiga minggu lagi. Untuk beberapa bulan ke depan setelah pernikahan, bersikaplah layaknya seorang istri putra saya di depan keluarga dan kerabat kami. Kemudian setelah itu, kamu boleh menentukan pilihan kamu." Ucap wanita yang bernama Nur itu menjelaskan dengan panjang lebar. "Saya akan memberikan uangnya setelah pernikahan kamu di langsungkan." Tambahnya lagi.
Desri hanya terdiam, bagaimana mungkin sesuatu yang sakral hanya menjadi sandiwara dalam hidupku? Gumamnya.
"Bagaimana, Desri?" Tanya wanita itu sedikit mendesak.
Desri menghela napasnya dalam-dalam. Wiwit memperhatikan putrinya dengan perasaan iba dari balik tirai yang memisahkan ruang itu dengan dapur.
"Baiklah, saya bersedia..." Akhirnya jawaban itu keluar dari mulutnya. Salah satu pengawal wanita itu diam-diam menyunggingkan senyumnya.
kau tidak akan menyesal, Nona~ Batin pengawal itu, seolah-olah ada sesuatu yang di ketahuinya.
Setelah meneguk dan mencicipi hidangan yang dibawakan Wiwit, Nur berpamitan pulang. Desri dan ibunya mengantar sampai ke depan hingga mobil itu tak terlihat lagi.
Wiwit hanya diam memperhatikan putrinya. Ia seakan tak ingin lagi membantah keputusan anaknya itu. Dia rasa sudah cukup menghentikan anaknya itu dari kemarin.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
SənyaMikū Wangy ᕦ( ͡° ͜ʖ ͡°)
522
2023-05-25
1
Yayat Hayati Yati
penasaran jg SM alur ceritanya
2023-03-13
1
Sama Lia
semangat author... maaf dah lancang mampir dan komentar.. cerita diawal ini bagus saya suka, dalam penulisan singkat, padat dan jelas. ga bertele tele...tolong maafkan saya author...
sukses dan sehat selalu untukmu author...
2021-12-30
1